Story:Seismonasti Putri Malu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Putri malu
Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/layu dengan sendirinya saat disentuh.
Anagoria
Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula.
Cette photo a été prise par André ALLIOT . S'il vous plaît créditer ceci avec: Photo: André ALLIOT dans le voisinage immédiat de l'image. Si vous utilisez une de mes photos écrivez - moi (compte nécessaire) ou me laisser un court message sur ma page de discussion . Ne pas copier cette image illégalement en ignorant les termes de la licence ci - dessous, il est pas dans le domaine public.
Tumbuhan ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai sifatnya tersebut, seperti: makahiya (Filipina, berarti malu), mori vivi (Hindia Barat, berarti tidur), mate-loi (Sinhala, berart pura-pura mati). Kata pudica sendiri dalam bahasa Latin berarti "malu" atau "menciut".
Vengolis
Keunikan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga bisa dirasakan daun lain yang tidak ikut tersentuh.
Alex Lomas
Gerak ini disebut seismonasti, yang walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (seismonasti), sebagai contoh, gerakan seismonasti daun putri malu tidak peduli dari mana arah datangnya sentuhan. Tanaman ini juga menguncup saat matahari terbenam dan merekah kembali setelah matahari terbit.
MADHAN S BHARADWAJ
Tanaman putri malu menutup daunnya untuk melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang ingin memakannya. Warna daun bagian bawah tanaman putri malu berwarna lebih pucat, dengan menunjukkan warna yang pucat, hewan yang tadinya ingin memakan tumbuhan ini akan berpikir bahwa tumbuhan tersebut telah layu dan menjadi tidak berminat lagi untuk memakannya.
Putra Mahanaim Tampubolon