Sayaka Osakabe

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sayaka Osakabe
Foto Sayaka Osakabe saat menerima International Women of Courage Award 2015
Lahir29 Mei 1978 (umur 45)
Kanagawa, Jepang
KebangsaanJepang
Pekerjaandirektur seni, aktivis wanita
Tahun aktif2014–sekarang
Dikenal atasaktivis wanita, presiden MATAHARA Net

Sayaka Osakabe (小酒部 さやか, Osakabe Sayaka, lahir pada 29 Mei 1978) adalah aktivis wanita asal Jepang yang berfokus pada masalah pelecehan kehamilan (maternity harrasment) di dunia kerja.[1] Pada 2015, ia terpilih sebagai penerima penghargaan International Women of Courage Award.[2]

Aktivisme[sunting | sunting sumber]

Sayaka Osakabe lahir di Jepang pada 1978.[1] Ia bekerja sebagai editor majalah. Ketika hamil, ia seharusnya bekerja dalam waktu yang lebih pendek. Namun pimpinannya justru tidak mengizinkannya dan bahkan menyuruhnya untuk keluar dari pekerjaan. Akibatnya, Sayaka mengalami dua kali keguguran. Ia kemudian meminta cuti jika ia hamil lagi namun permintaannya ditolak oleh atasan. Akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti dan memilih untuk memperkarakannya di pengadilan buruh.[3]

Pada Juni 2014, Sayaka memenangkan kasusnya. Ia kemudian membentuk grup dukungan yang diberi nama Matahara Net yang diambil dari kosakata Bahasa Inggris yakni "maternity and harassment" (keibuan dan pelecehan).[4][5] Tindakan tersebut ia lakukan karena dilatarbelakangi dengan keadaan Jepang yang kurang ramah terhadap keberadaan pekerja wanita, khususnya bagi yang sedang hamil. Berdasarkan data dari Forum Ekonomi Dunia pada 2014, satu dari empat wanita pekerja Jepang mengalami pelecehan saat hamil sehingga menempatkan Jepang pada peringkat 104 dalam urusan kesetaraan di tempat kerja. Jabatan seorang wanita Jepang bahkan bisa diturunkan hanya karena ia hamil saat bekerja.[6]

Melalui Matahara, Sayaka memberikan dukungan kepada sesama wanita hamil yang mengalami hal yang sama. Berkat usahanya, Mahkamah Agung Jepang kemudian memutuskan bahwa penurunan pangkat atau tindakan hukuman lain terkait kehamilan yang dialami seorang wanita ketika bekerja melanggar undang-undang peluang kesetaraan pekerjaan. Keputusan tersebut ditetapkan pada 23 Oktober 2014 setelah melalui serangkaian sidang yang digelar pada 18 September 2014.[3][7]

Sayaka juga terlibat dalam pemberdayaan wanita. Tindakannya dilakukan untuk mengubah kebijakan publik dan persepsi sosial di Jepang bahwa sebenarnya semua wanita, terlepas seperti apapun latar belakangnya, memiliki kesempatan yang sama dalam bekerja.[8] Atas perjuangannya dalam menegakkan hak-hak wanita di tempat kerja, ia pun dianugerahi International Women of Courage Award 2015 (Penghargaan Wanita Pemberani Internasional) oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.[2]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Stewart, Devin (Januari 29, 2015). "Abenomics Meets Womenomics". Foreign Affairs. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  2. ^ a b "Biographies of 2015 Award Winners". Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Maret 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-07. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  3. ^ a b Okabayashi, Sawa (4 Oktober 2014). "Women joining hands to combat 'maternity harassment' at work". The Asahi Shinbun. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-18. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  4. ^ Tomisawa, Ayai; Ando, Ritsuko (25 September 2014). "Women fight maternity harassment in the shadow of 'Abenomics'". The Japan Times. Reuters. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  5. ^ Okunuki, Hifumi (23 September 2013). "Matahara: turning the clock back on women's rights". The Japan Times. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  6. ^ Uhlmann, Chris (November 3, 2014). "Hopes that court cases will challenge Japan's gendered workplaces". vocalook. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-04. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  7. ^ Okunuki, Hifumi (29 Oktober 2014). "'Maternity harassment' verdict benefits women, men — and our humanity". The Japan Times. Diakses tanggal 23 Juli 2020. 
  8. ^ Staff Report (7 Maret 2015). "U.S. 'matahara' activist calls U.S. award 'encouragement' to working women, says more must be done". The Japan Times. Diakses tanggal 23 Juli 2020.