Marga Manik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Januari 2013 05.50 oleh ButtuHutagalung (bicara | kontrib) (←Mengalihkan ke Manik)

Halaman pengalihan

Mengalihkan ke:

<--

Manik adalah marga dari Suku Batak Samosir yang aslinya berasal dari provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Marga Manik Berasal dari 5 leluhur sebagai berikut:

  1. Marga Manik keturunan Si Inum Aek Sasunge, anak kedua dari Raja Saruksuk.
    Marga ini awalnya bermukim di daerah Tanjung Kasau, Sumatera Timur.
  2. Marga Manik keturunan Silau Raja.
  3. Marga Manik cabang dari Sigalingging rumpun dari Munthe Tua.
    Marga Manik ini bersaudara dengan Banuarea dan Tendang anak dari Ompu Bada.
  4. Marga Manik keturunan Gajah Manik.
    Manik ini adalah rumpun Naibaho yang awalnya bermukim di Dairi tepatnya di sekitar kawasan Danau Si Cike-cike.
    Manik ini bersaudara dengan marga Ujung, Angkat, Bintang, Kudadiri, Sinamo, dan Capa (sapa).
  5. Marga Manik yang kelima adalah Keturunan Pardabuan, anak pertama Si Godang Ulu (Sihotang) yang bermukim di Dairi.
    Liberty Manik, pengarang lagu Satu Nusa Satu Bangsa, adalah salah satu Marga Manik dari cabang ini.

Lantas, ada pula yang mengatakan bahwa marga Manik dan marga Damanik adalah sama, dengan arti Satu Leluhur dan Mardongan Tubu.

Bila merujuk pada buku 'TAROMBO BORBOR MARSADA', marga Damanik itu adalah marga yang digunakan Keturunan Tuan Sidamanik, anak kedua dari SIRAJA BORBOR. Selain itu marga Damanik (Sidamanik) ada juga keturunan dari Begu Soaloon, anak pertama Raja Saruksuk yang bermukim di Bandar Tinggi dan Serdang.

Maka marga yang terikat dengan Ikrar Borbor Marsada untuk tidak saling kawin / mardongan tubu adalah:
- Marga Manik keturunan Raja Saruksuk
- Marga Manik keturunan Silau Raja
- Marga Damanik keturunan Tuan Sidamanik (anak kedua dari si Raja Borbor)
- Marga Damanik keturunan Begu Soaloon (anak pertama Raja Saruksuk)

Asal-usul

SILSILAH ATAU TAROMBO BATAK

SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu:

  1. Guru Tatea Bulan
    Golongan TATEA BULAN = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan.
    Disebut juga GOLONGAN HULA-HULA = MARGA LONTUNG.
  2. Raja Isombaon
    Golongan ISOMBAON = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki.
    Disebut juga GOLONGAN BORU = MARGA SUMBA.

Dari kedua keturunan inilah seiring waktu mengikuti pertumbuhan penduduk masyarakat Batak yang melonjak cepat maka kemudian terjadi hubungan kekerabatan kawin-mengawini antar marga yang berbeda, tapi ada juga yang kemudian saling kawin mengawini yang melanggar Dalihan Natolu.


GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, Guru Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :

  • Putra (sesuai urutan):
  1. Raja Uti, atau sering disebut Si Raja Biak-biak, Raja Sigumeleng-geleng, Raja Hatorusan (tanpa keturunan)
  2. Tuan Sariburaja (keturunannya Pasaribu)
  3. Limbong Mulana (keturunannya Limbong)
  4. Sagala Raja (keturunannya Sagala)
  5. Silau Raja (keturunannya Malau, Manik, Ambarita dan Gurning)
  • Putri:
  1. Si Boru Pareme (kawin dengan Tuan Sariburaja, ibotona)
  2. Si Boru Anting Haomason
  3. Si Boru Anting Sabungan (kawin dengan Tuan Sorimangaraja, putra Raja Isombaon)
  4. Si Boru Biding Laut (diyakini sebagai Nyi Roro Kidul)
  5. Si Boru Nan Tinjo (tidak kawin)

SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari Tuan Sariburaja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut Marga Borbor.
Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :

  1. Datu Dalu (Sahangmaima).
    Keturunan Datu Dalu melahirkan marga-marga berikut :
    1. Habeahan, Bondar, Gorat, Saruksuk.
    2. Tinendang, Tangkar.
    3. Matondang.
    4. Batubara.
    5. Tarihoran.
    6. Parapat.
    7. Rangkuti.
  2. Sipahutar, keturunannya bermarga Sipahutar.
  3. Harahap, keturunannya bermarga Harahap.
  4. Tanjung, keturunannya bermarga Tanjung.
  5. Datu Pulungan, keturunannya bermarga Pulungan.
    Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga Lubis dan Hutasuhut.
  6. Simargolang, keturunannya bermarga Imargolang.

LIMBONG MULANA
Limbong Mulana adalah putra ketiga dari Guru Tatea Bulan. Keturunannya bermarga Limbong yang mempunyai dua orang putra, yaitu Palu Onggang, dan Langgat Limbong.
Putra dari Langgat Limbong ada tiga orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga Sihole, dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga Habeahan. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu Limbong.

SAGALA RAJA
Putra keempat dari Guru Tatea Bulan. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga Sagala.

SILAU RAJA
Silau Raja adalah putra kelima dari Guru Tatea Bulan yang mempunyai empat orang putra, yaitu:

  1. Malau
  2. [Manik]http://manik.web.id
  3. Ambarita
  4. Gurning

Khusus sejarah atau tarombo Ambarita Raja atau Ambarita, memiliki dua putra:

  1. Ambarita Lumban Pea
    Memiliki dua anak laki-laki:
    1. Ompu Mangomborlan
    2. Ompu Bona Nihuta
      Berhubung Ompu Mangomborlan tidak memiliki anak/keturunan laki-laki, maka Ambarita paling sulung hingga kini adalah turunan Ompu Bona Nihuta, yang memiliki anak laki-laki tunggal, yakni Op. Suhut Ni Huta.
      Op. Suhut Nihuta juga memiliki anak laki-laki tunggal, Op. Tondolnihuta.
  2. Ambarita Lumban Pining

Beberapa Tokoh Terkenal bermarga Manik

Catatan kaki

Menurut buku "Leluhur Marga Marga Batak", jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.

  • DALIHAN NA TOLU (baca: Dalihan Natolu) bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi tersebut: ada saatnya menjadi Hula-hula/Tondong, ada saatnya menempati posisi Dongan Tubu/Sanina dan ada saatnya menjadi Boru.
    Dengan Dalihan Na Tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang. Dalam sebuah acara adat, seorang Gubernur harus siap bekerja mencuci piring atau memasak untuk melayani keluarga pihak istri yang kebetulan seorang Camat. Itulah realitas kehidupan orang Batak yang sesungguhnya. Lebih tepat dikatakan bahwa Dalihan Na Tolu merupakan sistem demokrasi orang Batak karena sesungguhnya mengandung nilai-nilai yang universal.
  • MARGA adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal).
    Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki-laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu (Dalihan Natolu) disebut Dongan Tubu.
  • TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah.
    Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga. Bila orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo. Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling mardongan sabutuha (semarga) dengan panggilan ampara atau marhula-hula dengan panggilan lae/tulang.
    Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus memanggil Namboru (adik perempuan ayah/bibi), Amangboru/Makela,(suami dari adik ayah/Om), Bapatua/Amanganggi/Amanguda (abang/adik ayah), Ito/boto (kakak/adik), Pariban atau Boru Tulang (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dst.

-->