Keajaiban Wangsa Brandenburg

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Keajaiban Wangsa Brandenburg (Jerman: Mirakel des Hauses Brandenburg) adalah istilah yang dicetuskan oleh Friedrich yang Agung untuk kegagalan Kekaisaran Rusia dan Austria dalam memanfaatkan kemenangan mereka dalam Pertempuran Kunersdorf pada 12 Agustus 1759.[1] Setelah pertempuran tersebut, Friedrich mengira bahwa Prusia pasti akan kalah. Ia menulis bahwa kekalahan tersebut merupakan "pembalikan keadaan yang kejam. Saya tidak dapat bertahan darinya. Saya rasa sudah habis semua. Adieu pour jamais".[2] Prusia kehilangan sekitar 19.000 tentara dan hanya tersisa 18.000 serdadu. Pada 16 Agustus, ia menulis bahwa apabila tentara Rusia berupaya menyeberangi Sungai Oder dan memasuki Berlin, "kami akan melawan mereka - lebih karena kami ingin wafat di bawah tembok kota kami sendiri dan bukan karena harapan akan mengalahkan mereka".[2] Pada hari itu Marsekal Lapangan Rusia Marshal Saltykov dan pasukannya menyeberangi Sungai Oder dan pada hari sebelumnya Marsekal Lapangan Austria Laudon dan pasukannya telah melakukan hal yang sama. Marsekal Lapangan Daun memimpin pasukan Austria lainnya dari Sachsen. Tiga pasukan tersebut akan bertemu di Berlin.

Friedrich mengumpulkan sekitar 33.000 pasukan untuk mempertahankan Berlin dari serbuan musuh yang diperkirakan berjumlah 90.000 jiwa. Namun, tiba-tiba terjadilah apa yang disebut sebagai "Keajaiban Wangsa Brandenburg" oleh Friedrich. Pasukan Austria dan Rusia enggan memanfaatkan kemenangan mereka sebelumnya dengan menduduki Berlin dan pada bulan September mulai mundur. Austria dan Rusia telah kehilangan 20.000 pasukan di Kunersdorf dan mereka mengkhawatirkan jalur komunikasi mereka yang panjang karena telah melewati jarak yang begitu jauh. Selain itu, salah satu jenderal Friedrich, saudara laki-lakinya Pangeran Heinrich, tidak terlibat dalam pertempuran di Kunersdorf dan masih mengancam Austria dan Rusia. Friedrich kembali memperoleh kepercayaan diri.[3]

Pada Desember 1761, setelah perang berkecamuk selama lima tahun, situasi Prusia tampak suram walaupun mereka berhasil mencapai beberapa sasaran militer. Seperti yang ditulis oleh Friedrich pada 10 Desember:

Austria adalah penguasa Schweidnitz dan pegunungannya, Rusia berada di sepanjang Warthe dari Kolberg hingga Posen...setiap jerami, kantong uang atau rekrutan hanya datang berkat kebaikan musuh atau kelalaiannya. Austria menguasai perbukitan di Sachsen, Kekaisaran di Thuringia, benteng-benteng kami di Silesia, di Pomerania, Stettin, Kustrin, dan bahkan Berlin, rentan diserang Rusia.[4]

Selama perang ini, Prusia telah kehilangan 120 orang jenderal, 1.500 perwira (dari 5.500) dan lebih dari 100.000 pasukan. Sebagian besar orang Prusia saat itu mendukung perjanjian perdamaian dan Friedrich mencoba melibatkan Kekaisaran Utsmaniyah dalam perang (walaupun upaya ini gagal). Sekutunya Inggris meminta perjanjian perdamaian yang akan merugikan Prusia. Tiba-tiba, pada Januari 1762, Friedrich mendengar kabar bahwa Maharani Elizabeth dari Rusia meninggal pada 5 Januari: "Messalina Utara telah wafat. Morta la Bestia", seperti yang ditulis Friedrich pada 22 Januari.[5] Penerus dan keponakan Elizabeth Pyotr merupakan pengagum Friedrich yang Agung. Ia kemudian mengubah kebijakan Elizabeth yang anti-Prusia dan menegosiasikan perdamaian dengan memberlakukan gencatan senjata pada bulan Maret dan menandatangani perjanjian perdamaian dan persahabatan pada 15 Mei.[6]

Pada akhir Perang Dunia II pada April 1945, Berlin dikepung oleh Tentara Merah. Beberapa anggota Nazi berharap bahwa peristiwa serupa akan berlangsung (terutama setelah meninggalnya Franklin D. Roosevelt) dan terdapat rumor di Front Timur bahwa Sekutu Barat bersama dengan Jerman akan mempertahankan Eropa dari komunisme. Namun, meskipun Roosevelt telah meninggal, Sekutu tetap melanjutkan upayanya untuk mengalahkan Jerman Nazi. Setelah Tentara Merah menguasai Wina dan menduduki Berlin, Adolf Hitler bunuh diri pada 30 April dan pada 8 Mei perang di Eropa berakhir setelah menyerahnya semua pasukan Jerman.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ David Fraser, Frederick the Great. King of Prussia (London: Allen Lane, 2000), hlm. 420.
  2. ^ a b Fraser, hlm. 419.
  3. ^ Fraser, hlm. 421.
  4. ^ Fraser, hlm. 456.
  5. ^ Fraser, hlm. 457.
  6. ^ Fraser, hlm. 459.

Referensi[sunting | sunting sumber]