Sistem terapi untuk trauma

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sistem Terapi untuk trauma (TST) adalah sebuah model perawatan kesehatan mental untuk anak-anak dan dewasa dimana mereka telah terpapar akan kejadian yang mengakibatkan sebuah trauma, yang didefinisikan dengan mengalami, melihat atau menghadapi sebuah "kejadian dimana secara langsung atau tidak langsung dalam menghadapi kematian atau cedera yang serius atau fatal atau juga ancaman terhadap integritas secara fisik dirinya maupun otang lain" TST berfokus kepada emosi sang anak dan kebutuhan akan perilaku juga kebutuhan akan lingkungan dimana anak tersebut tinggal (Rumah,sekolah,komunitas). Model perawatan ini meliouti 4 komponen yaitu (psikoterapi berdasarkan bakat, perawatan dasar di rumah dan komunitas, advokasi dan psikofarmakologi) yang dijelaskan secara detil di panduan yang terlah diterbitkan. Sebuah uji klinik yang telah dilakukan menunjukan bahwa TST efektif dalam memperbaiki kesejahteraan dan kesehatan mental dari seorang anak yang telah mengalami sebuah trauma. TST juga telah sukes di lipatkan.

TST tidak hanya untuk ditujukan untuk korban, tetapi juga memberikan pengetahuan kepada orang terdekat korban agar mereka dapat mendukung para korban dalam prose pemulihan dan membantu mereka mengontrol emosi mereka selama kondisi stres di masa yang akan datang.[1]

Dengan berdasar kepada TST, para terapis menganalisa 4 kategori dimana sang anak kemungkinan membutuhkan TST, tanda dan gejala yang ditunjukan oleh sang anak, metode pemberdayaan dan perawatan dan hasil dari anak-anak yang telah menjalani TST. Melihat dari apa yang telah menghasilkan trauma secara emosional, Keluarga yang terlibat, dan bagaimana terapi dapat membantu sang anak agar sembuh dan juga dari pihak dewasa yang merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang kesembujan tersebut.

Alasan untuk dilakukan pengobatan[sunting | sunting sumber]

Kejadian traumatis yang mempengaruhi anak-anak didalam sebuah rumah tangga dimana terdapat siksaan secara seksual, mental dan fisik.Ketidakmampuan untuk mengelola emosi tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung adalah tanda klinis dimana sebuah peristiwa traumatis telah mempengaruhi seorang anak.Menurut Psikiatris anal Dr Glenn Saxe,"TST adalah sebuah model yang komprehensif untuk menangani stress traumatis pada anak maupun remaja yang ditambahkan pada pendekatan berdasarkan individu yang secara khusus mengalamatkan kepada lingkungan sosial sang anak dan atau sistem dari perawatan sang anak tersebut. Hal ini meliputi anak-anak atau remaja yang mengalami permasalah sosial di sekolah ataupun dirumah terhadap, trauma terdapa pemerkosaan, siksaan fisik, penelantaran, kematian orang tua atau wali dan berbagi trauma yang dapat mengubah emosi hidup seseorang. Sebuah kejadian traumatis yang bersifat seksual, fisik dan mentak dapat mempengaruhi kondisi sekarang, ingatan akan masa lalu dan kondisi di masa yang akan datang. Teori Saxe dalam "The march of the Moments : Stress traumatis di masa sekarang, dahulu dan masa depan,"dimulai dengan "bertahan dalam kondisi peristiwa" dimana menimbulkan sebuah emosi yang ekstrim, perilaku yang berubah-ubah dikarenakan adanya pemicu yang mengingatkan anak tersebut akan kejadian yang menimpanya tersebut. Kedua, 'Memori masa lalu" mengarah kepada "peletakan akan saat ini, kondisi sadar di otak sehingga dapat diakses jika dibutuhkan" Hal ini mengakibatkan trauma jangka panjang yang cukup signifikan dikarenakan sang anak tidak memahami akan apa yang terjadi kepadanya di masa lalu, dan dimana ia menjalani hidup ini hanya dengan tutup luka seadanya yang seharusnya disembuhkan dengan baik secara mental dan fisiknya. Dan akhirnya "berjalan menuju masa depan" merujuk kepada salah satu dasar yang paling menentukan akan terjadinya stress traumatis tersebut, adalah efeknya kepada kemampuan sang anak dalam berfikir untuk masa depan. Saxe menyatakan, "Jika kesadaran adalah masa kini, memori adalah tentang masa lalu, maka perencanaan dan antisipasi adalah tentang masa depan" Kemampuan seseorang untuk melihat masa depan adalah bagian dari fungsi kognitif manusia, ketika seorang anak mulai "mengkalkulasi resiko dari kelangsungan hidup", hal ini mengakibatkan stress yang bersifat signifikan dikarenakan mengalami trauma yang berkelanjutan.

