Kekristenan dan kolonialisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kekristenan dan kolonialisme merupakan sebuah suatu topik perdebatan di kalangan misionaris, antropolog, sejarawan, dan para kritikus budaya tentang hubungan penyebaran Kekristenan dan penyebaran kolonialisme.[1] Kekristenan dalam beberapa kasus menjadi kepanjangtanganan kolonialisme karena kedua hal tersebut memiliki misi yang hampir sama, yaitu mengubah dunia non-Eropa menjadi lebih beradab.[2] Di sisi lain Kekristenan tidak bisa dikaitkan dengan kolonialisme sebab Kekristenan dan penyebarannya melalui misi sudah ada dan sudah dilakukan jauh sebelum ekspansi bangsa Barat dan kolonialisme. Bahkan, beberapa misionaris berpendapat bahwa Kekristenan di beberapa negara jajahan justru memberikan perlawanan dan kritikan yang tajam terhadap proyek kolonialisme.[3][4]

Penyebaran Agama Kristen di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Kedatangan Belanda di Indonesia pada abad ke-16 kemudian mengarah pada ekspansi besar-besaran di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.[5] Saat mega-proyek Vereenigde Oostindische Compagnie didirikan pada awal abad ke-17, hal ini menunjukkan kegigihan Pemerintah Hindia Belanda untuk menanamkan cakarnya di wilayah-wilayah jajahan. Bercokolnya Belanda di Indonesia kemudian juga tampak dalam pesatnya penyebaran agama Kristen.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Melvin E. Page, Penny M. Sonnenburg (2003). Colonialism: an international, social, cultural, and political encyclopedia, Volume 1. ABC-CLIO. hlm. 496. Of all religions, Christianity has been most associated with colonialism because several of its forms (Catholicism and Protestantism) were the religions of the European powers engaged in colonial enterprise on a global scale. 
  2. ^ Bevans, Steven. "Christian Complicity in Colonialism/ Globalism" (PDF). Diakses tanggal 2010-11-17. The modern missionary era was in many ways the ‘religious arm’ of colonialism, whether Portuguese and Spanish colonialism in the sixteenth Century, or British, French, German, Belgian or American colonialism in the nineteenth. This was not all bad — oftentimes missionaries were heroic defenders of the rights of indigenous peoples 
  3. ^ Andrews, Edward (2010). "Christian Missions and Colonial Empires Reconsidered: A Black Evangelist in West Africa, 1766–1816". Journal of Church & State. 51 (4): 663–691. doi:10.1093/jcs/csp090. 
  4. ^ Comaroff, Jean; Comaroff, John (2010) [1997]. "Africa Observed: Discourses of the Imperial Imagination". Dalam Grinker, Roy R.; Lubkemann, Stephen C.; Steiner, Christopher B. Perspectives on Africa: A Reader in Culture, History and Representation (edisi ke-2nd). Oxford: Blackwell Publishing. hlm. 32. 
  5. ^ "Digital Batavia - - - Tentang Batavia". bataviadigital.perpusnas.go.id. Diakses tanggal 2021-02-25. 
  6. ^ Aritonang dan Steenbrink, Jan dan Karel (2008). A History of Christianity in Indonesia. Leiden: Brill. ISBN 9789004170261.