Skleritis: Perbedaan antara revisi
BP21Danang (bicara | kontrib) ←Membuat halaman berisi '{{inuseBP|BP21Danang|27 Juni 2014|24 Juni 2014}} {{Infobox disease | Name = Scleritis | Image = Scleritis.png | Caption = Scleritis: pera...' Tag: BP2014 |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 26 Juni 2014 22.51
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP21Danang (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 27 Juni 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 24 Juni 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP21Danang (Kontrib • Log) 3597 hari 1385 menit lalu. |
Skleritis | |
---|---|
Scleritis: peradangan selaput mata | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Oftalmologi |
Skleritis adalah penyakit berupa radang selaput putih atau dalam kedokteran di sebut sklera mata.[1] Penyakit skleritis tidak menular.[2]Peradangan tersebut dapat mengenai seluruh selaput mata atau hanya sebagian saja.[1] Skleritis pada tempat tertentu (tidak menyeluruh) akan tampak sebagai benjolan berwarna biru gelap ada sebagian selaput putih mata bagian depan.[1] Bahkan kadang-kadang jaringan sekitar benjolan tersebut ikut meradang juga.[1] Sebutan untuk penyakit ini juga uveitis, sedangkan yang tergolong ringan biasa disebut episkleritis.[1] Gejala yang diperkirakan dapat menyebabkan skleritis disebut skleromalasia perforans, yaitu pelunakan atau penipisan sekunder pada sklera, jarang mengakibatkan perforasi bola mata.[3]
Penyakit skleritis merupakan proses primer tergolong jarang dijumpai.[3] Gejala skleritis adalah rasa pedih pada mata, bagian putih mata menjadi kemerahan.[2] Gejala tersebut disertai dengan hilangnya sebagian daerah penglihatan. Penyebab penyakit ini belum diketahui, namun berdasarkan penelitian, sering dijumpai pada penderita artritis reumatik, polia chron, dan penyakit jaringan ikat lainnya.[2] Kemungkinan terbesar adalah gangguan sistem kekebalan tubuh.[2]
Rujukan
- ^ a b c d e (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3217
- ^ a b c d (Indonesia)Madyo Wratsongko, Trianggoro Budisulistyo., 205 resep pencegahan & penyembuhan penyakit dengan gerakan shalat: sehat tanpa biaya & obat. Penerbit Agromedia Pustaka, 2006, hal. 31
- ^ a b (Indonesia) Mohlan H. Delp, Robert T. Manning, Moelia Radja Siregar., Major Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC, 1991, hal. 216