Ki Getas Pandawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Ki Ageng Getas Pandawa)

Ki Getas
Pandawa
ꦥꦴꦟ꧀ꦝꦮ
LahirDyah Depok
PendahuluBondan Kajawan
PenggantiKi Ageng Sela
Orang tua

Ki Getas Pandawa adalah seorang tokoh masyarakat yang berasal dari Grobogan. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara; kakaknya Ki Ageng Wanasaba, sedangkan adiknya Nyai Ageng Ngerang.

Awal kehidupan[sunting | sunting sumber]

Ki Getas Pandawa lahir dengan nama Dyah Depok, sebagai putra kedua dari pasangan Dyah Lembu Peteng dengan Dyah Nawangsih. Ia merupakan kakak kandung Rara Kasihan (Nyai Ageng Ngerang) dan adik kandung Dyah Dukuh (Ki Ageng Wanasaba). Menurut deksripsi dari babad, Ki Getas Pandawa tumbuh sebagai pemuda yang gemar mengembara, tetapi di sisi lain ia adalah pemuda yang lugu dan pemalu.[1][2]

Ki Ageng Wanasaba adalah kakak kandung Ki Getas Pandawa, yang menikah dengan Dyah Plabawangi putri Ki Demang Selamerta. Mereka mendirikan paguron dan akhirnya pindah ke Wanasaba sehingga dikenal sebagai priyagung Wanasaba. Adik perempuannya, Rara Kasihan sangat menekuni ilmu agama kemudian dinikahi oleh Ki Ageng Ngerang sehingga ia dijuluki Nyai Ageng Ngerang. Sedangkan, Ki Getas Pandawa lebih gemar mengembara dan berguru mencari jati diri. Pada usia tuanya Ki Getas Pandawa cenderung bertapa laku spiritual sambil bertani menggarap sawah. Dia tidak lagi mementingkan harta dan duniawi. Hasil pertaniannya kerap ia bagikan ke tetangga-tetangganya yang membutuhkan agar hidup berkecukupan.[1][2]

Silsilah[sunting | sunting sumber]

Ki Getas Pandawa menikah dengan Nyai Getas Pandawa, ia mempunyai putra yaitu Bagus Songgom nama kecil dari Ki Ageng Sela yang menikah dengan Nyai Bicak (Nyai Ageng Sela). Ia juga memiliki enam putri diantaranya Nyai Ageng Pakis, Nyai Ageng Purna, Nyai Ageng Kare, Nyai Ageng Wanglu, Nyai Ageng Bokong dan Nyai Ageng Adibaya. Silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut:

Dyah Lembu Peteng atau Bondan Kajawan menikah dengan Dyah Nawangsih memiliki tiga orang putra-putri:

  1. Dyah Dukuh / Ki Ageng Wanasaba
  2. Dyah Depok / Ki Getas Pandawa
  3. Rara Kasihan / Nyai Ageng Ngerang
  1. Ki Ageng Wanasaba berputra-putri:
    1. Ki Ageng Pandanaran / Pangeran Made Pandan menikah dengan Nyai Ageng Pandanaran berputra-putri:
      1. Ki Ageng Pakringan menikah dengan Rara Janten berputri:
        1. Nyai Ageng Laweh
        2. Nyai Manggar
      2. Ki Ageng Saba menikah dengan Nyai Ageng Saba berputra-putri:
        1. Ki Juru Martani / Patih Mandaraka menikah dengan Ratu Mas Banten berputra:
          1. Pangeran Mandura
          2. Pangeran Juru Kiting
          3. Pangeran Jagabaya
        2. Nyai Sabinah menikah dengan Ki Ageng Pamanahan
  1. Ki Getas Pandawa berputra-putri:
    1. Ki Ageng Sela / Kyai Abdurrahman menikah dengan Nyai Bicak (Nyai Ageng Sela) berputra
      1. Nyai Ageng Lurung Tengah
      2. Nyai Ageng Saba
      3. Nyai Ageng Bangsri
      4. Nyai Ageng Jati
      5. Nyai Ageng Patanen
      6. Nyai Ageng Pakisdadu.
      7. Ki Ageng Anis / Ki Ageng Laweyan menikah dengan Nyai Ageng Laweyan berputra:
        1. Ki Ageng Pamanahan menikah dengan Nyai Sabinah
  1. Nyai Ageng Ngerang berputra-putri:
    1. Rara Kinasih / Nyai Bicak / Nyai Ageng Sela menikah dengan Ki Ageng Sela
    2. Ki Ageng Ngerang II berputra:
      1. Ki Ageng Ngerang III menikah dengan Dyah Ayu Panengah berputra:
        1. Ki Ageng Panjawi

Makam Ki Getas Pandawa saat ini telah direnovasi dan dipugar serta dijaga dengan baik oleh masyarakat sekitar, lokasinya berada di Kelurahan Kuripan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Makam Ki Getas Pandawa biasa diziarahi oleh masyarakat sekitar Grobogan dan daerah lainnya bahkan orang-orang penting seperti kepala daerah ketika hendak memiliki hajat melakukan ziarah ke makam beliau, karena Ki Getas Pandawa merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam di Grobogan dan leluhur para raja tanah Jawa.

Kepustakaan[sunting | sunting sumber]

  • Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
  • Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
  • H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Olthof, W. L. (2007). Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam sampai Tahun 1647. Serat Babad Tanah Djawi wiwit saking Nabi Adam doemoegi ing taoen 1646, kang dipoen besoet dening W.L. Olthof ing Leiden, Nederland rikala warsa 1941. Yogyakarta: Narasi. ISBN 9791680477. OCLC 220090178. 
  2. ^ a b Ranggasutrasna, Ki Ngabehi; Darusuprapta; Dr., Marsono,; Centhini., Tim Penyadur Teks Naskah Suluk Tambangraras (1991-<2010>). Centhini, Tambangraras-Amongraga (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 979407358X. OCLC 27465784.