Robert Morrison
Robert Morrison | |
---|---|
![]() Lukisan Morrison karya John Wildman | |
Lahir | Morpeth, Northumberland, Inggris | 5 Januari 1782
Meninggal | 1 Agustus 1834 Kanton, Guangdong, Tiongkok | (umur 52)
Pekerjaan | Misionaris Protestan bersama London Missionary Society |
Suami/istri | Mary Morrison (née Morton)
(m. 1809; meninggal 1821)Eliza Morrison (née Armstrong)
(m. 1824) |
Anak | 8, termasuk John Robert Morrison, George S. Morrison |
Orang tua | James Morrison Hannah Nicholson |
Gelar | D.D. |
Agama | Presbiterian |
![]() ![]() |
Robert Morrison, FRS (5 January 1782 – 1 August 1834), adalah seorang misionaris Protestan berdarah Inggris-Skotlandia[1][2] yang dikirim ke Makau Portugis, Guangdong era dinasti Qing, dan Melaka Belanda, yang juga adalah seorang sinolog, leksikografer, dan penerjemah pionir yang dianggap sebagai "Bapak Sastra Inggris-Tionghoa".[3]
Morrison, seorang pengkhotbah Presbiterian, paling dikenal karena pekerjaannya di Tiongkok. Setelah pekerjaan selama dua puluh lima tahun, ia menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Tionghoa dan membaptis sepuluh orang Tionghoa yang percaya, termasuk Cai Gao, Liang Fa, dan Wat Ngong. Morrison menjadi pionir dari penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Tionghoa dan merencanakan penyebarluasan Kitab Suci seluas mungkin, tidak seperti terjemahan Katolik Roma terdahulu yang tidak pernah diterbitkan.[4]
Morrison bekerja sama dengan misionaris lainnya yang hidup pada zaman itu, seperti Walter Henry Medhurst dan William Milne (para pencetak), Samuel Dyer (ayah mertua Hudson Taylor), Karl Gützlaff (linguis asal Prusia), dan Peter Parker (misionaris kedokteran pertama di Tiongkok). Ia melayani selama 27 tahun di Tiongkok dengan satu kali cuti pulang ke Inggris. Usaha-usaha misi yang ada di Tiongkok saat itu terbatas hanya pada Guangzhou (Kanton) dan Makau. Mereka berfokus pada penyebaran sastra di antara para pedagang, mempertobatkan beberapa orang, dan membangun dasar bagi karya pendidikan dan kedokteran lebih lanjut yang akan secara signifikan berdampak pada budaya dan sejarah dari bangsa tersebut. Namun, ketika Morrison ditanya beberapa saat setelah ketibaannyadi Tiongkok apakah ia berharap akan memberikan dampak rohani kepada orang-orang Tionghoa, ia menjawab, "Tidak Tuan, tetapi saya berharap Allah akan!"[5]
Misinya di Tiongkok
[sunting | sunting sumber]Morrison tiba di Guangzhou, Tiongkok pada tahun 1807.[6] Di sana, Morrison memerbaiki kemampuannya dalam berbahasa Tionghoa dengan dibantu oleh dua orang penduduk Cina pribumi yang beragama Katolik.[7] Pada saat Morrison datang, Cina sama sekali tertutup bagi orang-orang asing karena para penguasa itu terkena xenofobia.[6] Penguasa di Tiongkok pada saat itu, mencurigai dan takut berhubungan dengan orang asing.[6] Morisson menyadari kondisi itu sehingga dari Guangzhou ia menulis surat kepada LSM agar mereka dapat melakukan penginjilan dengan metode stepping stone.[6] Metode stepping stone adalah metode penginjilan dengan mendirikan basis penginjilan di perbatasan Cina Selatan dan pesisir selatan Asia.[7] Melalui metode ini, para misionaris belajar tentang orang-orang Tiongkok dari komunitas orang-orang Tiongkok yang berada di luar Tiongkok.[7]

Karya-karyanya di Tiongkok
[sunting | sunting sumber]Karyanya di bidang bahasa
[sunting | sunting sumber]Di Guangzhou, Morrison juga bekerja sebagai juru bahasa untuk East India Company (ICP).[6] Ia juga membantu perusahaan dagang Inggris sebagai seorang alih bahasa.[6] Robert Morrison dan William Milne menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Tionghoa.[6][8] Proyek penerjemahan Alkitab ini, mereka selesaikan pada tahun 1819.[8] Ia juga menyusun kamus bahasa Tionghoa dari tahun 1815-1823.[6][8] Tidak hanya itu, Robert Morrison juga menerjemahkan katekismus singkat dari gereja Skotlandia dan sebagian buku doa gereja Inggris.[6]
Karyanya di bidang pendidikan
[sunting | sunting sumber]Morrison mempunyai visi yang besar dalam penginjilan, sehingga ia bersama William Milne mendirikan sekolah di Malaka yaitu Anglo-Chinese College.[6] Sekolah ini berhasil didirikan pada tahun 1820.[6] Mayoritas siswa sekolah ini adalah orang pribumi Tiongkok asli.[6] Kurikulumnya dibuat untuk tingkat pendidikan dasar.[6] Dalam 15 tahun pertamanya, 40 orang siswa berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah ini dan 15 orang murid dibaptis.[6] Tujuan Morrison untuk mendirikan sekolah tersebut adalah untuk menjembatani antara kebudayaan Barat dengan kebudayaan Asia, khususnya kebudayaan Tionghoa.[9]
Kritik penginjil pada zamannya terhadap Morrison
[sunting | sunting sumber]Morrison juga mendapat kritikan dari penginjil pada zamannya, karena metode penginjilannya yang sangat menekankan penerjemahan Alkitab dan kurang menekankan pembaptisan.[7] Morison diremehkan karena ia baru bisa membaptis orang di Tiongkok 7 tahun setelah kedatangannya.[7] Hanya sepuluh orang yang berhasil dibaptis Morrison selama 25 tahun ia menginjili di sana.[7]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Wylie (1867), pp. 3–4
- ^ "pioneering Scottish missionary Robert Morrison" (PDF). The Burke Library Archive. Columbia University Libraries. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 21 December 2012. Diakses tanggal 18 August 2011.
- ^ Thom, Robert (1840). Yishi Yuyan. Esop's Fables Written in Chinese by the Learned Mun Mooy Seen-Shang, and Compiled in their Present Form (With a free and literal translation) by His Pupil Sloth. Canton, China. hlm. Preface.
- ^ Townsend (1890), appendix
- ^ R. Li-Hua (2014). Competitiveness of Chinese Firms: West Meets East. Springer. hlm. 40. ISBN 9781137309303.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n (Inggris) Scott W. Sunquist (ed.), A Dictionary of Asian Christianity. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 2001. Hal 301-303.
- ^ a b c d e f (Inggris) Samuel Hugh Moffet, A History of Christianity in Asia vol 2. New York: Harper Collins Publisher. 1992. Hal 289.
- ^ a b c Anne Ruck. Sejarah Gereja Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2006. Hal 137-138.
- ^ Van Den End, Sejarah Gereja Asia. Yogyakarta: PPIP Dutawacana. 1988. Hal 34.