Lompat ke isi

Naratologi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Naratologi didefinisikan sebagai studi tentang narasi dan struktur naratif.[1] Secara umum, kata naratologi (narratology) digunakan sebagai istilah lain dari teori naratif (narrative theory) yang mengacu terhadap studi naratif sebagai jenis.[2] Naratologi merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam kritik sastra.[3] Berdasarkan perkembangannya, dasar teori dan metode dari teori naratif ini cukup beragam sesuai dengan pakar yang mencetuskannya. Setiap tokoh memiliki konsep yang berbeda dalam memahami naratologi atau struktur naratif.

Konsep Dasar Naratologi

[sunting | sunting sumber]
  1. Tokoh Formalisme Rusia Vladimir Propp dan pakar naratologi asal Prancis yaitu Tzvetan Todorov mengemukakan perspektif mereka terkait teori naratif. Berdasarkan pengamatan mereka terhadap struktur sebuah naratif, mereka membagi dua bagian besar naratif, yaitu ”cerita” dan ”plot”, sedangkan Todorov menyebutnya dengan histoire dan discours (bahasa Prancis).[2]
  2. Gerald Prince menjelaskan bahwa naratif adalah representasi dari setiap situasi dan kejadian konkret maupun fiktif dalam urutan waktu. Dalam penelitiannya, ia menegaskan arti penting dari dimension of time dalam sebuah naratif. Konsep dimensi waktu yang terdapat dalam sebuah cerita akan menentukan apakah hal tersebut ekspresi naratif atau bukan. Apabila sebuah teks terdapat urutan waktu, maka teks tersebut dapat dikatakan sebagai naratif. Sebagai contoh, kalimat “Tadi pagi, aku pergi ke pasar, kemudian mampir ke toko kue.”, merupakan naratif karena di dalamnya terdapat urutan waktu. Berbeda dengan kalimat “Perempuan itu sangat anggun.” yang merupakan bukan sebuah naratif karena tidak mengekspresikan urutan kejadian.[2]
  3. H. Porter Abbot lebih menekankan konsep “kejadian” (event) sebagai kata kunci dalam sebuah naratif. Beberapa ahli menggunakan istilah “tindakan” (action). Tanpa hadirnya kejadian atau tindakan, hal tersebut bisa saja hanya sebuah “argumen", “deskripsi", "eksposisi", "lirik", atau hal lainnya. Contohnya, kalimat "Kucing saya berkutu" yang bukan naratif, tetapi hanya sebuah deskripsi. Berbeda dengan kalimat "Kucing saya digigit kutu" yang merupakan naratif karena di terdapat suatu peristiwa.[2]
  4. Wolf Schmid memberikan pendapat bahwa naratif merujuk pada representasi yang di dalamnya terdapat perubahan keadaan. Dalam hal ini, Wolf Schmid lebih menegaskan konsep perubahan keadaan (change of state) sebagai parameter utama dalam naratif. Keadaan tersebut adalah seperangkat sifat yang berhubungan dengan sesuatu yang diwakili atau keadaan eksternal pada poin tertentu dalam waktu. Pembaca dapat membedakan keadaan internal dan eksternal berdasarkan sifat yang diwakili terkait dengan kehidupan batin dari yang diwakili atau unsur-unsur situasi eksternal. Misalnya, kalimat "Pangeran dibunuh, kemudian putri jatuh sakit." merupakan naratif. Perubahan keadaan dalam kalimat tersebut tidak perlu diekspresikan secara eksplisit. Kalimat tersebut merepresentasikan perubahan situasi tersirat, melalui representasi dua situasi yang saling kontras.[2]
  5. Gérard Genette memberikan tiga pengertian yang berbeda terhadap kata récit dalam bahasa Prancis atau naratif (narrative). Ia berpendapat bahwa naratif sebagai pernyataan wacana naratif, baik secara lisan atau tertulis guna menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa. Kemudian, naratif berperan sebagai urutan peristiwa, baik konkret atau fiktif yang merupakan inti wacana serta seluruh hubungan pertalian (linking), pertentangan (opposition), pengulangan (repetition), dan lain-lain. Terakhir, naratif mengacu terhadap bagaimana sebuah peristiwa diceritakan, termasuk tindakan seseorang dalam menceritakan ceritanya sendiri. Ia mengusulkan tiga istilah yang berbeda, yaitu kata story ‘cerita’ yang berperan sebagai petanda (signified) atau isi narasi. Kedua, kata narrative ‘naratif’ sebagai penanda (signifier) atau pernyataan, wacana, atau teks naratif itu sendiri. Ketiga, istilah narrating ‘menceritakan‘ sebagai tindakan menghasilkan naratif atau dalam pengertian lain sebagai keseluruhan situasi konkret atau fiksi di mana tindakan terjadi. Gérard Genette menyatakan bahwa pada dasarnya studi naratif merupakan kajian terhadap hubungan antara story dan narrative, antara narrative dan narrating, dan antara story dan narrating. Dasar pemikiran struktur naratif Gérard Genette meliputi lima elemen utama, yakni urutan (order), durasi (duration), frekuensi (frequency), modus (mood), dan suara (voice).[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Pencarian - KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-01-15. 
  2. ^ a b c d e Didipu, Herman (2019-12-31). "TEORI NARATOLOGI GÉRARD GENETTE (TINJAUAN KONSEPTUAL)". TELAGA BAHASA (dalam bahasa Inggris). 7 (2): 163–172. doi:10.36843/tb.v7i2.58. ISSN 2686-5572. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 2021-12-02. 
  3. ^ "General Introduction to Narratology". cla.purdue.edu. Diakses tanggal 2021-12-02. 
  4. ^ Genette, Gérard (1980). Narrative Discourse: An Essay in Method. New York: Cornell University Press.