Ryan Lalisang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ryan Leonard Lalisang (lahir 21 Agustus 1980 di Balikpapan), adalah atlet boling putra Indonesia. Ryan adalah anak dari pasangan Robert J. Lalisang (ayah) dan Yvonne I. Kalesaran (ibu) dan anak ke-3 dari 3 bersaudara. Pria yang berpostur 169 cm ini sempat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Katolik Atmajaya sampai semester 4 namun putus di tengah jalan karena kesibukannya sebagai atlet boling, surat izin dari KONI Pusat tak bisa berlaku untuk kuliahnya. Pria yang hobinya games dan wisata ini adalah alumnus SMAN 3 Jakarta yang terletak di daerah Setiabudi, Jakarta. Ryan adalah peraih medali emas di Sea Games 2005 Manila, Filipina, Kejuaraan Boling Asia 2006 dan Asian Games 2006 Doha, Qatar.

Ryan memang berkeinginan boling naik daun di Indonesia. Ia sudah memutuskan hidup dari boling dengan menjadi pemain semiprofesional. Kontrak dengan lintasan boling Jaya Ancol Bowling sudah dijalaninya. Ia pun memiliki kontrak dengan sebuah produsen perlengkapan boling. Pendidikan formal pun ditinggalkannya. Robert yang pertama kali mengajak Ryan kecil mengenal boling di klub Vico Balikpapan. Bakat besar dan kesungguhan membuat kemampuan Ryan cepat berkembang. Pada 1997 ia bergabung dalam tim nasional Indonesia untuk Sea Games Jakarta dan sejak itu pula ia tinggal di ibu kota serta makin serius hidup dari boling.

Asian Games 2006[sunting | sunting sumber]

“Kemenangan ini memang lebih berarti dibanding juara di event lain. Ini Asian Games pertama saya”. "Yang lebih penting adalah menjadi juara AG akan membuatnya dikenang lebih lama". “Pelatih juga bilang apa pun prestasi sebelumnya, jika kita merebut emas AG, orang akan lebih mengingatnya,” tuturnya. Emas itu jadi lebih berarti sebab merupakan emas pertama kontingen Indonesia di Doha 2006. Ia pun sadar publikasi akan lebih gencar menerpa dirinya. “Saya berterima kasih atas publikasi diri. Semoga ini membuat boling makin populer di Indonesia,” ujarnya. Selain untuk bangsa dan negara, Ryan mendedikasikan medali emasnya untuk keluarga, terutama sang ayah, Robert Lalisang, yang saat ini sedang sakit dan harus menjalani cuci darah. “Papa yang mengarahkan saya. Semoga ini bisa membuat dia bangga, walau memang tak akan pernah bisa menggantikan apa yang dia berikan selama ini,” katanya. “Empat tahun lagi mungkin saya masih akan bermain di Asian Games Guangzhou,” katanya. Ia sadar kekuatan peboling lain belum bisa mengimbanginya di kancah internasional. “Yang dibutuhkan adalah pengalaman. Peboling kita harus banyak berlomba di luar negeri untuk mengasah mental,” tegas kekasih Putty Armein ini. Ia masih memendam obsesi menjadi juara dunia. Meski amat mencintai boling, Ryan tidak berkeinginan untuk menjadi pelatih. “Rasanya tak ada bakat menjadi pelatih, kurang sabar. Apalagi kalau yang dilatih ingin cara instan tanpa latihan keras,” tuturnya.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]