Perhimpunan Pengarang Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perhimpunan Pengarang Indonesia (PPI) merupakan perhimpunan profesi pertama bagi para sastrawan yang mencakup para penulis dan budayawan. PPI hadir untuk merangkul dan melindungi hak-hak para sastrawan dan budayawan, termasuk menyalurkan aspirasi dan sumbangan pemikiran terhadap elemen masyarakat. Sastrawan Radhar Panca Dahana adalah salah satu pendirinya. Kali pertama diadakan pertemuan PPI pada 25 sampai dengan 27 November 2012, di Makassar[1][2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Dasar dari pendirian perhimpunan ini antara lain, selama ini sastrawan kurang mendapat perhatian pemerintah, bahkan termarjinalkan. Padahal peran sastrawan dan budayawan melalui karyanya memberikan nilai estetika dan pemaknaan dalam hidup dan kehidupan.[3][4] PPI diharapkan dapat menjangkau seluruh pengarang di Indonesia. Perhimpunan ini dibentuk secara formal pada 31 Desember 2012. Sehingga mulai tahun berikutnya, perhimpunan ini dapat membantu pengarang-pengarang di Indonesia agar bekerja dengan lebih baik. PPI juga akan melindungi para sastrawan, mulai dari masalah hukum, hak cipta, serta eksistensi kepengarangan di Indonesia sehingga pengarang dapat bekerja lebih produktif menghasilkan karya-karya sastra.

Perhelatan Perhimpunan Pengarang Indonesia, kali pertama diselenggarakan di Makassar, pada 25 sampai dengan 27 November 2012, bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Bidang Kebudayaan dan Balai Sastra Indonesia. Jumlah peserta mencapai 100 orang penulis ternama Indonesia mulai dari pengarang tertua (Gerson Poyk adalah pengarang paling tua yang hadir saat itu) sampai pengarang termuda (Dian Sartika Nuraini) yang dikirim tiap provinsi. PPI 2012 menyepakati beberapa hal, salah satunya pembentukan perhimpunan profesi PPI. Selain itu juga, pertemuan tersebut untuk menggagas kesusastraan dan kesenian yang berkaitan dengan budaya, termasuk membahas masalah estetika sastra, internal dan eksternal sastra. Acara ditutup dengan kunjungan ke sejumlah tempat bersejarah antara lain makam Sultan Hassanudin dan makam Syekh Jusuf di Goa[5][6]

Referensi[sunting | sunting sumber]