Lompat ke isi

Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto.

Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto (Ejaan: Mangunwiyata) adalah seorang ulama tradisional, pejuang kemerdekaan, serta merupakan salah satu pendiri sekaligus Rais Syuriah organisasi massa Islam Solo, Jam'iyyah Nahdlatul Ulama Surakarta. Ia berperan penting dalam perjuangan perang kemerdekaan pada masa revolusi fisik tahun 1945-1949 di Surakarta. Pada masa perang kemerdekaan, Ia mendapat mandat dari K.H. Wahab Chasbullah sebagai pemimpin laskar Barisan Kiai untuk wilayah Jawa tengah.

Selain sebagai seorang pejuang revolusi, K.H. Ma'ruf Mangunwiyoto juga memiliki kontribusi sebagai salah satu pendiri Jam'iyyah Nahdlatul Ulama Surakarta. Eksistensi NU Surakarta sudah ketahui sejak tahun 1926 setelah adanya perwakilan delegasi dari Surakarta, yakni K.H. Siradj Panularan dan K.H. Mawardi Keprabon.

Berkat kharisma dan kecerdasannya, K.H. Ma'ruf Mangunwiyoto juga ditunjuk sebagai ulama mursyid tarekat Syadziliyah di Surakarta dengan meneruskan kemursyidan dari ayahnya, yakni K.H. Abdul Mu'id. Beberapa karya yang ditulis oleh K.H Ma'ruf Mangunwiyoto berwujud kitab di antaranya ialah kitab Nurul Jaliy, Nurul Kuhuf, dan Zadul Mustakhin.

Latar belakang keluarga[sunting | sunting sumber]

K.H. Ma'ruf Mangunwiyoto lahir dari keturunan tokoh ulama besar. Ayahnya bernama K.H. Abdul Mu'id. Selain itu, leluhur K.H. Ma'ruf Mangunwiyoto bernama Kiai Imam Rozi Tempursari yang merupakan seorang panglima besar perang Diponegoro yang memiliki gelar Singo Manjat. Berkat jasa-jasa selama Perang Jawa (1825-1830), Sri Sunan Pakubuwono VI memberikan tanah perdikan pada tahun 1837 kepada Kiai Imam Rozi di Desa Tempursari, Klaten. Di tempat tersebut dibangun pondok pesantren dan masjid. Sepeninggal Kiai Imam Rozi yang wafat pada tahun 1872, kepengasuhan pondok diteruskan oleh Kiai Zaid, lalu dilanjutkan oleh Kiai M. Thohir, dan selanjutnya diasuh oleh K.H Abdul Mu'id yang merupakan ayah dari K.H Ma'ruf Mangunwiyoto.[1]

Latar belakang pendidikan[sunting | sunting sumber]

  • Pondok Pesantren Singo Manjat Tempursari, Klaten, Jawa Tengah
  • Pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur
  • Madrasah Mamba’ul Ulum Surakarta

Kehidupan[sunting | sunting sumber]

Makam Ma'ruf Mangunwiyoto.
Makam Ma'ruf Mangunwiyoto.

Pendiri dan pengasuh Pesantren Jenengan Surakarta[sunting | sunting sumber]

K.H. Ma'ruf Mangunwiyoto dikenal sebagai salah seorang ulama besar yang ahli dalam bidang hadits. Hal ini membuat pondok pesantren yang diasuhnya yang berlokasi di daerah Jenengan, Surakarta menjadi salah satu tempat rujukan bagi santri yang berasal dari luar Surakarta.[2]

Santri K.H. Ma'ruf Mangunwiyoto yang menjadi tokoh besar antara lain:

  1. Munawir Syadzali (Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan III dan IV.
  2. Saifuddin Zuhri (Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Kerja III, Kabinet Kerja IV, Kabinet Dwikora I)
  3. Nuril Huda (Pendiri PMII)

Mursyid Tarekat Syadziliyah[sunting | sunting sumber]

Mursyid dapat didefinisikan dengan ‘yang menunjukkan’, sementara dalam dunia tarekat, mursyid diartikan sebagai seorang Guru atau Syeikh. Pengajaran dari seorang mursyid berpusat pada pendekatan diri kepada Allah SWT dan Rasul-Nya sekaligus memberikan contoh yang benar sesuai ajaran syari'at dan hakikat.[3]

K.H. Ma’ruf Mangunwiyoto diberi amanah menjadi mursyid didasarkan atas petunjuk dari tradisi tarekat Syadziliyah yang menyatakan bahwa regenerasi kemursyidan harus melalui proses mimpi terlebih dahulu dari Nabi Muhammad SAW.

