Lompat ke isi

Museum Kamali Baadia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Museum Kamali Baadia adalah museum yang berada di Baadia, Murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Museum ini sering juga disebut dengnan Pusat Kebudayaan Wolio yang terdiri dari dua bangunan berupa rumah adat Kamali. Rumah pertama digunakan sebagai rumah tinggal dan rumah kedua yang difungsikan sebagai museum dan rumah tinggal juga.[1]

Nama museum ini berasal dari bahasa Wolio yaitu Kamali yang berarti Istana, sedangkan Baadia adalah nama daerah istana ini berada.[2]

Mesuem Kamali Baadia terbuka untuk umum dan waktu berkunjung mulai pukul 09.00 - 14.00 Wita.[3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Museum Baa’dia merupakan tempat tinggal Sultan Buton ke-43 yang bernama Sultan Muhammad Falihi Kaimuddin dengan gelar Oputa Yi Baadia yang memerintah pada tahun 1938-1960. Begitu telah berakhir masa jabatannya, rumah beliau kemudian dijadikan museum.[1] Adapun pembangunan museum merupakan ide putra Sultan Buton ke-38 Drs. H. La Ode Manarfa Kaimuddin KK pada 1980. Saat ini, museum dikelola oleh keluarga keturunan Sultan Buton ke-38.[4]

Bangunan[sunting | sunting sumber]

Museum Baadia memiliki denah berbentuk L dengan jumlah tiang sebanyak 126 tiang yang disangga dengan umpak batu yang dibuat dari batu karang. Ukuran tiap umpak bervariasi, dengan umpak yang paling besar berukuran tinggi 85 cm dan diameter 50 cm, sedangkan umpak terkecil memiliki tinggi 50 dan diameter 35 cm. Selain itu, terdapat serambi/teras pada bagian depan dan samping museum.[1]

Kontruksi tiang bangunan menggunakan kayu wola dan sebagiannya lagi dari kayu jati.[3]

Koleksi[sunting | sunting sumber]

Museum Baa’dia terdiri atas dua tingkat dan terbagi dalam beberapa ruang. Tingkat pertama dan di bagian depan dijadikan sebagai tempat menyimpan benda-benda kerajaan seperti guci, wadah dari kuningan dan perak, keramik, baju-baju dan foto-foto. Dan tingkat kedua juga dijadikan sebagai tempat penyimpan benda-benda kerajaan seperti wadah dari kuningan, gerabah, keramik, senjata, meriam kecil, gong, patung, tombak,[1] tempolong, altar, vas bunga dan alat kesenian.[4] Pada bagian depan dan samping rumah terdapat meriam yang berjumlah tujuh buah yang terbuat dari besi dan kuningan.[1]

Selain itu, terdapat juga koleksi unik berupa bendera Kesultanan Buton, daftar silsilah keturunan Raja/Sultan Buton, Gala Rua Puluh Mataana dan Talang Koae/Talang Berkaki untuk acara budaya di Buton.[4]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e Sari, Anggi (2015-08-10). "Rumah Tradisional Kamali Sebagai Pusat Kebudayaan Wolio". Kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2024-05-29. 
  2. ^ Fadli, Andi (2014-05-27). "Rumah Sultan Jadi Pusat Kebudayaan Wolio Sulawesi Tenggara". Tribun-timur.com. Diakses tanggal 2024-05-29. 
  3. ^ a b Rudi (2018-08-16). "Intip Kisah Al Mujazi, Sang Maestro Seni Tradisi, Sang Penjaga Pusat Kebudayaan Wolio". Publik Satu. Diakses tanggal 2024-05-29. 
  4. ^ a b c "Museum Kebudayaan Wolio". museum.co.id. Diakses tanggal 2024-05-29.