Partikularitas (Kristen)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Partikularitas kristen adalah keseluruhan unsur yang holistik di dalam kekristenan yang unik. Di dalam Alkitab sendiri partikularistik itu memperlihatkan sosok Allah yang memilih satu bangsa secara khusus yaitu Israel (Perjanjian Lama) lalu selanjutnya di dalam Perjanjian Baru dipaparkan akan kekhususan satu sosok yang sangat berperan dalam keselamatan manusia yaitu Yesus. Partikularitas dalam kekristenan yang diperlihatkan dalam dokrin dan ibadah kristen.

Dalam Alkitab[sunting | sunting sumber]

Perjanjan Baru[sunting | sunting sumber]

Partikularistik dalam Perjanjian Baru adalah Yesus yang merupakan Juruselamat. Salah satu teks yang bisa diambil untuk melihat sosok Yesus sebagai juruselamat melalui Roma 3.[1] Dalam Roma 3, membahas mengenai kesamaan kedudukan antara orang Yahudi dan kafir dihadapan Allah.[1] Bahwa mereka sama-sama memiliki kemungkinan untuk memperoleh pengampunan Allah, karena sama-sama berada dibawah kuasa dosa (Roma 3:9-20), hal itu dikarenakan oleh adanya Yesus.[2] Dalam Roma 3:21-26, dapat ditemukan tiga hal yang penting, pertama kematian Yesus dilukiskan sebagai tindakan kesetiaan, yang menunjukan bahwa Allah memelihara janji-Nya yang telah diberikan Israel.[1] kedua, kematian Yesus membuktikan bahwa Allah tidak berpihak pada kejahatan. Dalam peristiwa Kristus Allah menunjukan keadilanNya, salib merupakan sarana pendamaian yang memungkinkan orang-orang berdosa kembali berelasi dengan Allah.[1] Ketiga, dalam hal kedua tersebut, baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang kafir. Allah yang satu dan sama, akan membenarkan, baik orang-orang bersunat, maupun tidak bersunat, karena iman, percaya kepada Yesus (Roma 3:29-30).[1] Karya penyelamatan merupakan jalan pendamaian yang tidak dapat dilepaskan dari gagasan tentang murka Allah atas perbuatan-perbuatan dari dosa.[1] Allah murka dengan segala tindakan dosa dan kejahatan yang ada, hal tersebut dalam dilihat dalam Roma 1:8.[1] Keharusan ini telah dilepaskan melaui jalan pendamaian yaitu Yesus.[1] Dari perikop tersebut jelas pula bahwa kristus berperan sebagai paraga, yang melalui diri-Nya Allah bertindak, baik dalam menyatakan kebenaran dan keadilan-Nya, maupun dalam membenarkan mereka yang percaya kepada pernyataan kebenaran-Nya.[1] Kristus telah ditentukan Allah sebagai pendamaian bagi orang yang berimann kepada-Nya.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia) Bambang Subandrijo. Menyingkap pesan-pesan perjanjian baru 1. 2010.. Bandung: Bina Media Informasi.
  2. ^ (Indonesia)Donald Guthrie. Teologi perjanjian baru 2: Keselamatan dan hidup baru . 1992. Jakarta: BPK Gunung Mulia