Lendir akar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Lendir akar terbuat dari polisakarida khusus tanaman atau rantai panjang molekul gula, biasanya terdapat pada akar gantung pada tanaman produksi seperti jagung, bisa pula terdapat pada akar tanaman air seperti kiambang atau teratai. Sekresi polisakarida dari eksudat akar ini membentuk zat agar-agar yang menempel pada tudung akar. Lendir akar diketahui berperan dalam membentuk hubungan dengan bentuk kehidupan yang tinggal di tanah. Kemungkinan lendir agar-agar tersebut terdiri dari jeli asam, gula, nira, alkohol ringan atau hidroksida yang kemungkinan pula lendir tersebut akan lepas rontok terkena zat sulfat misalnya ZA ammonium sulfat. Bagaimana lendir akar ini disekresi masih diperdebatkan, tetapi ada bukti yang berkembang bahwa lendir berasal dari sel yang pecah. Saat akar menembus tanah, banyak sel yang mengelilingi tudung akar terus-menerus terlepas dan diganti. Sel-sel yang pecah atau lisis ini melepaskan bagian komponennya, yang meliputi polisakarida yang membentuk lendir akar. Polisakarida ini berasal dari badan Golgi dan dinding sel tumbuhan, yang kaya akan polisakarida khusus tumbuhan. Tidak seperti sel hewan, sel tumbuhan memiliki dinding sel yang bertindak sebagai penghalang yang mengelilingi sel yang memberikan kekuatan, yang menopang tumbuhan seperti kerangka.[1][2][3][4][5][6][7]

Dinding sel ini digunakan untuk menghasilkan produk sehari-hari seperti kayu, kertas, dan kain alami, termasuk kapas.

Lendir akar adalah bagian dari sekresi yang lebih luas dari akar tanaman yang dikenal sebagai eksudat akar. Akar tanaman mengeluarkan berbagai molekul organik ke dalam tanah di sekitarnya, seperti protein, enzim, DNA, gula dan asam amino, yang merupakan bahan penyusun kehidupan. Sekresi kolektif ini dikenal sebagai eksudat akar. Eksudat akar ini mencegah infeksi akar dari bakteri dan jamur, membantu akar menembus tanah, dan dapat menciptakan iklim mikro yang bermanfaat bagi tanaman.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Walker, Travis S.; Bais, Harsh Pal; Grotewold, Erich; Vivanco, Jorge M. (2003-05-01). "Root Exudation and Rhizosphere Biology". Plant Physiology. 132 (1): 44–51. doi:10.1104/pp.102.019661. ISSN 1532-2548. PMC 1540314alt=Dapat diakses gratis. PMID 12746510. 
  2. ^ Baetz, Ulrike; Martinoia, Enrico (2014-02-01). "Root exudates: the hidden part of plant defense" (PDF). Trends in Plant Science. 19 (2): 90–98. doi:10.1016/j.tplants.2013.11.006. PMID 24332225. 
  3. ^ McCully, Margaret E. (1999-01-01). "ROOTS IN SOIL: Unearthing the Complexities of Roots and Their Rhizospheres". Annual Review of Plant Physiology and Plant Molecular Biology. 50 (1): 695–718. doi:10.1146/annurev.arplant.50.1.695. PMID 15012224. 
  4. ^ Read, D. B.; Gregory, P. J. (1997-12-01). "Surface tension and viscosity of axenic maize and lupin root mucilages". New Phytologist. 137 (4): 623–628. doi:10.1046/j.1469-8137.1997.00859.xalt=Dapat diakses gratis. ISSN 1469-8137. 
  5. ^ Albersheim, Peter; Darvill, Alan; Roberts, Keith; Sederoff, Ron; Staehelin, Andrew (2010-04-23). Plant Cell Walls. Garland Science. ISBN 9781136843587. 
  6. ^ Jackson, Mike (2003-06-01). "Ridge, I. (ed) Plants". Annals of Botany. 91 (7): 940–941. doi:10.1093/aob/mcg100. ISSN 0305-7364. PMC 4242402alt=Dapat diakses gratis. 
  7. ^ "The Rhizosphere - Roots, Soil and Everything In Between | Learn Science at Scitable". Nature.com. Diakses tanggal 2015-09-01.