Kelenteng Xiang Ma

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Klenteng Xiang Ma)
Dua warga Tionghoa melakukan sembahyang di Kelenteng Xiang Ma.

Kelenteng Xiang Ma atau Vihara Istana Naga Sakti merupakan salah satu kelenteng yang tertua di Kota Makassar. Fungsi Kelenteng Xiang Ma sebagai rumah ibadah bagi masyarakat yang beragama Konghucu dan beragama Buddha di Kawasan Pecinan Makassar. Bangunan pada Kelenteng Xiang Ma menerapkan arsitektur Tionghoa. Kelenteng Xiang Ma dikelola oleh Yayasan Vihara Naga Sakti.

Struktur bangunan[sunting | sunting sumber]

Kelenteng Xiang Ma didirikan di Jalan Sulawesi, Kota Makassar. Pada awal pendiriannya, bangunan Kelenteng Xiang Ma berbahan dasar kayu dan bambu serta beratapkan daun nipah.[1] Pada tahun 1860, Kelenteng Xiang Ma direnovasi menjadi bangunan permanen dengan bahan dasar bangunan berupa batu bata disertai denah simetris yang terdiri dari gapura, unit sentral, ruang sembahyang dengan sayap di kiri dan kanan. Sayap kiri atau ruang sebelah utara telah mengalami pemugaran menjadi bangunan bertingkat untuk tangga dan gang, sedang sayap kanan sudah tidak ada. Pada gapura terdapat patung anjing, unit sentral tempat patung Dewi Xiang Ma ditempatkan di atas altar, dan di ruang belakang terdapat patung Buddha.[1]

Dekorasi[sunting | sunting sumber]

Kelenteng Xiang Ma merupakan sebuah bangunan dengan arsitektur Tiongkok. Karena itu, di dalam Kelenteng Xiang Ma penuh dengan hiasan berupa molding dan patung-patung naga yang dikombinasikan dengan unsur hiasan pada susunan balok-balok, kolom, konsol yang bertumpuk melebar sehingga menghasilkan perpaduan yang begitu harmonis. Kondisi fisik bangunan sangat terawat dengan pengelolaan langsung oleh Yayasan Vihara Naga Sakti.[1]

Pengategorian[sunting | sunting sumber]

Dalam Tabel Karakteristik Bangunan Cagar Budaya Kota Makassar,[2] Kelenteng Xiang Ma memiliki kriteria berikut:

  1. Umur bangunan tergolong kuno dan ditetapkan sebagai cagar budaya
  2. Mewakili estetika dan periodisasi terhadap gaya dan langgam bangunan pada masanya
  3. Dilestarikan tetapi tidak mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang cukup berperan
  4. Menggunakan salah satu gaya arsitektur yang tidak langka
  5. Memiliiki peran terhadap nilai sejarah lokal
  6. Sebagian bangunan mengalami perubahan dan cenderung tidak berbeda dengan bangunan asli
  7. Arsitektur mewakili salah satu corak kebudayaan Cina
  8. Kuat sebagai markah tanah kawasan

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Natsir, Mohammad, dkk (2013). Bangunan Bersejarah di Kota Makassar. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. hlm. 43. 
  2. ^ Satriani dkk. 2016. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016. Kebijakan Pelestarian Bangunan Cagar Budaya sebagai Identitas Kota Makassar. hlm. 24.