Diagnosa[sunting | sunting sumber]

Perawatan untuk TST didasarkan pada temuan para profesional. PTSD adalah diagnosis umum yang meliputi anak dan remaja yang menunjukkan masalah dalam ketidakmampuan mereka dalam mengatur emosi.[2] :62Ketika kita mengevaluasi seorang anak yang terkena TST, para terapis mengamati akan tingkat kesadaran, pengaruh, dan tindakan ketika anak dan remaja tersebut dihadapkan dengan peristiwa yang mengakibatkan stres atau dalam menghadapi situasi yang asing.[2] :62Anak-anak yang terkena peristiwa traumatis tersebut akan menunjukkan gejala-gejala kedua yang seperti berikut ini: memodulasi diri, memiliki perilaku merusak diri sendiri, disasosiasi, merasa malu, sedih, marah, bermusuhan, penarikan diri secara sosial, memiliki keterampilan hubungan yang buruk, atau mengalami perubahan secara kepribadian.[2] :63Pada banyak anak, gejala ini dapat muncul lama setelah peristiwa tersebut terjadi, bisa terjadi selama masa pubertas atau bahkan pada saat transisi ke masa dewasa.

Ada tiga kelompok utama yang digunakan untuk mengkategorikan trauma pada anak yaitu: kelompok akan faktor kesadaran (elemen perhatian, rasa diri, orientasi),[2] :65kelompok akibat pengaruh terhadap (gangguan mood, gangguan kepribadian), dan kelompok atas tindakan (gangguan akan perilaku, kepribadian, gangguan mood, gangguan makan, atau penyalahgunaan zat berbahaya).[2] :65Gangguan yang terlihat biasanya pertama kali diidentifikasi oleh anggota keluarga, guru, konselor, atau orang dewasa lainnya dalam kehidupan anak-anaknya. Anak yang menunjukkan tanda-tanda depresi juga dapat dipengaruhi oleh semacam PTSD dan akan mendapat manfaat dari TST. Begitu anak-anak mengalami depresi klinis, mereka cenderung menunjukkan perubahan didalam diri mereka tentang diri mereka sendiri, pandangan mereka tentang dunia dan bagaimana mereka melihat masa depan mereka ini.[2] :61Tanda dan gejala yang terkait dengan peristiwa traumatis tersebut menimpa ke dalam kehidupan mereka di rumah, kepada kehidupan sosial mereka, dan berpengaruh kepada nilai akademik mereka dan segala kegiatan ekstrakurikuler yang mereka jalani.

Pengelolaan Stress[sunting | sunting sumber]

cara untuk mengelola sebuah stress emosional yang sangat kuat tersebut harus ikut serta melibatkan si anak yang terdampak, dan juga ikut serta melibatkan lingkungan sosial dimana ia berada. Perawatan TST harus mengikutsertakan lingkungan dan komunitas tempat anak tersebut tinggal,

  1. ^ TST Development Team. "TST Basics". Trauma Systems Therapy: Transforming the lives of traumatized children. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-30. Diakses tanggal 2 October 2011. 
  2. ^ a b c d e f Saxe, GN; Ellis, BH; Kaplow, JB (2007). Collaborative Treatment of Traumatized Children and Teens: The Trauma Systems Therapy Approach. Guilford Press. ISBN 9781593853150.