Jan Egeland

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jan Egeland
UN Humanitarian Official
Lahir12 September 1957 (umur 66)
Stavanger, Norwegia
AlmamaterUniversitas Oslo
Universitas California, Berkeley
PekerjaanSekretaris Jenderal dari Dewan Pengungsi Norwegia
Dikenal atasPekerjaan kemanusiaan
Partai politikPartai Buruh

Jan Egeland (lahir 12 September 1957) adalah Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Egeland diangkat pada Juni 2003 oleh Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan untuk menggantikan Kenzo Oshima. Egeland dilahirkan di Norwegia dan banyak melakukan perjalanan untuk mengangkat perhatian terhadap masalah-masalah darurat kemanusiaan.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Egeland mulai menjalankan posisinya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat pada bulan Agustus 2003. Posisi ini mengepalai Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB. Ia menggantikan Kenzo Oshima dari Jepang yang menjabat sebelumnya .

Sebelum menjadi kepala OCHA, Egeland menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Palang Merah Norwegia. Dari 1999 hingga 2002, ia menjadi Penasihat Khusus Sekjen PBB untuk Kolombia. Dalam kariernya, ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Norwegia dari 1990 hingga 1997. Dalam kedudukannya itu, ia memulai dua Sistem Kesiapan Darurat Norwegia, yang telah memberikan bantuan berupa 2000 tenaga ahli dan pekerja kemanusiaan bagi berbagai organisasi internasional. Ia juga pernah menjadi Ketua Amnesty International di Norwegia, dan Wakil Ketua dari Komisi Eksekutif Internasional dari Amnesty International.

Ia terpilih menjadi pimpinan eksekutif Amnesty pada usia 23 tahun, orang termuda yang pernah memegang jabatan itu. Ia menjabat sebagai Direktur Departemen Internasional dari Palang Merah Norwegia, Kepala Studi Pembangunan dari Institut Henry Dunant di Jenewa dan reporter berita radio dan televisi untuk Norwegian Broadcasting Corporation.

Egeland pernah aktif dalam sejumlah proses perdamaian. Ia ikut memulai dan mengorganisir peranan Norwegia sebagai perantara antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 1992, yang membuahkan Persetujuan Oslo (Deklarasi Prinsip) pada September 1993. Ia mengarahkan fasilitasi Norwegia dalam perundingan damai yang dipimpin oleh PBB yang membuahkan kesepakatan gencatan senjata antara Pemerintah Guatemala dan para gerilyawan Unidad Revolucionaria Nacional Guatemalteca (URNG) yang ditandatangani di Oslo pada 1996. Ia juga memimpin delegasi tuan rumah ketika Perjanjian Ottawa untuk melarang ranjau darat berhasil dirundingkan dan diterima di Oslo pada 1997.

Egeland telah mengarahkan upaya-upayanya dalam menolong kebutuhan dari bagian penduduk ini dalam situasi-situasi darurat yang kompelks, seperti pemberontakan Tentara Perlawanan Tuhan di Uganda utara, wilayah Darfur di Sudan dan Republik Demokratik Kongo, di mana berjuta-juta orang yang mengungsi terpengaruh. Ia juga telah berkampanye untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan mereka yang terkena akibat bencana alam, seperti tsunami Samudra Hindia 2004 dan Hurikan Katrina, serta membangkitkan kesadaran dalam masalah-masalah seperti masalah gender, eksploitasi dan kekerasan seksual, dan para pengungsi.

Egeland memiliki gelar Magister Artium dalam ilmu politik dari Universitas Oslo. Ia pernah menjadi Fulbright Scholar di Universitas California, Berkeley dan seorang fellow di Institut Penelitian Perdamaian Internasional, Oslo, serta Institut Truman untuk Meningkatkan Perdamaian, Yerusalem.

Seperti disebutkan dalam biografi resminya,[1] Jan Egeland belajar di Institut Truman untuk Meningkatkan Perdamaian di Yerusalem. Sikapnya yang tidak memihak dalam konflik Lebanon sebagai perantara yang adil dipertanyakan oleh Hizbullah) dan berbagai kelompok lainnya di Lebanon. Dalam sebuah wawancara di Saluran 4 televisi Britania, Egeland menuduh Hizbullah sebagai penyebab krisis di Lebanon. Katanya, "(Mereka) bersembunyi di antara warga sipil sehingga angkatan udara Israel tidak mempunyai pilihan lain kecuali menyerang bangunan-bangunan sipil," [2] Ia juga menyebut serangan-serangan udara Israel sebagai "pelanggaran undang-undang kemanusiaan ".

