Perkawinan Shinto
Perkawinan Shinto, Shinzen kekkon (神前結婚, "Perkawinan sebelum kami"), dimulai di Jepang pada awal abad ke-20, dipopulerisasikan setelah perkawinan Putra Mahkota Yoshihito dan mempelainya, Putri Kujo Sadako. Upacara tersebut sangat bertemakan kemurnian Shinto, dan melibatkan upacara minum sake tiga cangkir sebanyak tiga kali, nan-nan-san-ku-do. Perkawinan Shinto makin menurun. Sangat sedikit orang Jepang yang menikah, dan orang-orang yang melakukannya sering kali memilih upacara kapel gaya Barat.
Upacara[sunting | sunting sumber]
![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/23/Wedding_of_shinto_Minatogawa-jinja_%E6%B9%8A%E5%B7%9D%E7%A5%9E%E7%A4%BE_5050526a.jpg/220px-Wedding_of_shinto_Minatogawa-jinja_%E6%B9%8A%E5%B7%9D%E7%A5%9E%E7%A4%BE_5050526a.jpg)
Sebuah upacara perkawinan Shinto biasanya bersifat kecil-kecilan, dibatasi di kalangan keluarga, sementara resepsi dibuka untuk sejumlah besar tema.[1]
Shinzen kekkon, yang secara harfiah artinya "perkawinan sebelum kami," adalah ritual pemurnian Shinto[2] yang meliputi saling bertukar sake antar pasangan sebelum mereka menikah.[1] Upacara tersebut biasanya berjalan selama 20 sampai 30 menit.[3]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaAmbros
- ^ Picken, Stuart D.B. (1994). Essentials of Shinto : an analytical guide to principal teachings. Westport, Conn. [u.a.]: Greenwood Press. ISBN 9780313264313.
- ^ De Mente, Boyé Lafayette (2009). Etiquette guide to Japan know the rules that make the difference (edisi ke-Updated and expanded). North Clarendon, Vt.: Tuttle Pub. ISBN 9781462902460.