KRI Mandau (621)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sejarah
Indonesia
Nama Mandau
Asal nama Mandau
Pembangun Korea Tacoma Marine Industries Ltd
Mulai berlayar 20 Juli 1979
Identifikasi Nomor lambung: 621
Status Aktif
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis Kapal cepat rudal kelas Mandau
Berat benaman
  • 250 ton (standar)
  • 290 ton (muatan penuh)
Panjang 537 m (1.761 ft 10 in)
Lebar 8 m (26 ft 3 in)
Pendorong
  • CODOG :
  • 1 x Turbin uap General Electric-Fiat LM-2500
  • 2 x Diesel MTU 12V331TC81
Kecepatan 41 knot (76 km/h; 47 mph)
Jangkauan 2.600 nmi (4.815 km; 2.992 mi) pada 14 knot (26 km/h; 16 mph)
Awak kapal 43
Sensor dan
sistem pemroses
  • Radar Racal Decca AC1226
  • Radar kendali penembakan Signal WM28
  • Selenia NA-18 e/o director
  • Rangkaian ECM ESM Thompson-CSF DR2000S
Senjata
  • Seperti yang dibangun
  • Meriam:
    1 x 57/70 Bofors SAK Mk 1
    1 x 40/70 Bofors 350AFD
    2 x 20/85 S.20
  • Rudal:
    4 x MM38 Exocet SSM (mungkin dilepas dan diganti dengan rudal C-802)
  • KRI Mandau (621) merupakan kapal perang patroli utama Indonesia dari jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) dan merupakan kapal pertama dari kapal kelas Mandau. Kapal ini dibuat di Galangan kapal Tacoma SY, Masan, Korea Selatan pada tahun 1979. Kapal lain dalam kelas yang sama adalah KRI Mandau (621), KRI Rencong (622), KRI Badik (623), dan KRI Keris (624).

    Sejarah[sunting | sunting sumber]

    Pembuatan[sunting | sunting sumber]

    Kapal ini dibuat di Galangan kapal Tacoma SY, Masan, Korea Selatan pada tahun 1979. Didesain untuk melakukan patroli cepat di perairan Indonesia.

    Nama[sunting | sunting sumber]

    Nama Mandau, diambil dari nama senjata khas Dayak di Kalimantan, begitu pula nama-nama kapal di kelas ini, diambil dari nama senjata khas suku-suku yang berada di Indonesia.

    Kapal[sunting | sunting sumber]

    Desain[sunting | sunting sumber]

    Desain kapal ini bermula dari kapal bersenjata kelas Ashville milik USA, dikemudian hari kapal ini dialihkan ke Korea Selatan dan menjadi Kapal kelas Baek Ku, kelas Baek Ku inilah yang dikembangkan oleh Korea Selatan dan menjadi KRI Mandau. Kapal ini didesain sebagai kapal serang berkecapatan tinggi, untuk mencapai itu maka badan kapal dibuat dari Aluminium sehingga bisa lebih ringan selain itu untuk mencapai kecepatan tinggi kapal ini dilengkapi dengan mesin gas turbin General Electric LM 1500 selain 2 buah mesin diesel untuk kecepatan rendah. Diharapkan dengan kombinasi ini, kapal mampu mencapai kecepatan 40 knot.

    Persenjataan[sunting | sunting sumber]

    Torpedo[sunting | sunting sumber]

    Kapal ini tidak dilengkapi dengan torpedo dan persenjataan anti-kapal selam lainnya.

    Peluru kendali[sunting | sunting sumber]

    Awalnya KRI Mandau menggunakan Rudal Aerospatiale MM-38 Exocet sebanyak 4 pucuk (2 x 2), yang memiliki jangkauan maksimum 42 km (23 mil laut) dengan kecepatan 0,9 mach, berhulu ledak 165 kg, berpemandu active radar homing, bersifat jelajah inersia, sea-skimmer. Sejak ada kerja sama alih teknologi dengan China Exocet maka mulai diganti dengan rudal C-802 buatan SACCADE.[1]

    Meriam[sunting | sunting sumber]

    • Meriam Bofors 57 mm/70: 1 pucuk, kecepatan tembakan 200 rpm, berjangkauan maksimum 17 km (9,3 mil laut) dengan berat amunisi 2,4 kg, anti kapal, pesawat udara, helikopter, rudal balistik, rudal anti kapal, berpemandu tembakan Signaal WM28.
    • Meriam Bofors 40 mm/70: 1 pucuk, kecepatan tembakan 300 rpm, dengan jangkauan maksimum 12 km (6,6 mil laut) dengan berat amunisi 0,96 kg, anti kapal, pesawat udara, helikopter, rudal balistik, rudal anti kapal.
    • Kanon Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20 mm: 2 pucuk, kecepatan tembakan 1000 rpm, dengan jangkauan efektif 2 km dengan berat amunisi 0,24 kg, anti pesawat udara, helikopter.[1]

    Sensor dan senjata elektronik[sunting | sunting sumber]

    Radar dan sonar[sunting | sunting sumber]


    Pengumpan[sunting | sunting sumber]


    Tenaga penggerak[sunting | sunting sumber]

    Kapal ini digerakan oleh 2 buah mesin diesel dan sebuah mesin turbin . Mesin Diesel digunakan saat kecepatan rendah atau menghemat BBM sedangkan mesin turbin digunakan bila kapal ingin mencapai kecepatan maksimal dengan konsekuensi bahan bakar menjadi lebih boros.

    Penugasan[sunting | sunting sumber]

    2007[sunting | sunting sumber]

    2008[sunting | sunting sumber]

    • 12 Maret 2008, KRI Mandau menangkap kapal ikan berbendera Indonesia, KM Sanjaya-6 di posisi 07°53′15″LS,118°30′07″BT, saat diperiksa KM Sanjaya-6 telah berhasil menangkap ikan sebanyak 80 Ton ikan campuran, dan kapal tersebut tidak memiliki kelengkapan dokumen.[5]

    Perwira yang pernah bertugas[sunting | sunting sumber]

    Referensi[sunting | sunting sumber]

    Sumber[sunting | sunting sumber]

    Lihat pula[sunting | sunting sumber]

    Pranala luar[sunting | sunting sumber]