Lompat ke isi

Pemberian obat pencegahan massal cacingan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pemberian obat pencegahan massal cacingan
Intervensi
Perawat memberikan tablet obat cacing ke seorang anak di Kakute, Uganda

Pemberian obat pencegahan massal cacingan (POPM cacingan[1], bahasa Inggris: mass deworming), juga disebut kemoterapi pencegahan (bahasa Inggris: preventive chemotherapy),[2][3] adalah proses mengobati sejumlah besar orang, terutama anak-anak, untuk kecacingan (misalnya cacing yang ditularkan melalui tanah (STH)) dan skistosomiasis di daerah-daerah yang memiliki prevalensi yang tinggi untuk kondisi-kondisi ini.[4][5] Hal ini melibatkan pengobatan untuk setiap orang – seringkali untuk semua anak yang masuk sekolah, menggunakan infrastruktur yang ada untuk menghemat biaya – daripada melakukan tes terlebih dahulu dan kemudian hanya mengobati secara selektif. Efek samping yang serius belum pernah dilaporkan ketika memberikan obat kepada mereka yang tidak menderita cacingan,[2][3] dan menguji infeksi berkali-kali lipat lebih mahal daripada mengobatinya. Oleh karena itu, dengan jumlah uang yang sama, POPM cacingan dapat mengobati lebih banyak orang dengan biaya yang lebih efektif dibandingkan dengan pemberian obat cacing secara selektif.

POPM cacingan pada anak-anak dapat dilakukan dengan memberikan mebendazol dan albendazol yang merupakan dua jenis obat cacing (antelmintik).[6] Biaya yang dibutuhkan untuk memberikan satu tablet setiap enam sampai dua belas bulan per anak (dosis umum) relatif rendah.[7]

Cacingan yang ditularkan melalui tanah adalah penyakit tropis terabaikan yang paling banyak terjadi.[8] Lebih dari 870 juta anak berisiko terkena infeksi cacing parasit.[9] Infeksi cacing mengganggu penyerapan nutrisi, dapat menyebabkan anemia, malnutrisi dan gangguan perkembangan mental dan fisik, serta menjadi ancaman serius bagi kesehatan, pendidikan, dan produktivitas anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi sering kali terlalu sakit atau lelah untuk berkonsentrasi di sekolah, atau bahkan tidak masuk sekolah sama sekali.[10] Pada tahun 2001, Majelis Kesehatan Dunia menetapkan target bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengobati 75% anak usia sekolah pada tahun 2010.[6]

Beberapa lembaga swadaya masyarakat mendukung POPM cacingan, seperti Deworm the World Initiative (sebuah proyek dari lembaga swadaya masyarakat Evidence Action), END Fund (didirikan oleh Legatum Foundation pada tahun 2012),[11] Schistosomiasis Control Initiative, dan Sightsavers. Karena biaya pengobatan cacing pada anak yang murah, implementasi dalam skala besar dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.[12]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]
Seorang perawat memberikan obat cacing kepada seorang anak
Mencuci tangan dan pemberian obat cacing dua kali setahun merupakan bagian dari Essential Health Care Package di Filipina (program "Fit for School").

Cacing parasit usus (sebagian besar termasuk dalam kategori cacing yang ditularkan melalui tanah) memengaruhi sekitar 1,5 miliar orang, menurut perkiraan WHO,[13] dengan 218 juta orang membutuhkan pengobatan pencegahan untuk cacing jenis schistosoma pada tahun 2015.[14]

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan POPM cacingan pada anak-anak yang tinggal di daerah endemik, untuk mengurangi angka kesakitan dengan mengurangi beban cacing secara keseluruhan.[15] WHO menyarankan bahwa infeksi cacing berdampak buruk pada status gizi, mengganggu proses kognitif, dan dapat menyebabkan kondisi seperti penyumbatan usus atau lesi pada saluran kemih dan hati. Pengobatan obat secara berkala diharapkan dapat memberikan manfaat kesehatan seperti berkurangnya kehilangan mikronutrien, berkurangnya kontaminasi lingkungan, peningkatan status gizi dan fungsi kognitif, dan prestasi sekolah yang lebih baik dalam keadaan tertentu.[4][6]

