Lompat ke isi

Koba tiup

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Permainan Koba Tiup adalah permainan khas masyarakat Betawi. Koba Tiup yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti artinya dimainkan oleh anak laki-laki berusia 5-13 tahun. Dalam permainan Koba Tiup terdapat unsur taruhan. Permainan ini umumnya dimainkan oleh 3 - 5 orang, namun bisa lebih. Peralatan yang dibutuhkan adalah karet gelang, lidi berukuran 5 cm dan sebidang tanah sebagai arena.[1]

Cara Bermain

[sunting | sunting sumber]

Permainan ini dimulai dengan 3 pemain A, B, C dengan mengumpulkan taruhan (karet gelang) masing-masing 5 buah, hingga jumlahnya ada 15 buah. Kemudian dibuat garis pertama pidi dan garis kedua/garis mati. Kedua garis diberi jarak 1,5 meter. Jarak 25 cm dari garis mati ditancapkan lidi. Daerah sekitar lidi adalah tempat jatuhnya karet sampai batas mati. Jarak garis mati-garis pidi yaitu daerah terlarang (karet dilarang jatuh disitu).

Selanjutnya pemain diundi untuk menentukan yang pertama bermain dengan melempar karet gaco dari pidi ke lidi. Siapa yang karetnya terdekat sebagai yang pertama demikian sebaliknya secara urut. Kemudian pemain pertama dengan seluruh karet taruhan di tangan kanan atau kiri melemparkan dari pidi ke lidi. Lemparan dilakukan sambil jongkok, satu kaki ditekuk, satu kaki tertulur kebelakang dan tangan pegang karet kedepan. Karet kemudian dilempar. Bagi pemain yang karetnya berhasil masuk ke lidi, maka karet tersebut menjadi miliknya. Karet yang tidak masuk, tetapi masih bersinggungan boleh dibantu sekali tiup. Apabila tiupan itu berhasil memasukkan karet ke lidi, maka karet itupun menjadi miliknya. Karet yang tidak masuk dikumpulkan dan lemparan oleh teman berikutnya. Demikianlah seterusnya secara berganti-ganti sampai karet tersebut habis.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Koba Tiup – Lembaga Kebudayaan Betawi" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-29. Diakses tanggal 2020-02-29. 
  2. ^ Siregar, Tiarma (1998). Permainan tradisional indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman. hlm. 166.