Sumbatan usus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sumbatan usus atau obstruksi usus adalah penyumbatan yang terjadi di usus, baik usus halus maupun usus besar[1]. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah pada saluran pencernaan, seperti gangguan penyerapan makanan atau cairan dan gangguan pembuangan sisa pencernaan. Sumbatan usus menyebabkan penumpukan makanan, cairan, asam lambung atau gas yang bisa mengakibatkan tekanan pada usus. Semakin besar tekanan, maka usus bisa robek dan mengeluarkan isinya (termasuk bakteri) ke dalam rongga perut[2]. Penyumbatan usus atau yang seringkali disebut obstruksi usus bisa terjadi secara parsial dan total. Usus tersumbat parsial cenderung bisa pulih tanpa operasi, tetapi usus tersumbat total lebih mungkin membutuhkan operasi untuk memulihkan kondisi[3].

Gejala[sunting | sunting sumber]

Gejala-gejala pada penderita sumbatan usus antara lain perut membesar, perut kembung, nyeri perut yang hilang timbul, sembelit atau konstipasi, diare, mual, muntah, sulit buang angin, dan hilang nafsu makan. Obstruksi usus dapat terjadi pada anak-anak usia 3 bulan hingga 3 tahun. Gejala umum pada anak yang mengalami sumbatan usus adalah anak akan nampak merintih kesakitan akibat nyeri pada perut. Adapun terdapat gejala lain yang dapat ditemukan pada anak yang menderita sumbatan usus adalah demam, muntah berwarna kuning kehijauan, tinja berdarah dan tampak seperti jeli, kelelahan yang ekstrem, sembelit atau diare, perut bengkak, serta dehidrasi[2].

Penyebab[sunting | sunting sumber]

  1. Penyebab usus tersumbat secara mekanis antara lain adhesi atau jaringan parut dari operasi, benda asing, batu empedu, hernia, infeksi, penyakit radang usus, intususepsi, tumor, dan usus bengkok[3].
  2. Penyebab usus tersumbat secara nonmekanis antara lain jaringan parut dari operasi perut atau panggul, diabetes, ketidakseimbangan elektrolit, hipotiroidisme, penyakit Hirschsprung, gangguan saraf dan otot, infeksi atau penyakit parah, anestesi umum, dan obat pereda nyeri tertentu[3].

Faktor Risiko[sunting | sunting sumber]

Adapun kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sumbatan usus ialah menderita kanker pada rongga perut, menderita penyakit Crohn, menderita kolitis ulseratif, memiliki riwayat menjalani operasi pada area perut atau panggul, serta menjalani radioterapi pada area perut[1].

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Dokter terlebih dahulu menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien, termasuk penyakit lain yang pernah dialami. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, terutama di area perut. Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, antara lain:[1]

  • Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah, kadar elektrolit, serta fungsi hati dan ginjal;
  • Foto Rontgen atau CT scan di perut, dilakukan untuk membantu dokter mendeteksi lokasi penyumbatan;
  • Tes barium enema, untuk melihat gambar usus secara lebih jelas dengan memasukkan cairan barium ke dalam usus pasien melalui anus, kemudian mengambil gambar perut dengan foto Rontgen;
  • Endoskopi, dilakukan menggunakan endoskop untuk mengamati kondisi sistem pencernaan bagian atas, seperti kerongkongan, lambung, dan usus halus;
  • Kolonoskopi, untuk mengamati kondisi usus besar dari dalam menggunakan selang berkamera.

Pengobatan[sunting | sunting sumber]

Pengobatan sumbatan usus tergantung kepada penyebabnya. Pasien perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan tindakan berikut:[2]

  • Pemasangan selang dari hidung, untuk mengalirkan isi lambung ke luar sehingga mengurangi pembengkakan di perut;
  • Pemasangan kateter, untuk membantu pasien buang air kecil;
  • Pemberian cairan melalui infus, untuk mengembalikan kadar elektrolit di dalam tubuh pasien.

Selain tindakan di atas, operasi juga dapat dianjurkan pada sumbatan usus. Adapun tindakan operasi untuk mengatasi obstruksi usus meliputi:[2]

  • Kolektomi atau pemotongan usus, untuk mengangkat seluruh atau sebagian usus, baik usus kecil maupun usus besar;
  • Kolostomi, dilakukan apabila usus pasien rusak atau mengalami peradangan dengan membuat lubang di dinding perut sebagai jalan pembuangan tinja;
  • Operasi untuk mengatasi perlengketan usus dapat dilakukan dengan bedah terbuka atau secara laparoskopi;
  • Pemasangan stent pada usus agar saluran usus tetap terbuka dan mencegah sumbatan terjadi kembali;
  • Revaskularisasi usus, dilakukan untuk mengembalikan aliran darah pada usus.

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Pencegahan sumbatan usus dilakukan dengan menghindari faktor penyebabnya. Selain itu, untuk mencegah sumbatan usus adalah dengan menjaga kesehatan sistem pencernaan, seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, mengonsumsi makanan yang bersih dan sehat, tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol, minum air putih yang cukup, dan rutin berolahraga[2].

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Media, Kompas Cyber (2022-03-18). "Penyakit Obstruksi Usus - Gejala, Penyebab, Pengobatan". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-02-06. 
  2. ^ a b c d e "Obstruksi Usus". Alodokter. 2016-10-14. Diakses tanggal 2023-02-06. 
  3. ^ a b c Media, Kompas Cyber (2022-08-29). "Penyebab Usus Tersumbat yang Perlu Diperhatikan Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-02-06.