Pembelajaran berdiferensiasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Empat area yang dapat dibuat berbeda.

Pembelajaran berdiferensiasi (Inggris: differentiated instruction) adalah proses atau filosofi untuk pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif.[1] Proses mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar dari masing-masing siswa.[2]

Prinsip Pembelajaran Diferensiasi[sunting | sunting sumber]

Menurut Thomlinsoon dan MOOn ( 2010) terdaoat lima prisif yang harus diterapkan dalam pembelajaran diferensiasi. Pertama, lingkungan belajar yaitu tempat siswa berinteraksi dengan guru dan siswa lainnya. Lingkungan beajar dibuat nyaman sehingga tercipta komunikasi dan inetasksi yang positif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip kedua adalah kurikulum berkualitas. kurikulum berkualitas tercipta karena guru memahami tujuan pembelajaran serta memhami kemampuan peserta didik, sehingga dapat membantu mereka sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ketiga adalah assesmen berkelanjutan, artinya asesmen dilakukan sebelum selama dan sesudah pembelajaran. Asesmen dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa bukan untuk memberikan skor, tetapi untuk perbaikan proses pembelajaran. asesment dilakukan dengan kegiatan asesmen diagnostik, pre tes atau brainstroming. Prinsif ke empat adalah pengajaran yang responsif, maknanya adalah guru segera melakukan tindak lanjut dari hasil asesment formatif yang dilakukan. Guru melakukan perubahan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan profil siswa. Prinsif kelima yaitu kepemimpinan dan rutinitas di kelas. Makna dari prinsif kelima yaitu guru bisa memimpin proses pembelajaran dengan baik, guru mampu mengelola kelas dengan tertib, para siswa mengikuti peraturan dan proses pembelajaran sesuia yang diharapkan. Mereka tahu hak serta melaksanakan tugas dan peran mereka dengan baik.[1]

Keragaman Peserta Didik[sunting | sunting sumber]

Pembelajaran diferensiasi memperhatikan dan mmementingkna keragaman peserta didik. Keragaman peserta didik yang berperan dalam pembelajaran diferensiasi ada tiga. Pertama kesiapan peserta didik yang dilihat dari kemampuan awal mereka baik pengetahuan dan keterampilan. Para guru harus paham bahwa kemmapuan peserta didik berbeda-beda sehingga bantuan yang diberikan kepada mereka harus disesuaiakn dengan kesiapan mereka. Kedua keberagaman minat, minat peserta didik dapat dijadikan bahan pelajaran sehingga mereka lebih semnaagat dalam melakukan pembelajaran. Ketiga keragaman profil belajar siswa, beberapa siswa mungkin lebih suka belajar sendiri, yang lain berkelompok. Gaya belajar siswa juga termasuk profil belajar siswa, apakah kinestetik, audio atau visual. Guru harus memahami dan menyesuaiakn proses pembelajaran di kelasnya sheingga semua siswa merasa terlayani dengan baik.

Elemen Diferensiasi[sunting | sunting sumber]

Guru Memiliki empat aspek yang bisa dikendalikan dalam melakukan pembelajaran diferensiasi. Pertama konten, yaitu materi yang akan dipelajari. Kedua proses pembelajaran yaitu kegiatan yang akan dilakukan untuk memahami konten. Ketiga produk atau karya yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang diseuaikan dengan minat dan kemmapuan siswa. Keempat lingkungan belajar, yaitu tempat melaksanakan pembelajaran dibuat sesuai dengan kesukaan siswa, begitupun dalam pembelajaran kelompok atau mandiri.[2]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki dan referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Tomlinson 2001.
  2. ^ Heacox 2002, hlm. 5.

Catatan kaki

Daftar pustaka