Plutarkhos: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 1: Baris 1:
{{inuseBP|BP21Danang|25 April 2014|11 April 2014}}



{{Infobox Writer <!-- for more information see [[:Template:Infobox Writer/doc]] -->
{{Infobox Writer <!-- for more information see [[:Template:Infobox Writer/doc]] -->

Revisi per 12 April 2014 01.38

Plutarkhos
Lucius Mestrius Plutarchus
Μέστριος Πλούταρχος
Parallel Lives, Amyot translation, 1565
Parallel Lives, Amyot translation, 1565
PekerjaanPembuat biografi, pembuat esai, pendeta, duta besar, magistrat
KebangsaanYunani
TemaBiografi

Lusius Mestrius Plutarkhos atau dikenal dengan sebutan Plutrach (bahasa Latin: Lucius Mestrius Plutarchus, Yunani: Μέστριος Πλούταρχος; c. 46 – 120 — umumnya disebut Plutarkhos — adalah sejarawan, pembuat biografi, pembuat esai Romawi dari etnis Yunani.[1] Plutarch lahir pada keluarga yang penting di Chaeronea, Boeotia, kota yang terletak sekitar 20 mil sebelah timur Delphi.[1] Karyanya meliputi Parallel Lives, Symposiacs[2] (Table Talk: Pembicaraan Meja) dan Moralia.[1] Plutrach adalah seorang intelek yang antusias, diyakini termasuk pengikut Plato, tetapi tulisannya dalam bidang politik berbeda dengan Plato. Risalah yang masih ada: Nasihat Politik, Apakah para tetua seharusnya terlibat politik?; Mengapa para filsuf seharusnya berkominikasi dengan penata hukum, kepada seorang penegak hukum tak terpelajar?- yang semua itu berhubungan dengan situasi sejarah pada masanya.[3]

Sebagai penulis biografi, ia menuliskan biografi para pemimpin Romawi, di antaranya adalah Fabius, Alexander, Caesar, Anthny, dan Marcellu.[4] A.B Susanto, seorang trainer managemen, Plutarch memberikan pelajaran terbaik dan paling cerdas tentang kepemimpinan dari literatur yang dapat ditemukan di mana pun.[4]


Riwayat Hidup Singkat

Plutarch hidup pada masa pemerintahan Nerva, Trajan, dan Hadrian, masa yang biasanya dianggap sebagai permulaan kejayaan dari perluasan [Romawi]], masa akhir kejayaan literatur Roma dan Yunani.[2] Dia kurang dirujuk dan disebut oleh para ahli masa kini dari pada Juvenal, Quintilianes, Martial, Tacitus, dan si Muda Pliny.[2] Dia bahkan tidak pernah menulis otobiografinya, sumber-sumber tentang dirinya tersebar dan diketahui melalui beberapa warisan secara tak sengaja.[2]

Dari kota kelahirannya, di Boeotia, Plutarch muda berangkat ke Athena untuk belajar di Akademi, sekolah yang didirikan Plato.[1] Setelah itu dia pun mengembara ke Mesir, Asia Kecil dan tinggal di Roma, dari seluruh perjalanan itu, ia mendapatkan keahlian menulis dan keprihatinan dalam bidang politik dan budaya.[1] Namun, agaknya cara bertindaknya sangat bergaya Yunani.[1] Selain itu, ia juga menjadi seorang imam di Delphi.[1]

Meskipun ia bukan seorang politisi, ia memegang jabatan publik, walaupun bukan tingkat yang tertinggi.[3]

Karya dan Pemikiran

Karya yang paling terkenal dari Plutarch adalah the Pararel Lives yang ia tulis kurang lebih 20 tahun setelah ia menjadi ahli menulis. Buku ini berkisah tentang negarawan yang terkenal.[3] Buku tersebut terdiri 2300 halaman dalam 11 volume.[1] Karya tentang Moralia juga sangat terkenal, bicara tentang etika Yunani, berisi 3500 halaman, terdiri dari 16 volume.[1]

Plutarch agaknya selalu memikirkan keterlibatan hidup para filsuf dengan dunia politik.[3] Hal ini yang membedakannya dengan Plato, bahwa seorang filsuf (tradisi Stoa mengajak orang menjadi shopis yang bukan saja mencintai kebijaksanaan, melainkan menjadi bijak), tidak perlu terlibat dalam dunia politik.[3] Namun penarikan dari kehiduan politik, menurut Plutarch juga tidak diperbolehkan, meskipun sementara. Anti politik dan hidup non-aktif dari politik bahkan dianggap sebuah tindakan tercela.[3] Politik bahkan dianggap sebagai daerah sakral, mengandung sesuatu yang ilahiah, terkadang dideskripsikan dalam istilah inisiasi[3]:

Plutarch dan Stoa dalam Etika

Plutarch senada dengan pemikiran Stoa yang menekankan hidup dalam kemandirian prinsip demi kebahagiaan, terlibat politik dalam mencapai kebaikan, melakukan pengabdian kepada negara dan Tuhan melalui hukum Ilahi. Baginya, tujuan politik adalah sesuatu yang baik secara moral dan tidak ada yang lain. Kebaikan politik adalah yang paling sempurna dan tak satu pun dari kebaikan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dapat lepas dari hukum, keadilan dan kekuasaan.

Pengaruh Plutarch

Salah satu tokoh besar yang dipengaruhi oleh Plutarch adalah Jean Jacques Rousseau.[5] Plutarch sangat mempengaharuhi dirinya.[5] Bahkan karena Rousseau sering membaca karya-karya setiap malam, ia sangat terobsesi menjadi seorang negarawan Romawi, walau usianya masih 12 tahun.[5]


Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i (Inggris)Thomas Hagg., The Art of Biography in Antiquity, Edinburg: Cambridge University Press, 239-250
  2. ^ a b c d (Inggris)Mortimer J. Adler., Great of the Western Books 13: Plutarch, London: Encyclopedia Britannica, Inc., 1952, Hal. v-vi
  3. ^ a b c d e f g (Indonesia)Christoper Rowe, Malcolm Schofield, Simon Harrison, and Melissa Lane., Sejarah Pemikiran Politik Yunani Romawi, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001, Hal. 681-691
  4. ^ a b (Indonesia)A.B. Susato., 60 Management Gems: Applying Management Wisdom in Lifes Menurut, Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama., Hal. 22
  5. ^ a b c (Indonesia) Ahmad Suhelmi., Sejarah Pemikiran Barat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, Hal. 238

Pranala luar