Teori akomodasi komunikasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Teori akomodasi komunikasi (bahasa Inggris: Communication Accomodation Theory—CAT) adalah teori yang dikembangkan oleh Howard Giles menyatakan bahwa di saat pembicara berinteraksi, mereka memodifikasi cara bicara, pola suara, gestur tubuh untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicaranya.[1] Teori ini dahulu bernama teori akomodasi bicara (Speech Accomodation Theory—SAT) yang dikembangkan lebih luas pada tingkah laku nonverbal dan pola berbicara. Teori akomodasi komunikasi muncul pada 1973 yang didasari berbagai aksen yang terdapat dalam situasi-situasi wawancara. Akomodasi (accomodation) adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri, memodifikasi, atau meregulasi perilaku seseorang sebagai respons terhadap orang lain.[1] Teori ini berkaitan dengan hubungan antara bahasa, konteks, dan identitas.[2] Seseorang biasanya melakukan interaksi dengan menyesuaikan siapa lawan bicaranya. Penyesuaian dalam akomodasi bertujuan menghindari terjadinya kesalahpahaman yang tidak pantas dilakukan dalam percakapan. Misalnya penyesuaian komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang tua akan berbeda ketika berkomunikasi dengan orang yang usianya lebih muda.[3]

Teori ini memiliki kaitan dengan teori psikologi sosial yang berhubungan dengan bagaimana orang lain memaknai perilaku orang lain dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi interaksi dengan orang lain di masa depan. Dalam konsep psikologi sosial, akomodasi bersifat fundamental bagi konstruksi identitas seseorang. Henri Tajfel dan John Turner (1986) mengembangkan teori identitas sosial. Teori tersebut menyatakan bahwa konsep diri seseorang terdiri atas identitas personal (misalnya, bentuk tubuh, perilaku psikologis) dan identitas sosial (misalnya afiliasi dengan kelompok).[4] Identitas sosial utamanya didasarkan atas perbandingan yang dilakukannya individu pada kelompok dalam atau in-group (individu merasa termasuk anggota dan memiliki kelompok) dan kelompok luar atau out-group (individu tidak merasa tergabung dalam kelompok).

Asumsi-asumsi teori[sunting | sunting sumber]

Akomodasi dipengaruhi oleh kondisi personal, situasional, serta budaya. Berikut beberapa asumsi teori akomodasi komunikasi:

  • Ada persamaan dan perbedaan dalam cara bicara dan perilaku ada dalam semua percakapan.
  • Metode pendekatan yang digunakan untuk memahami cara bicara dan perilaku menentukan cara kita mengevaluasi percakapan.
  • Bahasa dan tingkah laku memberikan informasi status sosial dan keanggotaan akan suatu kelompok.
  • Norma menjadi panduan dari proses akomodasi.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c West, Richard, Lynn H. Turner (2017). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. hlm. 223. ISBN 978-602-1232-34-7. 
  2. ^ Gallois, Cyndy; Ogay Tania; Giles,, Howard. "Communication Accomodation Theory: A look Back and Look Ahead" In Gudykunst, William B. (ed.). Theorixing About Intercultual Communication. Thousand Oaks, CA: Sage. hlm. 121–148. ISBN 978-0-7619-2749-5. 
  3. ^ Gasiorek, J.; H. Giles (2012). "Effects of inferred motive on evaluations of nonaccommodative communication". Human Communication Research. 38: 309–331. 
  4. ^ Ellemers, N.; S.A. Haslam (2012). "Social Identity Theory" dalam P. van Lange, A. Kruglanski, dan T. Higgins, Hanbook of Theories of Social Psychology. London: Sage. hlm. 379–398.