Pada tahun 2001, Majelis Kesehatan Dunia menetapkan target bagi WHO untuk mengobati 75 persen anak usia sekolah pada tahun 2010.[6] Pada tahun 2014, lebih dari 396 juta anak usia prasekolah dan usia sekolah telah diobati, setara dengan 47 persen anak-anak yang berisiko.[16]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Nurdiansyah, Rusdy (10 Februari 2021). "Dinkes Depok Maksimalkan Pemberian Obat Cacing di Puskesmas". Republika Online. Diakses tanggal 7 Agustus 2023. 
  2. ^ a b WHO (2006). Preventive chemotherapy in human helminthiasis: coordinated use of anthelminthic drugs in control interventions: a manual for health professionals and programme managers (PDF). WHO Press, World Health Organization, Geneva, Switzerland. hlm. 1–61. ISBN 9241547103. 
  3. ^ a b Albonico M, Allen H, Chitsulo L, Engels D, Gabrielli AF, Savioli L (March 2008). "Controlling soil-transmitted helminthiasis in pre-school-age children through preventive chemotherapy". PLOS Neglected Tropical Diseases. 2 (3): e126. doi:10.1371/journal.pntd.0000126. PMC 2274864alt=Dapat diakses gratis. PMID 18365031. 
  4. ^ a b Taylor-Robinson DC, Maayan N, Donegan S, Chaplin M, Garner P (September 2019). "Public health deworming programmes for soil-transmitted helminths in children living in endemic areas". The Cochrane Database of Systematic Reviews. 9 (9): CD000371. doi:10.1002/14651858.CD000371.pub7. PMC 6737502alt=Dapat diakses gratis. PMID 31508807. 
  5. ^ Gabrielli AF, Montresor A, Chitsulo L, Engels D, Savioli L (December 2011). "Preventive chemotherapy in human helminthiasis: theoretical and operational aspects". Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. 105 (12): 683–93. doi:10.1016/j.trstmh.2011.08.013. PMC 5576527alt=Dapat diakses gratis. PMID 22040463. 
  6. ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama WHO1
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama EAcost
  8. ^ Lo, Nathan C.; Heft-Neal, Sam; Coulibaly, Jean T.; Leonard, Leslie; Bendavid, Eran; Addiss, David G. (2019-11-01). "State of deworming coverage and equity in low-income and middle-income countries using household health surveys: a spatiotemporal cross-sectional study". The Lancet Global Health (dalam bahasa English). 7 (11): e1511–e1520. doi:10.1016/S2214-109X(19)30413-9. ISSN 2214-109X. PMC 7024997alt=Dapat diakses gratis. PMID 31558383. 
  9. ^ "Soil Transmitted Helminths". WHO. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 20, 2012. Diakses tanggal 28 July 2015. 
  10. ^ Baird S, Hicks JH, Kremer M, Miguel E (November 2016). "Worms at Work: Long-run Impacts of a Child Health Investment" (PDF). The Quarterly Journal of Economics. 131 (4): 1637–1680. doi:10.1093/qje/qjw022. PMC 5094294alt=Dapat diakses gratis. PMID 27818531. 
  11. ^ "Philanthropy: the search for the best way to give". Financial Times (dalam bahasa Inggris). April 2017. Diakses tanggal 22 November 2019. 
  12. ^ "GiveWell Top Charities". Givewell. 2018. Diakses tanggal 26 February 2019. 
  13. ^ "Soil-transmitted helminth infections". WHO. January 2017. Diakses tanggal 14 May 2017. 
  14. ^ "Schistosomiasis fact sheet". WHO. January 2017. Diakses tanggal 14 May 2017. 
  15. ^ "WHO intestinal worms strategy". who.int. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 9, 2007. Diakses tanggal 2016-01-26. 
  16. ^ "Soil-transmitted helminthiases: number of children treated in 2014" (PDF). Weekly Epidemiological Record. World Health Organization. 90 (51/52): 701–712. 18 December 2015. ISSN 0049-8114. 

Templat:Kesehatan masyarakat Templat:Altruisme efektif