Paus Rosario

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Paus Leo XIII

Paus Rosario adalah sebuah gelar yang diberikan kepada Paus Leo XIII (1878-1903) karena ia menerbitkan sebelas surat ensiklik mengenai doa rosario (sebuah rekor tersendiri), yang membentuk kebiasaan Katolik untuk mendaraskan doa rosario tiap hari selama bulan Oktober, yang diciptakan pada tahun 1883 pada Pesta Ratu Rosario Suci.[1]

Maria dan Kristus[sunting | sunting sumber]

Paus Leo XIII menjelaskan pentingnya doa rosario sebagai sebuah jalan menuju Tuhan; dari Allah Bapa kepada putra-Nya, lalu pada bunda-Nya, dan dari sang Bunda kepada umat manusia. Tidak ada manusia yang bisa mengubah hal ini. Oleh karena itu hanya terdapat satu jalan bagi para umat, yaitu kepada Sang Bunda dan dari-Nya kepada Kristus dan melalui Kristus kepada Allah Bapa.[2] Penekanan pada jalan melalui Maria menuju Kristus telah menjadi sebuah arah pokok dalam Mariologi Katolik Roma, dengan Mariologi dipandang sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan di dalam Kristologi, dan dimana doa rosario menyediakan jalan tersebut.[3][4]

Maria Sang Mediatrix[sunting | sunting sumber]

Paus Leo XIII adalah Paus pertama yang secara penuh mendukung konsep Maria sebagai seorang mediatrix (perantara). Dalam ensiklik-ensiklik rosarionya, ia menggambarkan Sang Perawan Maria sebagai sang perantara semua rahmat ilahi. Pada tahun 1883 ia menulis bahwa tidak ada sesuatu yang menyelamatkan dan yang sangat besar hasilnya seperti permintaan dukungan pada Sang Perawan Suci, sang perantara damai dengan Tuhan dan rahmat-rahmat surgawi-Nya.[5] Dalam ensiklik rosarionya Octobri Mense, ia menyatakan bahwa Maria adalah penyelenggara semua rahmat di bumi, sebagai bagian dari sebuah tatanan penyelamatan yang baru.[6] Dalam Dei Matris ia menunjukkan bahwa Maria adalah sang perantara karena Kristus Tuhan juga adalah saudara kita.[7] Dam di alam Jucunda Semper, ia menyatakan bahwa alasan terdalam mengapa kita mencari perlindungan Maria melalui doa sangat pasti adalah kedudukannya sebagai perantara rahmat ilahi.[8] Dalam Augustissimae Virginis, ia menulis bahwa berdoa bersama Maria adalah jalan terbaik untuk didengarkan oleh Tuhan, dan untuk menemukan rahmat-Nya.[9]

Ensiklik-ensiklik Rosario[sunting | sunting sumber]

No. Judul (Bahasa Latin) Judul (terjemahan Bahasa Indonesia) Topik Tanggal
1. Supremi Apostolatus Officio Jabatan Apostolik Agung Mengenai devosi kepada rosario 1 September 1883
2. Superiore Anno Tahun lalu Mengenai pelafalan doa rosario 30 Agustus 1884
3. Vi E Ben Noto Mengenai doa rosario dan kehidupan publik 20 September 1887
4. Octobri Mense Bulan Oktober Mengenai doa rosario 22 September 1891
5. Magnae Dei Matris Bunda Allah yang Agung Mengenai doa rosario 8 September 1892
6. Laetitiae Sanctae Tentang pujian suci Menghargai devosi pada rosario 8 September 1893
7. Iucunda Semper Expectatione Mengenai doa rosario 8 September 1894
8. Adiutricem Pembantu utama Mengenai doa rosario 5 September 1895
9. Fidentem Piumque Animum Mengenai doa rosario 20 September 1896
10. Augustissimae Virginis Mariae Tentang Yang Paling Agung Sang Perawan Maria Mengenai persaudaraan Rosario Suci 12 September 1897
11. Diuturni Temporis Mengenai doa rosario 5 September 1898

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ in Lauretanische Litanei, Marienlexikon, Eos, St. Ottilien, 1988, p.41
  2. ^ Encyclical Jucunda Semper 8.9.1894 quoted in Marienlexikon,Eos St. Ottilien, 1988 42
  3. ^ At the center of this mystery, in the midst of this wonderment of faith, stands Mary. As the loving Mother of the Redeemer, she was the first to experience it: "To the wonderment of nature you bore your Creator"! Pope John Paul II, in Redemptoris Mater, 51
  4. ^ See Pius XII Mystici corporis Christi; John Henry Newman: Mariology is always christocentric, in Michael Testa, Mary: The Virgin Mary in the Life and Writings of John Henry Newman 2001; Mariology Is Christology in Vittorio Messori, "The Mary Hypothesis" Rome, 2005
  5. ^ Suprimi apostolatus Rudolf Graber, Die marianischen Weltrundschreiben der Päpste der letzten 100 Jahre, Würzburg; 1954, p 30.
  6. ^ Encyclical Octobri Mense Graber 48
  7. ^ Graber 62
  8. ^ Graber, 83
  9. ^ Graber 115