Matematika Islam
Matematika Islam merupakan suatu metode membedah Al-Qur'an menurut keilmuan matematika yang dirumuskan oleh KH Fahmi Basya.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]K.H. Fahmi Basya melakukan penelitian mengenai Al-Qu'ran sejak tahun 1972[1] dan matematika Islam baru ia rumuskan pada tahun 1982.[2]
Pada awalnya, Fahmi mengemukakan ide matematika Islam melalui berbagai selebaran, seminar, dan stadium general. Pada tahun 2002, idenya dipakai sebagai salah satu mata kuliah di UIN Syarif Hidayatullah. Selanjutnya, ia diminta sebagai penceramah untuk mengenalkan konsep matematika Islam di sebuah stasiun televisi swasta.[2]
Definisi
[sunting | sunting sumber]Menurut K.H. Fahmi Basya, matematika Islam ialah matematika yang menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi sebagai postulat.[1]
Penerapan
[sunting | sunting sumber]Dalam matematika Islam, seseorang tidak lagi perlu membuktikan suatu data yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, sekalipun nanti dalam perjalanannya, matematika Islam seolah membuktikan kebenaran sunnah-sunnah Nabi.[1]
Data bilangan dari Al-Qur'an dan Nabi diolah dan dibuat model matematikanya, seperti: Pilar Al-Quran, Permata Salat, Roda Gigi Salat, dan lain-lain.[1]
Angka 19
[sunting | sunting sumber]Dalam sebuah seminar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Fahmi memberikan gambaran bahwa sesungguhnya di dalam Al-Quran terkandung rahasia-rahasia yang harus dipikirkan oleh umat manusia, salah satunya adalah rahasia angka dalam Al-Quran. Ia menjelaskan bahwa angka yang paling banyak muncul di dalam Al-Quran adalah angka 19, yang didapat dari berbagai perhitungan, misalnya jumlah dari bacaan basmalah yang berjumlah 19 huruf. Dari kesimpulannya, angka 19 adalah sebuah aksioma dalam Al-Quran.[2]
Rahasia gerakan salat
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan matematika Islam, Fahmi Basya memperlihatkan hubungan antara gerakan salat gerhana dengan posisi gerhana. Dari sana didapatkan bahwa ruku dapat didefinisikan sebagai gerakan 90 derajat. Jika ruku adalah 90 derajat, sujud adalah 135 derajat, dan berdiri tegak adalah nol derajat, dalam satu rakaat seseorang telah menyelesaikan satu putaran penuh atau 360 derajat. Selain itu, bacaan takbir yang diucapkan pada 29 kali salat tarawih dan witir ditambah salat Ied maka akan ditemukan bilangan 1786, yang jika dibagi 19 adalah 94. Angka 94 juga menjadi jumlah kalimat takbir dalam lima kali salat dalam sehari. Bagi Fahmi, riset yang mendalam terhadap fenomena-fenomena menarik ini akan dapat memperkuat rasa iman kepada Allah.[2]
Kontroversi
[sunting | sunting sumber]Candi Borobudur
[sunting | sunting sumber]Dalam buku "Matematika Islam 3", KH Fahmi Basya menyatakan bahwa Candi Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman di Tanah Jawa. Ia menyebutkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan Nabi Sulaiman, seperti hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya kekuasaan Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lain-lain.[3] Melalui hitungan matematika Islamnya, KH Fahmi Basya memaparkan 40 argumen bahwa daya jelajah para Nabi yang ternyata sampai ke Nusantara.[4]
Nabi Sulaiman memerintahkan untuk membentuk gedung besar dan patung-patung. Patung-patung yang beribu-ribu jumlahnya adalah Candi Borobudur, sedangkan bangunan yang besar-besar adalah Candi Prambanan. Saba di Indonesia adalah Wonosobo. Dalam Al-Qur’an, Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. Lalu Nabi Sulaiman memerintahkan burung Hud-Hud mengirim surat ke Ratu Saba, kediamannya di Candi Ratu Boko, yaitu 36 kilometer dari Borobudur. Surat itu berupa pelat emas dan pernah ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko. Namun, pekerjaan jin belum selesai dikarenakan mereka tahu Nabi Sulaiman telah wafat sehingga mereka menghentikan pekerjaannya. Di Borobudur, terdapat patung yang belum selesai, yaitu Unfinished Solomon.[3]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d K.H. Fahmi Basya. Oktober 2004. "Matematika Islam: Sebuah Pendekatan Rasional untuk Yaqin". Penerbit Republika. ISBN 9793210400.
- ^ a b c d Institut Teknologi Sepuluh November. 22 Desember 2005. Fahmi Basya: Kita selalu Dibombardir dengan Angka 19 Diarsipkan 2014-04-15 di Wayback Machine..
- ^ a b Saad Saefullah. 31 Juli 2013. Islam Pos, Candi Borubudur; Peninggalan Nabi Sulaiman?.
- ^ Suaranews. 2013. Sains Temuan Baru Dari KH Fahmi Basya, Bahwa Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Borbudur dan Islam Youtube