Pertempuran Sungai Darah
Pertempuran Sungai Darah | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Die Groot Trek | |||||||
Pintu masuk ke Monumen Pertempuran Sungai Darah di Kwazulu-Natal | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Voortrekkers | Kerajaan Zulu | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Andries Pretorius Sarel Cilliers |
Dambuza Ndlela kaSompisi | ||||||
Kekuatan | |||||||
464 Pionir + 200 pelayan | 80.000 pasukan | ||||||
Korban | |||||||
3 terluka | 3.000+ tewas |
Pertempuran Sungai Darah (bahasa Afrikaans: Slag van Bloedrivier; bahasa Zulu: iMpi yaseNcome) adalah sebuah pertempuran yang berlangsung antara 470 Voortrekkers ("Pionir") yang dipimpin oleh Andries Pretorius melawan sekitar 80.000 pasukan Zulu di tepi Sungai Ncome pada tanggal 16 December 1838, di wilayah yang kini merupakan bagian dari KwaZulu-Natal, Afrika Selatan. Pertempuran ini dimenangkan oleh para Voortrekkers meskipun jumlah mereka sangat kecil. Jumlah korban jiwa di pihak Zulu mencapai lebih dari 3.000 orang, termasuk dua pangeran Zulu yang sedang bersaing dengan Pangeran Mpande dalam upaya untuk menguasai tahta Zulu. Sementara itu, tiga Voortrekers terluka ringan (termasuk Pretorius).
Setelah berakhirnya Pertempuran Sungai Darah, Pangeran Mpande berhasil mengalahkan Raja Dingane dalam Pertempuran Maqongqe pada Januari 1840 dan kemudian ia dimahkotai sebagai Raja Zulu yang baru oleh sekutunya, Andries Pretorius. Jenderal Ndlela yang berperan sebagai Perdana Menteri dan komandan Dingane dalam Pertempuran Maqongqe dan Sungai Darah lalu tewas dicekik oleh Dingane karena dituduh berkhianat. Jenderal Ndlela sebelumnya merupakan pelindung Pangeran Mpande.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pertempuran ini berlangsung setelah pembunuhan kepala kelompok Voortrekkers Piet Retief pada 6 Februari 1838. Pada November 1837, Piet Retief dan kelompok diplomatiknya bertemu dengan Raja Dingane untuk meminta tanah di wilayahnya. Sang raja setuju dengan syarat kelompoknya mengembalikan beberapa ekor kerbau yang telah dicuri. Ketika kerbaunya dipulangkan, Raja Dingane menandatangani perjanjian penyerahan tanah deed of cession of lands (ditulis dalam bahasa Inggris) kepada Voortrekkers.
Piet Retief bersama delegasinya kemudian diundang ke jamuan perpisahan. Sebelum diizinkan masuk, mereka dilarang membawa senjata karena dapat dianggap sebagai penghinaan oleh Raja Dingane. Ternyata perjanjian Raja Dingane merupakan perjanjian palsu dan semua orang Boer bersama ketuanya Piet Retief ditawan dan dibunuh secara kejam. Pada saat yang sama, tentara Zulu mengepung dan membunuh anggota kelompok Retief yang tersisa - sekitar 500 orang Boer, laki-laki, perempuan dan anak-anak di Weenen (bahasa Afrikaans, "tangisan," untuk memperingati pembantaian di sana). Setelah itu, Dingane mengirim tentaranya untuk mencari dan membunuh kelompok Voortrekker lain di bawah pimpinan Andries Pretorius.
Strategi pertempuran
[sunting | sunting sumber]Pada 15 Desember, pihak Voortrekker mendapat kabar tentang serangan tentara Zulu. Pretorius memilih satu lokasi yang sangat tepat untuk bertempur, yaitu di sebelah Sungai Darah (ketika itu disebut sungai Ncome). Gerobak sapi mereka disusun menjadi sebuah laager. Laager merupakan satu formasi militer yang menyusun gerobak-gerobak sapi dalam bentuk segiempat atau lingkaran. Sebelum pertempuran dimulai, pihak Voortrekker yang berpegang teguh dengan agama mereka telah bersumpah kepada Tuhan bahwa jika mereka berhasil, mereka akan membangun sebuah gereja dan memperingati hari kemenangan itu sebagai suatu hari keagamaan. Hingga hari ini, 16 Desember dirayakan oleh semua rakyat di Afrika Selatan; sebelum tahun 1994, hari tersebut dikenal dengan nama "Hari Sumpah" atau "Hari Perjanjian", tetapi kini hari ini disebut "Hari Rekonsiliasi" atau Hari Perdamaian.
Resimen Zulu atau Impi telah berulang kali menyerang laager Voortrekkers, tetapi gagal menembusnya. Pretorius khawatir pasokan pelurunya akan habis akibat jumlah bala tentara Zulu yang besar. Ia kemudian memerintahkan pasukan berkudanya keluar dari laager dan menyerang tentara Zulu langsung. Tim berkudanya yang ahli dalam berburu berhasil menewaskan beberapa ratus tentara Zulu, setengahnya saat sedang menyeberang sungai Ncome. Akibatnya, sungai itu berubah menjadi merah darah dan sampai hari ini disebut Sungai Darah. Pretorius sendiri terluka akibat tombak assegai (lembing Zulu) yang menusuk tangan kirinya. Setelah mengalami kekalahan parah, tentara Zulu pun terpaksa mundur. 3.000 dari tentara mereka telah tewas, sementara hanya 3 tentara Boer saja yang terluka.
Kemenangan bangsa Boer adalah disebabkan kelebihan senjata api mereka. Namun, semangat juang mereka yang tinggi mungkin disebabkan keinginan balas dendam atas pembantaian Voortrekker di tangan Raja Dingane.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- "Nuwe Geskiedenis van Suid-Afrika", revised edition, oleh Cameron & Spies. Human & Rousseau, 1991.