Pada 28 Juli 2006 ia mengusulkan 72 jam gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah agar bantuan darurat dapat masuk untuk memindahkan mereka yang terluka dan mengantarkan bantuan makanan dan pasokan obat-obatan ke daerah yang dilanda perang. Israel menolak usul itu karena katanya negara itu sudah membuka lorong kemanusiaan dari Lebanon sudah memadai untuk tujuan tersebut. Egeland menjawab bahwa "Hizbullah tidak dengan sendirinya merupakan penghalang terbesar bagi suatu kesepakatan ".[3] Israel belakangan setuju untuk menghentikan pengeboman selama 48 jam, sementara menyatakan dirinya berhak mengambil tindakan terhadap sasaran-sasaran yang bersiap-siap untuk menyerang.[4]

Egeland menikah dan mempunyai dua orang anak perempuan.

Pada 2006, majalah Time menyebutnya sebagai satu dari 100 "orang yang membentuk dunia kita". Dalam artikel tentang Egeland, mereka mengusulkan agar ia mengganti sebutan pekerjaannya menjadi Hati Nurani Dunia. Mereka menutup artikel itu dengan mengatakan, "Kita tentu akan mendengar suaranya apabila hati nurani kita membutuhkan sedikit peringatan" (rujukan terhadap pernyataannya setelah bencana tsunami).[5]

Ia telah menerbitkan sejumlah laporan, studi, dan artikel tentang penyelesaian konflik, masalah-masalah kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Pemerintah Sudan[sunting | sunting sumber]

Pemerintah Sudan telah melarang Jan Egeland, Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-bangsa, mengunjungi wilayah Darfur.[3]

Bantuan tsunami[sunting | sunting sumber]

Pada 27 Desember 2004, pada tahap awal upaya bantuan setelah gempa bumi Samudra Hindia 2004, Egeland mengatakan bahwa "Masa-masa Natal mestinya mengingatkan banyak negara-negara Barat tentang betapa kita telah menjadi kaya, dan bila kenyataannya bantuan asing dari banyak negara kini hanyalah 0,1 atau 0,2 persen dari Pendapatan Domestik Bruto, saya pikir mereka sungguh kikir."[6]

Pernyataan ini dikritik oleh pemerintah Amerika Serikat di bawah George W. Bush. Sementara sebagian orang merasa tersinggung oleh komentar itu, yang lainnya malah mendukungnya; The New York Times menulis bahwa "Egeland tepat mengenai sasaran." Janji bantuan bencana alam dari AS meningkat dengan cepat. Egeland konon mengatakan bahwa sumbangan-sumbangan itu demikian besarnya dan datang dengan begitu cepat sehingga "Kami benar-benar harus menegaskan kembali bahwa apa yang kami dengar itu benar, bahwa jumlah nol-nya tepat." Ketika meninjau bantuan nyata, meskipun bukan berupa uang, seperti bantuan militer AS, Australia dan negara-negara lain, Egeland menyatakan, "Pesawat-pesawat helikopter itu nilainya sama dengan emas setara dengan beratnya."

Bantuan Lebanon[sunting | sunting sumber]

Pada Juli 2006, Egeland mengimbau agar AS memberikan bantuan $150 juta kepada Lebanon, setelah dihancurkannya sebagian wilayah Lebanon oleh pasukan-pasukan Israel dan tersingkirnya beribu-ribu pengungsi.

Meskipun juga kritis terhadap Israel, Egeland pun mengecam Hizbullah dalam cara yang tidak pernah berani dialkukan oleh pejabat PBB selama ini. "Secara konsisten, dari pusat wilayah Hizbullah, pesan saya kepada Hizbullah adalah bahwa mereka harus menghentikan tindakan pengecut ini, membaur... di antara kaum perempuan dan anak-anak," katanya. "Saya dengar mereka bangga karena mereka hanya kehilangan segelintir pejuang dan bahwa warga sipillah yang terutama menanggung akibatnya. Saya pikir tak seorang pun boleh bangga bila lebih banyak anak-anak dan perempuan yang tewas daripada kaum lelaki yang bersenjata. Kita harus menghentikan kekerasan ini karena ini adalah perang di mana warga sipillah yang justru membayar akibatnya."[7]

Belakangan, pada 10 Agustus, Egeland, mengkritik baik Israel maupun Hizbullah karena menghalangi akses ke Lebanon selatan, dan meneybut situasinya sesuatu yang "memalukan".[8].

Kekerasan di Gaza[sunting | sunting sumber]

Dalam sebuah kunjungan ke Gaza untuk meninjau kerusakannya, Egeland dikutip mengatakan bahwa pengeboman sebuah pembangkit tenaga listrik akan memengaruhi sekolah-sekolah dan rumah sakit, lebih daripada terhadap para militan. "Ini jelas sekali sebagai sesuatu (penggunaan kekuasaan) yang berlebih-lebihan," kata Egeland kepada para wartawan. "Infrastruktur sipil dilindungi. Hukumnya jelas sekali. Kita tidak mungkin menafsirkannya dengan cara lain."[9]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

Didahului oleh:
Kenzo Oshima (Jepang)
Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat
2003–sekarang
Diteruskan oleh:
masih menjabat