Peter Plogojowitz

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Peter Plogojowitz (bahasa Serbia: Petar Blagojević/Петар Благојевић; meninggal 1725) adalah petani Serbia yang dipercaya menjadi vampir setelah kematiannya dan membunuh sembilan warga desa. Kasus ini adalah salah satu kasus vampir terawal, termahsyur, dan terdokumentasikan. Kasus ini dicatat oleh Imperial Provisor Frombald, sebuah lembaga administrasi Austria yang menyaksikan penusukan Plogojowitz.

Kisahnya[sunting | sunting sumber]

Peter Plogojowitz tinggal di desa Kisilova (kemungkinan Kisiljevo modern). Plogojowitz meninggal pada tahun 1725, dan kematiannya diikuti oleh beberapa kematian mendadak warga lain (dilaporkan bahwa masing-masing terjadi setelah 24 jam). Dalam delapan hari, sembilan orang meninggal. Para korban diduga diserang oleh Plogojowitz pada malem hari. Istri Plogojowitz menyatakan bahwa Plogojowitz mendatanginya dan meminta sepatunya; setelah kejadian itu sang istri langsung pindah ke desa lain. Dalam legenda lainnya, dikatakan bahwa Plogojowitz kembali ke rumahnya dan meminta makanan pada putranya. Ketika putranya menolak, Plogojowitz pun membunuhnya. Penduduk desa akhirnya memutuskan untuk menggali kuburannya dan memeriksa apakah ada tanda-tanda vampirisme, seperti hilangnya tanda pembusukan atau rambut, gigi, dan kuku yang masih tumbuh.

Para penduduk Kisilova meminta Kameralprovisor Frombald, bersama pendeta lokal, untuk hadir pada saat prosesi penggalian. Frombald mencoba meyakinkan penduduk bahwa harus izin dari otoritas Belgrade. Namun para penduduk takut ketika izin itu keluar, seluruh desa mungkin sudah dimangsa oleh vampir. Mereka meminta Frombald untuk memberi izin, jika tidak, semua penduduk akan meninggalkan desa itu. Frombald akhirnya terpaksa setuju.

Bersama pendeta Veliko Gradište, Frombald menyaksikan penggalian jenazah Peter Plogojowitz dan sangat takjub ketika melihat bahwa mayat itu menampakkan tanda-tanda vampir. Mayat itu tidak membusuk, rambutnya tumbuh, ada "kulit dan kuku baru" (karena bagian luarnya sudah terkelupas), dan di mulutnya ada darah. Para penduduk menjadi marah dan menusuk jantung mayat itu, yang menyebabkan darah mengalir dari telinga dan mulut mayat. Kemudian mayat itu dibakar. Frombald menyimpulkan dalam laporannya bahwa, jika suatu hari nanti diketahui bahwa tindakan itu salah, maka dia tak boleh disalahkan, karena para penduduk pada saat itu merasa sangat takut. Pihak berwenang sendiri merasa tak perlu melakukan langkah lanjutan.