Lompat ke isi

Rumpun Teon Nila Serua

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Teon, Nila, Serua (TNS)
Daerah dengan populasi signifikan
Maluku
Bahasa
Teon, Nila, Serua
Melayu Ambon (lingua franca)
Agama
Kekristenan
Kelompok etnik terkait
Tanimbar

Rumpun Teon Nila Serua atau TNS adalah kumpulan tiga kelompok etnis yang mempunyai keidentikan dan kesamaan budaya maupun bahasa. Rumpun etnis ini terdiri dari masyarakat Teon, Nila, dan Serua yang berasal dari Kepulauan Teon Nila Serua, Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Selain mendiami Maluku Tengah, mereka juga mendiami pulau-pulau terdekat, yakni Maluku Barat Daya.

Masyarakat Teon Nila Serua mendiami 16 kampung yang terletak di Kepulauan Teon Nila Serua, yang pada awalnya berada dalam gugusan Pulau Babar, Kecamatan Babar Timur, Kabupaten Maluku Barat Daya. Namun, karena kepentingan penginjilan dan pembentukan klasis atau wilayah pelayanan jemaat Kristiani, kepulauan tersebut dimasukkan ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah.[1]

Kemudian sekitar tahun 1976 karena alasan akan terjadi bencana alam besar, oleh pemerintah Orde Baru, masyarakat dari 16 kampung di Pulau Teon, Nila, dan Serua dipindahkan ke wilayah Waipia, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah karena bencana alam letusan Gunung Lawarkawra.[2]

Dikutip dari buku Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia (2018:238), Indonesia memiliki sebanyak 718 bahasa daerah dan 62 di antara bahasa-bahasa daerah tersebut terdapat di Provinsi Maluku. Tiga di antara 62 bahasa daerah tersebut adalah bahasa Teon, bahasa Nila, dan bahasa Serua. Bahasa Teon, Nila, dan Serua dituturkan di Kepulauan Teon Nila Serua, Maluku Tengah, Provinsi Maluku.[3] Wilayah tutur bahasa Teon antara lain Desa Watludan, Yafila, dan Bumey. Sementara bahasa Nila dituturkan di Desa Kokroman, Kurelele, Usliapan, dan bahasa Serua dituturkan di Desa Waru, Kabupaten Maluku Tengah. Ketiga etnis ini menempati Pulau Seram sekitar tahun 1978. Dulunya, orang Teon, Nila, dan Serua (saat ini di Pulau Seram) hidup di tiga pulau kecil berbeda di tenggara Pulau Ambon dan hidup saling berhubungan satu dengan yang lain. Kedekatan dan kekerabatan secara budaya dan sosial menyebabkan banyak kesamaan pada kosakata-kosakata tertentu di antara ketiga bahasa tersebut, seperti pada kata "anjing", dalam bahasa Teon, Nila, dan Serua disebut "wasu", "air" disebut "weru", aku disebut "nsisi", "napas" disebut "snera", dan lain sebagainya.

Berdasarkan 200 data kosakata Swadesh bahasa Teon dan bahasa Nila yang telah dianalisis ditemukan tiga glosa dalam bahasa Nila yang tidak memiliki berian sehingga tidak dapat dimasukkan dalam penghitungan persentase kekerabatan. Oleh karena itu jumlah variabel dasar yang dihitung sebanyak 197. Selain itu juga ditemukan 103 kosakata yang berkerabat. Sehingga didapatkan nilai persentase kekerabatan antara bahasa Teon dan bahasa Nila sebesar 52%. Persentase kata kerabat didapatkan dengan menghitung jumlah kata kerabat bahasa Teon dan bahasa Nila dibagi dengan jumlah kata yang diperhitungkan kemudian dikalikan 100% sehingga nilai C (persentase kekerabatan) bahasa Teon dan bahasa Nila sebesar 52% maka persentase kekerabatan bahasa Teon dan bahasa Nila berdasarkan klasifikasi bahasa dalam teknik leksikostatistik termasuk dalam status keluarga. Setelah persentase kekerabatan ini diketahui selanjutnya dihitung waktu pisah dengan nilai C yang didesimalkan menjadi 0,52%. Waktu pisah atau glotokronologi antara dua bahasa yang telah diketahui persentase kekerabatannya dapat dihitung dapat menggunakan rumus logaritma C dibagi dengan retensi atau persentase konstan dalam 1000 tahun. Jadi, penghitungan waktu pisah awal antara bahasa Teon dan bahasa Nila adalah 1.504 tahun yang lalu. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa bahasa Teon dan bahasa Nila diperkirakan merupakan bahasa yang sama sekitar 1.500an tahun yang lalu. Selanjutnya, kedua bahasa tersebut diperkirakan mulai berpisah dari bahasa induknya kira-kira pada tahun 518 M (dihitung dari tahun 2022). Setelah diketahui nilai persentase kekerabatan dan jangka waktu pisah, selanjutnya adalah menghitung jangka kesalahan. Jangka kesalahan ini dihitung bertujuan untuk melihat kesalahan standar, yakni 70% dari yang diperkirakan. Berdasarkan perhitungan usia bahasa Teon dan bahasa Nila dapat dinyatakan bahwa bahasa Teon dan bahasa Nila merupakan bahasa tunggal pada 1.504 tahun yang lalu. Kemudian, bahasa Teon dan bahasa Nila merupakan bahasa tunggal pada 1.674–1.334 tahun yang lalu, dan bahasa Teon dan bahasa Nila mulai berpisah dari bahasa proto antara 180–562 SM (dihitung dari tahun 2022).[4]

Kebudayaan

[sunting | sunting sumber]

Kebudayaan masyarakat Teon Nila Serua hampir punah sejak mereka dipindahkan dari negeri asalnya di kepulauan Teon Nila Serua pada 1976, mengutip perkataan Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Maluku Stevanus Tiwery, "Kebudayaan dan tradisi orang Teon Nila Serua hampir punah sejak mereka dipindahkan dari kampungnya ke Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah karena alasan bencana alam".

Dari sisi letak geografis dan kesamaan adat budaya, mereka termasuk dalam gugusan masyarakat Maluku Barat Daya. Karena berakar dari satu asal, kebudayaan dan tradisi masyarakat pada 16 kampung Teon Nila Serua secara umum memiliki kesamaan dengan masyarakat di Kabupaten Maluku Barat Daya, terutama yang berada di Pulau Babar. Salah satunya ialah kesenian tradisional masyarakat Pulau Babar yang juga dimiliki oleh masyarakat Teon Nila Serua adalah tari Ehe Lawn. Tarian ini telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada 16 Desember 2013.[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]