Lompat ke isi

Rumah Bersejarah Markas Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rumah Bersejarah Markas Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman merupakan bangunan museum khusus yang menyimpan sejarah Jenderal Sudirman dalam memimpin perang gerilya di Pacitan.[1]

Rumah Markas Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman terletak di Kampung Sobo, Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Rumah Bersejarah Markas Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman merupakan rumah persinggahan Jenderal Sudirman ketika bergerilya selama sekitar 99 hari sejak 1 April 1949 hingga 7 Juli 1949 di desa Pakis Baru, Nawangan, Pacitan.[2]

Pada markas gerilya ini Jenderal Sudirman menjalin komunikasi dengan Kol. Nasution, Kol. Simantupang, Kol. Gatot Subroto, Letkol Slamet Riyadi, Kol. Zulkifli Lubis, dan Mayor Suharto.[3]

Pada kawasan markas ini kemudian dibangun Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman sebagai inisiatif dari Roto Soewarno yang pernah menjadi pengawal Jenderal Sudirman ketika bergerilya di desa Pakis Baru. Selain rumah bersejarah, dan monumen, kawasan bersejarah ini juga terdiri dari fasilitas perpustakaan, relief biografi Jenderal Sudirman, lapangan udara dan ruang pertemuan. Pembangunan kawasan markas ini dimulai sejak tahun 1981 dan beberapa kali mengalami pemugaran. Pada tahun 2005, Susilo Bambang Yudhoyono, presiden keenam RI meresmikan kawasan ini.[2][3]

Kawasan ini ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya yang dilindungi negara berdasarkan Instruksi Presiden RI No. 3 tahun 2009, tanggal 27 Maret 2009 tentang Rincian Istana Kepresidenan, Kebun Raya, dan Benda Cagar Budaya Tertentu.[3]

Koleksi[sunting | sunting sumber]

Rumah Markas Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman bergaya sederhana dengan dinding dari anyaman bambu dan berlantai tanah. Terdapat beberapa ruang kamar yang pernah digunakan sebagai tempat peristirahatan Jenderal Sudirman, dan pengawalnya,[1] Kapten Soepardjo, Kapten Tjokropanolo, Roto Suwarno, dan beberapa orang lainnya.[3]

Pada Rumah Bersejarah Markas Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman tersimpan peralatan-peralatan yang pernah digunakan oleh Jenderal Sudirman dan pengawalnya selama bergerilya. Terdapat beberapa peralatan masak, peralatan makan, meja dan kursi.[1]

Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman memiliki ketinggian sekitar 8 meter dengan luas tanah sekitar 97 meter persegi. Bangunan ini memiliki delapan gerbang yang melambangkan delapan provinsi yang ada pada awal kemerdekaan. Pada bangunan terdapat 12 pedangpora yang menunjukkan penghormatan para prajurit TNI kepada Jenderal Sudirman. Pada pelataran bangunan terdapat tiga bagian undakan tangga dengan 70 anak tangga. Undakan atas memiliki 17 anak tangga, undakan tengah memiliki 8 anak tangga, dan undakan bawah memiliki 45 anak tangga yang melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia. Di sekitar monumen terdapat sekitar 38 relief yang menggambarkan kehidupan Jenderal Sudirman sejak kelahiran hingga kematiannya. Pada Monumen Panglima Besar Jenderal Sudirman terdapat patung Jenderal Sudirman[2] yang terbuat dari perunggu.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Wibowo, Agus (2022-08-19). Kartika, Hentty, ed. "Markas Komando Perang Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman di Pacitan, Bukti Sejarah Perjuangan Bangsa". www.tvonenews.com. Diakses tanggal 2024-05-27. 
  2. ^ a b c d Ayuningtyas, D. P.; Hanif, M. (2022-08-01). "MONUMEN PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN DI PAKIS BARU NAWANGAN PACITAN (MAKNA SIMBOLIK DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS SMP/MTS)". Jurnal Pendidikan IPS Indonesia (dalam bahasa Inggris). 6 (1): 23–33. doi:10.23887/pips.v6i1.1163. ISSN 2686-1925. 
  3. ^ a b c d Ratnasari, S. D. (2016). Monumen Jenderal Sudirman: Peranannya bagi Masyarakat Pacitan dalam Perspektif Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan. Jurnal Penelitian Pendidikan, 8(2), 1295-1301.