Mana Janji Ayah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Mana Janji Ayah merupakan film pendek Indonesia karya Eka Gustiwana dan Koharo yang dirilis pada 21 Januari, 2016. Eka Gustiwana sendiri merupakan seorang penulis lagu, komposer ucapan, dan produser asal Indonesia yang juga merupakan salah satu anggota dari band asal Indonesia, Weird Genius. Film pendek ini dibintangi oleh Nadya Rafika, Pak Bedi, Yafi Tessa, dan Eka Gustiwana.

Mana Janji Ayah
SutradaraKOHARO
ProduserEka Gustiwana
SkenarioEka Gustiwana
CeritaSeputar Lampung
PemeranNadya Rafika, Eka Gustiwana, Yafi Tessa
SinematograferKOHARO
Perusahaan
produksi
KOHARO
Tanggal rilis
21 Januari 2016
Durasi8
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Film pendek tersebut dimulai dengan memperlihatkan seorang anak gadis (diperankan oleh Yafi Tessa) yang menjadi korban perundungan di sekolah sejak kecil. Sehari sepulangnya dari sekolah, sang ayah memanggilnya namun ia seolah-olah tidak mendengarnya dan kabur tanpa menyahuti beliau. Seiring berjalannya waktu, anak gadis tersebut tumbuh dewasa (diperankan oleh Nadya Rafika) namun semakin merendahkan diri. Pada suatu acara ulang tahun, ia ditertawakan oleh orang-orang sekitar atas pakaian-nya yang kusam dan bahkan disirami air dengan sengaja. Anak gadis itu pun pulang dengan penuh amarah dan melampiaskan emosinya kepada sang ayah, ia menyalahkan sang ayah karena membuatnya malu akan status ekonomi yang rendah.

Sang ayah (diperankan oleh Pak Bedi) yang bekerja sebagai supir bajaj, selama ini telah membanting tulang mencari nafkah dan berusaha untuk membahagiakan anaknya, layaknya peran seorang ayah. Beliau bahkan menjual peralatan rumah hingga cincin pernikahan demi membelikan putrinya tas, sepatu, ponsel baru dan sepeda motor yang layak sebagai hadiah ulang tahun. Namun yang dirasakan anaknya hanyalah penderitaan, mengeluh sana sini dan tidak tahu berterimakasih. Menanggapi sikap anaknya yang keras dan dingin tersebut, sang ayah pun hanya bisa bersabar dan melanjutkan kehidupannya dengan harapan yang terbaik walaupun jauh di lubuk hati ia sangat tersakiti. Hingga suatu saat, musibah menimpa keluarganya dimana ayahnya mengalami kecelakaan dengan luka parah. Di situlah sang anak baru menyesali perbuatan yang selama ini telah ia lakukan kepada ayahnya.

Karakter[sunting | sunting sumber]

Nayda Rafika merupakan karakter utama dari film pendek ini. Ia sering terlihat terintimidasi oleh orang lain karena situasi keuangan dan pekerjaan ayahnya. Karena sering terintimidasi, ia sering kali tidak tahu cara berterima kasih dan bersyukur terhadap ayahnya. Namun, sikapnya mulai berubah setelah ayahnya mengalami insiden.

Sang ayah terlihat dalam film sebagai pria pekerja keras. Meskipun ia bekerja dengan gaji rendah, ia tampak sebagai pria dengan dedikasi yang kuat, selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk putrinya. Dia selalu diam dan bersikap sabar setiap kali menghadapi amukan putrinya. Kecelakaan yang dialaminya menyadarkan putrinya akan pentingnya sikap bersyukur.

Salah satu karakter utama dalam film tersebut adalah Eka Gustiwana. Ia memerankan seorang anak yang dekat dengan karakter utama. Interaksi di antara mereka cukup pendek, di mana ia tampak baik hati terhadap karakter utama.

Yafi Tessa memiliki peran sebagai karakter utama di masa kecil. Ia tidak muncul di banyak adegan, namun, dalam adegan tersebut Ia merasa kesusahan karena dirundungi oleh teman sekelasnya.

Pesan Moral[sunting | sunting sumber]

Sebagai anak, kita harus memahami kondisi orang tua, terutama dalam hal ekonomi, kita tidak bisa memaksakan mereka untuk memenuhi semua keinginan kita sebab itu akan membebani mereka. Maka dari itu, belajar untuk mensyukuri segala sesuatu yang kita punyai sekarang, terutama berterimakasih kepada orang tua selama mereka masih berada di sisi kita. Jadilah anak yang sabar, rajin, dan berusaha untuk bisa memenuhi keinginan dengan hasil jerih payahnya sendiri. Justru kitalah yang harus membahagiakan mereka, bukan sebaliknya. Seperti kata-kata yang tercantum di akhir film: Bahagia itu sederhana, sesederhana melihat orang yang kita sayangi bahagia, sesederhana mensyukuri setiap hal kecil yang terjadi dalam kehidupan. Baru atau bekas, mewah atau sederhana, kitalah yang menentukan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

1. https://www.youtube.com/watch?v=sy_Z4uspslA 2. https://seputarlampung.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-97945862/memoriam-di-hari-ayah-film-pendek-mana-janji-ayah-ini-bakal-membuat-penontonnya-menangis