Slavofilisme: Perbedaan antara revisi
BP21Danang (bicara | kontrib) ←Membuat halaman berisi '{{inuseBP|BP21Danang|27 Juni 2014|24 Juni 2014}} thumb|Aleksey Khomyakov salah satu pengusung paham Slavofilisme, 1842 Berkas...' Tag: BP2014 |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 26 Juni 2014 23.45
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP21Danang (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 27 Juni 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 24 Juni 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP21Danang (Kontrib • Log) 3606 hari 7 menit lalu. |
Slavofilisme adalah nama suatu aliran atau paham yang berkembang di Rusia mulai tahun ± 1830 yang menolak segala macam pembaharuan yang berasal dari Eropa Barat.[1] Aliran ini bertentangan dengan alirab Barat yang berpegang pada rasionalisme dan individualisme.[1] Menurut Slavofilisme, peradaban Barat akan membawa kekejaman dan kelaliman yang menghancurkan peradaban manusia. Terhadap rasionalisme, aliran ini berpegang pada kebenaran agama yang ortodoks.[1] Untuk menangkal bahaya individualisme, penganutnya berpegang pada ajaran tentang rasa persaudaraan yang dijarkan menurut tradisi Kristen atau Kristus.[1] Aliran ini akhirnya menimbulkan nasionalisme yang bercorak konservatif dan reaksioner.[1] Salah seorang penganutnya yang terkenal adalah Fyodor Dostoyevsky.[1] Ketika paham ini berkembang, Rusia sedang mengalami kebangkitan nilai-nilai agama, budaya, dan kemasyarakatan yang ingin mereka pertahankan, yaitu terkait dengan nilai harmonisasi dan kedekatan relasi antar manusia.[2] Mereka juga membandingkan dengan kondisi banga Barat yang menurut mereka mengalami "kebangkrutan nilai" dalam masyarakatnya.[2] Salah satunya ditujukkan dengan adanya peristiwa perang yang mengakibatkan penderitaan di Barat.[2] Paham ini diusung oleh tokoh-tokoh rusia yang mencita-citakan bentuk pemerintahan otokrasi.[2]