Kelenteng Hok Tek Bio

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kelenteng Hok Tek Bio.

Kelenteng Hok Tek Bio atau Klenteng Amurvabhumi (Hanzi: 福德廟) yang berada di Jalan Letjen Sukowati merupakan saksi sejarah masuknya ajaran agama Budha di Kota Salatiga. Dan dalam perjalanannya, kelenteng Hok Tiek Bio ini pun menjadi simbol dari keberadaan penganut Tri Dharma, yakni kombinasi antara agama Budha, Khong Hu Cu dan Taoisme.[1][2][3][4][5][6]

Masuknya pengaruh ajaran Budha sendiri sebenarnya sudah terjadi sangat lama. Ini ditandai dengan banyaknya ditemukan arca-arca berupa lingga, yoni dan prasasti dengan corak Hindu/Budha. Berdirinya kelenteng ini sekaligus menandakan masuknya pengaruh Tionghoa ke Kota Hati Beriman ini.[7][8][9][10]

Tak diketahui secara persis kapan pengaruh kaum warga keturunan ini masuk ke Salatiga yang dulunya merupakan tanah perdikan ini. Namun dari hasil identifikasi sejumlah ahli sejarah, masuknya pengaruh Tionghoa ke Kota Salatiga diprediksi terjadi seiring dengan pergerakan Tionghoa ke Surakarta (Solo) pada tahun 1740-1741.[11][12][13]

Menurut Hamdi Chan, juru kunci kelenteng Hok Tiek Bio, kelenteng yang didominasi warna merah dan kuning keemasan ini dibangun sekitar tahun 1872. Tak jelas siapa yang tokoh yang memiliki ide pembangunan kelenteng yang memiliki sembilan altar (meja pemujaan) ini. Namun yang pasti, kelenteng ini berdiri dari sumbangan para penganut Tri Dharma kala itu. Nama-nama jemaat yang ikut menyumbang tertuang dalam prasasti yang terpampang di tembok sebelah timur ruang utama dengan tulisan China.[14][15]

Warna merah menyimbolkan kebahagiaan dan kesuksesan. Sedang warna kuning keemasan memiliki arti sifat ketuhanan/keagamaan (religusitas).[16]

Hamdi yang sudah 20 tahun merawat kelenteng yang menghadap ke utara ini memaparkan, sembilan altar tersebut berada di sembilan ruang. Ruang paling depan yang terbuka pada bangunan utama yang bentuknya menyerupai huruf T terbalik ini adalah ruang penyembahan Thian Than (Tuhan Yang Maha Esa). Ruang tengah yang merupakan ruang utama terdapat altar Dewa Bumi (Hok Tek Cing Sien) beserta dewa lain dan pengawalnya.

Di sebelah timur ruang utama terdapat dua ruang penyembahan, yakni ruang penyembahan Dewi Welas Asih (Mak Co Kwan Im) dan ruang penyembahan Dewa Rezeki. Sementara di sebelah barat ruang utama juga terdapat dua ruang penyembahan, yakni ruang penyembahan Dewi Lautan (Mak Co Thian Siang Sing Bo) dan ruang penyembahan smiling Budha (Budha yang selalu tersenyum).[17]

Terpisah dari bangunan utama, di sebelah barat terdapat bangunan memanjang ke utara yang berisi tiga ruang penyembahan. Ruang paling utara merupakan terdapat altar Budha Sidharta Gautama. Ruang tengah terdapat altar Thay Sang Lo Kun dan ruang paling timur terdapat altar Nabi Khong Hu Cu.[18]

Salah satu keunikan dari kelenteng Hok Tiek Bio ini adalah terdapat sebuah tampa bulat yang terbuat dari bambu tergantung di langit-langit ruang penyembahan Dewa Bumi. Menurut Hamdi, keberadaan tampa yang sudah berwarna hitam akibat terkena kepulan asap lilin dan hio swa ini adalah peringatan agar tidak bersumpah di dalam kelenteng, kecuali atas perintah pengadilan.[19][20]

Bagi yang melakukan sumpah di dalam kelenteng namun sumpahnya itu bohong, diyakini orang yang bersumpah itu akan menerima risiko yang besar dari apa yang ia kerjakan.[21]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Abi (ed.). "Klenteng Hok Tek Bio Salatiga Berumur 137 Tahun". Kompas.com. Diakses tanggal 25 Mei 2022. 
  2. ^ "Sambut Imlek 2571, Warga Tionghoa Bersih-Bersih Kelenteng Hok Tek Bio Salatiga". Sindonews.com. Diakses tanggal 21 Mei 2022. 
  3. ^ "Klenteng Hok Tiek Bio Salatiga". direktoripariwisata.id. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  4. ^ "Persiapan Imlek Salatiga". www.antarafoto.com. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  5. ^ Yulianto, Gideon Teguh. "Imlek di Tahun Kerbau Logam: Tenang atau Muram?". Pikiran-Rakyat.com. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  6. ^ "Klenteng Amurvabhumi - Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-26. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  7. ^ "Warga Tionghoa Salatiga Bersihkan Klenteng Hok Tek Bio Jelang Imlek". iNews.ID. 2021-02-05. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  8. ^ "Kemeriahan Kirab Ruwat Bumi, Simbol Kebhinnekaan – Pemerintah Kota Salatiga" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-05-21. 
  9. ^ Helmy, Fauzie (2011). Dunia tanpa nyawa : toy's photography. Jakarta: Penerbit Gramedia. ISBN 978-602-02-1938-7. OCLC 857763671. 
  10. ^ Winarso, Hendrik Agus (2008). Keimanan dalam agama Konghucu : suatu tinjauan teologi dan peribadahannya (edisi ke-Ed. 1., cet. 1). Semarang: Dahara Prize. ISBN 979-501-590-7. OCLC 369225971. 
  11. ^ Dedi (2022-03-11). "5 Kota Paling Toleran di Indonesia, Salatiga Posisi Pertama". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  12. ^ Kusumo, Rizky. "Camilan Enting-Enting Gepuk, Tanda Eksistensi Etnis Tionghoa di Salatiga". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  13. ^ Laporan Akhir Penyusunan Studi Kelayakan Kawasan China Town Kota Salatiga (PDF). 
  14. ^ "TITD Hok Tek Bio Salatiga Bagikan 24 Ton Beras". Diakses tanggal 2022-05-21. 
  15. ^ "Revolusi Mental | Berita & Artikel". revolusimental.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-15. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  16. ^ "Enting-Enting Gepuk » Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  17. ^ "Oleh-Oleh Khas Salatiga Ting-Ting Gepuk Cap Klenteng dan 2 Holo - Sonora.id". www.sonora.id. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  18. ^ Alvionitasari, Rezki (ed.). "Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels". Tempo.co. Diakses tanggal 22 Mei 2022. 
  19. ^ Wiyono, Ponco. "Mengintip Klenteng Hok Tek Bio Salatiga Jelang Imlek". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  20. ^ Susanto, Eko. "Melihat Kesibukan Kelenteng Tertua di Salatiga Bersiap Sambut Imlek". detikcom. Diakses tanggal 2022-05-21. 
  21. ^ "Klenteng Hok Tiek Bio Salatiga - Informasi Situs Budaya Indonesia Klenteng Hok Tiek Bio Salatiga". Informasi Situs Budaya Indonesia. 2019-02-13. Diakses tanggal 2020-04-01. [pranala nonaktif permanen]