Riwayat perjuangan masa revolusi fisik (1945-1949)[sunting | sunting sumber]

Pada masa Revolusi Fisik, K.H. Ma’ruf Mangunwiyoto bersama sejumlah ulama lain berperan dalam mengadakan pembinaan kerohanian, ideologi, dan jasmani kepada anggota Laskar Hizbullah-Sabilillah di Surakarta. Semangat Jihad fii Sabilillah dikumandangkan oleh K.H. Ma'ruf Mangunwiyoto bersama para ulama lain yang bertujuan sebagai penanaman rasa nasionalisme dan perjuangan pembebasan dari jeratan re-kolonialisme dalam upaya mempertahankan kedaulatan.[4]

Sebagai seorang pemimpin spiritual dan pembina kerohanian, K.H. Ma'ruf Mangunwiyoto sangat diharapkan untuk dimintai doa, nasehat, dan motivasi oleh para laskar sebelum memulai peperangan dalam mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan laskar dalam medan tempur didasarkan atas ajaran agama Islam yakni “Isy kariman au mut Syahidan” yang bermakna “Hidup mulia atau mati syahid”.[5]

Pemimpin Barisan Kiai Jawa Tengah[sunting | sunting sumber]

Pada situasi Perang Kemerdekaan yang sudah berkecamuk di beberapa wilayah pulau Jawa, kekuatan umat Islam menentang segala bentuk kezaliman. Tercatat ada 3 kekuatan badan laskar umat Islam yang tampil dalam upaya mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia yakni Laskar Hizbullah, Sabilillah, dan Barisan Kiai. Secara khusus, badan laskar Barisan Kiai berisi para ulama elite senior dan sudah berusia sepuh yang jarang muncul ke hadapan publik.[6] Tugas utama dari laskar Barisan Kiai ini adalah memberikan panduan dan spirit kebangsaan yang dilandasi dengan rasa religius kepada para pejuang yang hendak berperang. Sementara di wilayah Jawa Tengah, laskar Barisan Kiai ini dipimpin oleh K.H. Ma’ruf Mangunwiyoto.[7]

Keterlibatan K.H. Ma’ruf Mangunwiyoto dalam memimpin laskar Barisan Kiai ditunjukkan oleh peristiwa berikut:

  1. Perang Sabil Ambarawa[8]
  2. Pertempuran Mranggen dan Bugen

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Biografi Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) dan KH. Abdul Mu'id Tempursari Klaten – Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Purwokerto". 2010-02-16. Diakses tanggal 2024-06-20. 
  2. ^ Zuhri, Saifuddin (1987). Berangkat dari pesantren (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Gunung Agung. ISBN 978-979-412-049-1. 
  3. ^ Alba, Cecep (2009). Cahaya tasawuf. Bandung: Wahana Karya Grafika. hlm. 145. ISBN 978-979-25-7145-5. 
  4. ^ Tashadi, Tashadi (1997). Sejarah perjuangan hizbullah Sabilillah divisi Sunan Bonang. Surakarta: Yayasan Bhakti-Utama. hlm. 66. ISBN 0 Periksa nilai: length |isbn= (bantuan). 
  5. ^ Juma', Juma' (2022-12-29). "FATWA JIHAD DAN RESOLUSI JIHAD: HISTORISITAS JIHAD DAN NASIONALISME DI INDONESIA". Aqlam: Journal of Islam and Plurality. 7 (2). doi:10.30984/ajip.v7i2.2187. ISSN 2528-0341. 
  6. ^ "Mengungkap Organisasi Barisan Kiai dalam Perjuangan Kemerdekaan". NU Online. Diakses tanggal 2024-06-20. 
  7. ^ "KH Ma'ruf Mangunwiyoto, Pemimpin Barisan Kyai Jawa Tengah". NU Online. Diakses tanggal 2024-06-20. 
  8. ^ Bizawie, Zainul Milal (2014). Laskar ulama-santri & resolusi jihad: garda depan menegakkan Indonesia, 1945-1949 (edisi ke-Cetakan pertama). Ciputat, Tangerang: Pustaka Compas. ISBN 978-602-14673-2-9. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]