Sakichi Toyoda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sakichi Toyoda

Sakichi Toyoda (豊田 佐吉, Toyoda Sakichi, 14 Februari 1867 – 30 Oktober 1930) adalah penemu dan industrialis Jepang, pendiri Toyota Industries. Minatnya pada mesin tenun timbul setelah melihat ibunya menenun memakai alat tenun yang digerakkan dengan tangan.[1] Di antara hasil penemuannya terdapat mesin tenun Toyoda Wooden Handloom yang diciptakannya pada tahun 1890. Ia dilahirkan di Kosai, Shizuoka sebagai anak tukang kayu yang miskin, tetapi begitu sukses hingga dikenal sebagai bapak revolusi industri Jepang. Julukannya adalah "Raja Penemu dari Jepang".

Toyoda menciptakan berbagai jenis mesin tenun. Penemuannya yang paling terkenal adalah mesin tenun sistem otomatis (Jidoka) yang dapat berhenti sendiri bila terjadi gangguan teknis. Sistem Jidoka nantinya dijadikan bagian dari sistem produksi yang disebut Sistem Produksi Toyota.

Ia juga mengembangkan konsep 5 Mengapa: ketika terjadi masalah, bertanyalah "mengapa" sebanyak lima kali untuk menemukan sumber permasalahan, lalu lakukan sesuatu untuk mencegah masalah terulang lagi. Konsep ini masih digunakan sekarang sebagai bagian dari penerapan metodologi sederhana untuk memecahkan masalah, meningkatkan kualitas, dan mengurangi biaya.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Sakichi Toyoda dilahirkan sebagai putra pertama dari keluarga petani.[1] Ayahnya bekerja sambilan sebagai tukang kayu. Ketika kecil, ia adalah anak yang nakal, dan makin menjadi pemurung ketika masuk sekolah.[1] Meski dikenal baik hati, Toyoda bila menemui masalah tidak suka bertanya kepada orang lain. Ia selalu berusaha sendiri mencari jawabannya.[1] Setelah lulus sekolah dasar, Toyoda mempelajari dasar-dasar pertukangan kayu dari memperhatikan ayahnya bekerja.[1] Setelah itu, ia menerima pelatihan formal dari empu tukang kayu di kota yang berdekatan. Namun ternyata Toyoda adalah murid yang acuh tak acuh dan perhatiannya sering terbagi.[2] Minatnya yang sebenarnya bukan pada pertukangan katu, melainkan menciptakan sesuatu.[2] Ketika berusia 16 tahun, ia mengumpulkan teman-temannya untuk belajar bersama pada malam hari. Siang hari ia bekerja sebagai tukang kayu. Malam hari, ia melakukan penelitian soal mesin-mesin.[1] Setelah Jepang menetapkan Undang-Undang Monopoli Paten pada tahun 1886, Toyoda makin berminat menciptakan sesuatu yang menurutnya dapat mempercepat pembangunan ekonomi Jepang.[2]

Daerah asalnya yang sekarang disebut Prefektur Shizuoka terkenal sebagai pusat produksi kain katun. Toyoda juga akrab dengan alat-alat tenun. Meski penduduk desa tempatnya tinggalnya berprofesi sebagai petani, hampir di setiap rumah penduduk terdapat alat tenun yang digerakkan dengan tangan. Pada usia 20 tahun, Toyoda mulai berpikir untuk menciptakan alat tenun yang lebih mudah digunakan sehingga dapat menekan biaya produksi kain.[2] Pada waktu itu, industri tekstil Jepang sedang menghadapi tekanan keras dari negara asing, terutama kain-kain impor berharga murah namun berkualitas tinggi dari Inggris. Pemerintah Jepang waktu itu mendirikan pabrik-pabrik percontohan sebagai bagian dari usaha membangun industri tekstil modern di Jepang.[2]

Toyoda berkeinginan membuat mesin tenun yang lebih baik. Ia terus menerus memperbaiki rancangan alat tenun ciptaannya. Namun obsesi tersebut membuat ayahnya tak senang karena putranya mengabaikan pekerjaan sebenarnya sebagai tukang kayu.[2] Penduduk desa juga mulai menganggap Toyoda sebagai orang eksentrik. Meskipun demikian, semangat Toyoda tidak terpatahkan, dan justru makin menguat setelah kembali dari perjalanan ke Tokyo untuk melihat Pameran Industri Nasional ke-3 pada tahun 1890.[2] Penemuan pertamanya berupa alat tenun dari kayu yang disebut Toyoda Wooden Handloom diciptakannya pada tahun 1890 ketika ia berusia 24 tahun, dan berhasil mendapat hak paten pada tahun 1891. Mesin tenun tersebut masih digerakkan secara manual, tetapi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 40% hingga 50%.[2] Toyoda lalu pindah ke Tokyo pada tahun 1892 untuk membuka bisnis penjualan alat tenun penemuannya. Walaupun industri tenun berjalan dengan baik, pembeli alat tenun ciptaannya hanya sedikit. Perusahaan tekstil skala kecil tidak mampu membeli alat tenun baru, sedangkan industri tenun skala besar memerlukan mesin tenun bertenaga listrik yang masih harus diimpor dan berharga lebih mahal.[2] Oleh karena itu, Toyoda berkeinginan menciptakan mesin tenun bertenaga listrik. Namun ia tidak punya cukup uang untuk memulai penelitiannya. Perusahaan alat tenun milik Toyoda di Tokyo ternyata tidak berumur panjang. Pada tahun 1893, Toyoda yang ketika itu berusia 26 tahun, menutup bisnisnya dan kembali ke kampung halamannya. Ia juga ditinggalkan oleh istrinya yang tidak tahan suaminya terlalu terobsesi dengan alat-alat ciptaannya.[2]

Sakichi Toyoda memiliki dua adik laki-laki, Sasuke Toyoda dan Heikichi Toyoda (ayah dari Eiji Toyoda). Putranya yang bernama Kiichiro Toyoda menjadi pendiri Toyota Motor Corporation. Selain itu, ia juga memiliki seorang anak perempuan yang bernama Aiko Toyoda. Atas jasanya, Toyoda diberi penghargaan Blue Ribbon Award dan Order of Merit Third Class dari pemerintah Jepang.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f "Toyoda Sakichi". Hamanako Institute Corporation. Diakses tanggal 2013-09-05. 
  2. ^ a b c d e f g h i j McCraw, Thomas K. (1997). Creating Modern Capitalism: How Entrepreneurs, Companies, and Countries Triumphed in Three Industrial Revolutions. Harvard University Press. hlm. 399–400. ISBN 0674175565.