Serangan Pulwama 2019
Serangan Pulwama 2019 | |
---|---|
Bagian dari Pemberontakan di Jammu dan Kashmir | |
Lokasi | Lethpora, Distrik Pulwama, Jammu dan Kashmir, India |
Koordinat | 33°57′53″N 74°57′52″E / 33.96472°N 74.96444°E |
Tanggal | 14 Februari 2019 15.15 IST (UTC+05:30) |
Sasaran | Personel keamanan dari Pasukan Polisi Cadangan Pusat |
Jenis serangan | Serangan bunuh diri, bom mobil |
Korban tewas | 46 (+1 pelaku bom bunuh diri) |
Korban luka | 35 |
Pelaku | Jaish-e-Mohammed |
Penyerang | Adil Ahmad Dar |
Pada 14 Februari 2019, sebuah konvoi kendaraan yang membawa personel keamanan di Jalan Raya Nasional Srinagar Jammu diserang oleh seorang pengebom bunuh diri dengan mengendarai mobil di Lethpora (dekat Awantipora) di Distrik Pulwama, Jammu dan Kashmir, India. Serangan ini mengakibatkan 40 personel Pasukan Polisi Cadangan Pusat (CRPF)[a] dan penyerang. Kelompok militan Islamis yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammed menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Penyerang adalah Adil Ahmad Dar, seorang warga lokal dari Kashmir yang dikuasai India, dan merupakan anggota Jaish-e-Mohammed.[2][3][4] India menyalahkan Pakistan atas serangan itu. Pakistan mengutuk serangan itu dan membantah hubungannya dalam bentuk apa pun.[5]
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Kashmir adalah wilayah yang dipersengketakan, diklaim oleh India dan Pakistan dan kedua negara menguasai sebagian wilayah itu.[6] Pakistan telah berupaya untuk memperoleh penguasaan atas Kashmir yang dikuasai India.[7][8] Pemberontakan mulai merajalela di Kashmir yang dikuasai India pada akhir tahun 1980-an. Salah satu penyebab pemberontakan adalah kecurangan India dalam pemiliah umum 1987,[9][10] dan Pakistan memberikan dukungan material bagi pemberontakan tersebut.[9][10] Sejak tahun 1989, sekitar 70.000 orang telah tewas dalam pemberontakan dan tindakan keras India.[11][6] Menurut Time, kerusuhan di Kashmir pecah pada tahun 2016 setelah India menewaskan seorang pemimpin militan populer, Burhan Wani.[6] Jumlah penduduk muda dari Kashmir yang dikuasai India yang bergabung dengan militansi menunjukkan peningkatan.[12][13] Banyak sumber menyatakan bahwa mayoritas militan di Kashmir sekarang adalah penduduk lokal, bukan asing.[14][15][16] Dalam tahun 2018 saja, korban tewas meliputi 260 militan, 160 warga sipil, dan 150 personel pasukan pemerintah.[11]
Catatan
[sunting | sunting sumber]- ^ Pasukan Polisi Cadangan Pusat adalah pasukan paramiliter pusat terbesar di bawah Kementerian Dalam Negeri. Pasukan ini digunakan untuk menambah pasukan polisi lokal dalam keadaan darurat dan untuk menumpas pemberontakan. Menurut Rajeswari Pillai Rajagopalan dari Observer Research Foundation, pasukan ini kurang terlatih dan dipersenjatai dibandingkan Angkatan Darat.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rajeswari Pillai Rajagopalan, New Terror Attack Exposes India’s Limited Options, The Diplomat, 15 February 2019
- ^ "Pulwama attack: India will 'completely isolate' Pakistan". BBC (dalam bahasa Inggris). 16 February 2019. Diakses tanggal 16 February 2019.
- ^ "Jaish terrorists attack CRPF convoy in Kashmir, kill at least 38 personnel". The Times of India. 15 February 2019. Diakses tanggal 15 February 2019.
- ^ Pulwama Attack 2019, everything about J&K terror attack on CRPF by terrorist Adil Ahmed Dar, Jaish-eMohammad, India Today, 16 February 2019.
- ^ "On Kashmir attack, Shah Mahmood Qureshi says 'violence is not the govt's policy'". DAWN.COM. 16 February 2019.
- ^ a b c "Tensions Rise in Kashmir as 7 Killed in Gunfight". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-18. Diakses tanggal 2019-03-07.
- ^ Kapur 2011, hlm. 76.
- ^ Basrur 2017, hlm. 154.
- ^ a b Kapur 2011, hlm. 62–63, 73.
- ^ a b Ganguly, Sumit (1996). "Explaining the Kashmir Insurgency: Political Mobilization and Institutional Decay". International Security. 21 (2): 103. doi:10.2307/2539071.
- ^ a b "India warns of 'crushing response' to Kashmir suicide attack". ABC News. 15 February 2019.
- ^ "Soldiers killed as Kashmir tensions mount". 18 February 2019. Diakses tanggal 6 March 2019 – via www.bbc.com.
- ^ Safi, Michael (15 February 2019). "Indian PM: Pakistan will pay 'heavy price' for Kashmir bombing". Diakses tanggal 6 March 2019 – via www.theguardian.com.
- ^ Kashmir Suffers From the Worst Attack There in 30 Years, New York Times
- ^ Narain, A. (2016). Revival of Violence in Kashmir: The Threat to India’s Security. Counter Terrorist Trends and Analyses, 8(7), 15-20.
- ^ June 26, Press Trust of India; June 26, 2018UPDATED:; Ist, 2018 18:04. "Nearly 60 foreign terrorists among 243 militants operating in Kashmir". India Today. Diakses tanggal 6 March 2019.
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Jaffrelot, Christophe (2015). The Pakistan Paradox: Instability and Resilience. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-023518-5.
- Moj, Muhammad (2015). The Deoband Madrassah Movement: Countercultural Trends and Tendencies. Anthem Press. ISBN 978-1-78308-389-3.
- Gregory, Shaun (2007). The ISI and the War on Terrorism. Studies in Conflict & Terrorism. 30. hlm. 1013–1031. doi:10.1080/10576100701670862. ISSN 1057-610X. ((Perlu berlangganan (help)).
- Kapur, S. Paul (2011). "Peace and Conflict in the Indo-Pakistani Rivalry: Domestic and Strategic Causes". Dalam Thompson, William R.; Ganguly, Sumit. Asian Rivalries: Conflict, Escalation, and Limitations on Two-level Games. Stanford, California: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-7595-3.
- Basrur, Rajesh (2017). "India and Pakistan: Persistent rivalry". Dalam Ganguly, Sumit; Scobell, Andrew; Liow, Joseph Chinyong. The Routledge Handbook of Asian Security Studies (edisi ke-2nd). Routledge. ISBN 9781138210295.