Passapu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Prangko bergambar Sultan Hasanuddin mengenakan Passapu

Passapu atau Patonro adalah sebuah penutup kepala yang berupa lilitan kain khas masyarakat Makassar. Patonro telah ada sejak abad ke-7. Kemunculan Passapu tidak terlepas dari budaya Melayu seperti Sumatera, Padang, dan Malaysia. Meskipun begitu, penutup kepala di setiap daerah tersebut memiliki nama tersendiri.

Patonro mulai dikenakan pada masa Kerajaan Gowa yang ke-10. Saat itu Kerajaan Gowa dipimpin oleh Raja I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng. Pada zaman raja Gowa yang ke-10, Patonro digunakan sebagai penanda sosial yang hanya dapat digunakan oleh para anak karaeng (bangsawan) dan juga tubarania (ksatria). Selain itu, penggunaan Passapu juga memiliki makna tersendiri.

Jika panglima mengenakan Passapu atau Patonro tegak berdiri maka artinya mereka siap berperang. Namun jika Patonro digunakan agak terjatuh itu berarti raja tersebut ingin menghadiri acara adat. Pada masa itu Passapu digunakan bersama busana adat pria Makassar yang terdiri dari baju, celana atau paroci, dan kain sarung atau lipa garusuk. Baju yang dikenakan pada tubuh bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah dada atau bella dada. Pada saat ini, penggunaan Passapu di Makassar hanya digunakan untuk keperluan ritual, acara penyambutan tamu pemerintahan, pesta pernikahan dan acara-acara kesenian.

Jenis[sunting | sunting sumber]

Pattonro atau Passapu terdiri dari dua jenis. untuk membedakan kedua dapat dilihat dari segi lipatan dan ikatannya (poto').

  • Patonro atau Passapu Patinra: Pattonro jenis ini memiliki bentuk segitiga menjulang tegak ke atas dengan lipatan melintang pada bagian bawahnya. Pattonro jenis ini biasanya digunakan oleh bangsawan dan para pemberani kerajaan. Kain yang digunakan adalah kain berwarna merah, hitam, kuning, dan bermotif kotak-kotak berwarna putih.
  • Patonro atau Passapu Padompe: Pattonro Padompe terbagi menjadi tiga, yaitu putara padompe, putara bereng-bereng, dan putara paerang. Begitu juga dengan jenis ikatannya. Putara padompe digunakan oleh para hulu balang kerajaan, kalau putara bereng-bereng pada umumnya digunakan oleh para pemberani dan juga anak-anak bangsawan. Sementara putara paerang digunakan oleh para Anrong Guru Pakarena.

Ragam Ikatan[sunting | sunting sumber]

Sementara itu, Passapu juga memiliki jenis dan variasi ikatan yang berbeda-beda. Ketiga jenis itu adalah poto bate', poto nabbi dan poto putara.

  • Poto bate: jenis ikatan yang menyerupai teknik simpul sederhan.
  • Poto nabbi: jenis ikatannya menyerupai tangan bersedakap atau lipat. Dalam bahasa Makassar disebut sikalu'.
  • Poto putara: sesuai namanya, ikatan ini langsung dililitkan saja di kepala.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]