Krisis Oriental 1840

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Krisis Oriental 1840
Bagian dari Perang Mesir-Utsmaniyah (1839–1841)
TanggalMusim panas-November 1840
LokasiDelta Nil, Beirut, Akko
Hasil Konvensi London ditegakkan oleh sekutu sementara Muhammad Ali Pasha mengamankan posisinya di Mesir
Pihak terlibat
Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Britania Raya
 Kekaisaran Austria
 Prusia
 Kekaisaran Rusia
 Kesultanan Utsmaniyah
Mesir Eyalet Mesir
Tokoh dan pemimpin

Kekaisaran Austria Adipati Agung Friedrich Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Laksamana Stopford

Mesir Muhammad Ali

Krisis Oriental 1840 adalah peristiwa yang terjadi selama Perang Mesir-Utsmaniyah di timur Mediterania yang dipicu oleh ambisi Muhammad Ali Pasha untuk mendirikan negaranya sendiri di wilayah Mesir yang sebelumnya merupakan wilayah Utsmaniyah.

Sebelum terjadinya krisis ini, Muhammad Ali telah memperkuat kendalinya di beberapa wilayah Utsmaniyah yang dimulai dari Mesir setelah ia diutus ke sana sebagai wali sultan. Ia lalu diminta membantu Utsmaniyah memadamkan Perang Kemerdekaan Yunani dan sebagai gantinya ia meminta sebagian wilayah Suriah Utsmaniyah. Seusai perang, Utsmaniyah tidak menepati janji ini, sehingga ia menyerang Utsmaniyah dan merebut sebagian besar wilayah Suriah. Pada tahun 1839, Utsmaniyah mencoba merebut kembali Suriah dari Muhammad Ali, tetapi mereka dikalahkan oleh anak Muhammad Ali, Ibrahim Pasha, dalam Pertempuran Nezib. Pada Juni 1840, seluruh angkatan laut Utsmaniyah berkhianat ke pihak Muhammad Ali dan Prancis berencana untuk membantu Muhammad Ali.[1] Di tengah ancaman jatuhnya Utsmaniyah ke tangan Muhammad Ali, negara-negara Eropa yang terdiri dari Britania Raya, Rusia, Prusia, dan Austria memutuskan untuk campur tangan dan membantu Sultan Abdülmecid I.

Dalam upaya untuk mengakhiri krisis ini, Konvensi London ditandatangani oleh Britania, Austria, Prusia, Rusia dan Utsmaniyah pada tanggal 15 Juli 1840. Britania, Austria, Prusia dan Rusia menawarkan kepada Muhammad Ali dan keturunannya wilayah Mesir, Sudan, dan Akko, asalkan wilayah-wilayah tersebut secara resmi tetap menjadi wilayah Utsmaniyah. Jika ia tidak mau menarik pasukannya dalam waktu sepuluh hari, ia akan kehilangan tawaran wilayah di Suriah Selatan; jika ia menunda penerimaan ketentuan ini selama lebih dari 20 hari, ia akan kehilangan semua yang telah ditawarkan.[2] Muhammad Ali ragu karena masih mengharapkan bantuan dari Prancis.[3] Namun, karena negara-negara besar Eropa lainnya mendukung Utsmaniyah, Prancis tidak siap berperang dengan negara-negara tersebut. Maka mereka tidak lagi mendukung Muhammad Ali pada Oktober 1840.

Untuk memaksa Muhammad Ali untuk menerima Konvensi London, Britania, Austria, Rusia dan Prusia memutuskan untuk menggunakan kekuatan militer. Angkatan Laut Britania dan Austria bergerak ke Suriah dan Alexandria,[4] khususnya mengingat bahwa angkatan laut Utsmaniyah yang telah berkhianat sedang berpangkal di Alexandria. Setelah memblokade pesisir delta Nil, angkatan laut Britania dan Austria menembaki kota Sidon dan Beirut pada tanggal 11 September 1840. Pasukan Britania dan Austria lalu menyerang kota Akko. Kota ini lalu jatuh ke tangan sekutu dan Muhammad Ali akhirnya menerima ketentuan Konvensi London pada tanggal 27 November 1840. Ia mencabut klaimnya atas wilayah Kreta dan Hejaz dan mau mengurangi kekuatan angkatan lautnya serta jumlah pasukannya menjadi 18.000 orang saja, asalkan keturunannya dapat menguasai Mesir dan Sudan secara turun temurun.[5] Sultan Utsmaniyah lalu mengeluarkan firman yang menegaskan kekuasaan Muhammad Ali di Mesir dan Sudan. Ia mundur dari Suriah, Hijaz, Tanah Suci, Adana, dan Kreta, dan mengembalikan armada Utsmaniyah.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Efraim Karsh, Inari Karsh, Empires of the Sand: The Struggle for Mastery in the Middle East, 1789-1923, (Harvard University Press, 2001), 36-37.
  2. ^ Geoffrey G. Butler, Simon Maccoby, The Development of International Law, hlm. 440
  3. ^ Efraim Karsh, Inari Karsh, Empires of the Sand: The Struggle for Mastery in the Middle East, 1789-1923, (Harvard University Press, 2001), 38.
  4. ^ H. Wood Jarvis, Pharaoh to Farouk, (London: John Murray, 1956), 134.
  5. ^ Morroe Berger, Military Elite and Social Change: Egypt Since Napoleon, (Princeton, New Jersey: Center for International Studies, 1960), 11.

Bacaan lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Charles R. Middleton. Cabinet Decision Making at the Accession of Queen Victoria: The Crisis of the East 1839-1840," Journal of Modern History (1979) 51#2 On Demand Supplement pp. D1085-D1117 in JSTOR