Warna liturgi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
-inuse, lama tidak disunting
Andreas Sihono (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:


==Arti warna==
==Arti warna==
# Putih melambangkan kesucian dan biasanya dipakai dalam beberapa [[liturgi]] khusus, seperti: penahbisan, peneguhan dan pernikahan.<ref name="Rasid"></ref>
# Merah berarti cinta dan penderitaan. Warna ini biasa dipakai dalam perayaan peringatan para [[martir]] dan pada perayaan Hari Raya [[Pentakosta]]. Pada perayaan hari raya Pentakosta, biasanya para [[imam]] akan memakai pakaian merah yang dihiasi dengan moitif lidah api atau [[burung]] merpati yang merupakan [[simbol]] dari [[Roh Kudus]].<ref name="Sudibya"> Warsito Djoko Sudibya. 1994. ''Aneka Simbol''. Jakarta: Obor.</ref>
# Hijau adalah warna hidup baru, masa depan, harapan dan keremajaan. Warna hijau juga dihubungkan dengan keadilan dan perdamaian. Sepanjang tahun liturgi warna ini digunakan sebagai simbol, kecuali jika ada Hari Raya khusus.<ref name="Sudibya"></ref>
# Ungu melambangkan rasa sedih dan ketenangan. Dalam [[liturgi]] warna ungu dipakai selama masa mawas diri yang membutuhkan ketenangan. Masa mawas diri adalah masa [[Advent]] (empat minggu menjelang Hari Raya Natal) dan masa [[Prapaskah]] (empat puluh hari sebelum Hari Raya Paskah). Dalam satu minggu menjelang [[Paskah]], warna ungu berhubungan erat dengan sengsara dan wafat [[Yesus Kristus]]. Pakaian [[liturgi]] imam yang dipakai pada [[Pekan Suci]] ini dihiasi dengan simbol-simbol seperti [[salib]] dan mahkota duri.<ref name="Sudibya"></ref>
# Hitam melambangkan kedukaan. Biasanya dipakai dalam Hari Raya [[Rabu Abu]], [[Jumat Agung]] dan [[liturgi]] khusus kedukaan.<ref name="Rasid"></ref>


{| class="wikitable" style="margin: 1em auto 1em auto;"
{| class="wikitable" style="margin: 1em auto 1em auto;"
|-
|-
!align="center"|Warna!!align="center"|Tata Waktu Liturgi
!align="center"|Warna!!align="center"|Tata Waktu Liturgi!!Arti warna
|-
|-
|bgcolor="green"|Hijau||
|bgcolor="green"|'''Hijau'''||
*[[Minggu biasa]]
*[[Minggu biasa]]
||Hijau adalah warna hidup baru, masa depan, harapan dan keremajaan. <br />Warna hijau juga dihubungkan dengan keadilan dan perdamaian. <br />Sepanjang tahun liturgi warna ini digunakan sebagai simbol, kecuali jika ada Hari Raya khusus.<ref name="Sudibya"></ref>
|-
|-
|bgcolor="8000FF"|Ungu||
|bgcolor="8000FF"|'''Ungu'''||
*[[Adven]]
*[[Adven]]
*[[Prapaskah]]
*[[Prapaskah]]
||Ungu melambangkan rasa sedih dan ketenangan. <br />Dalam [[liturgi]] warna ungu dipakai selama masa mawas diri yang membutuhkan ketenangan. Masa mawas diri adalah masa [[Advent]] (empat minggu menjelang Hari Raya Natal) dan masa [[Prapaskah]] (empat puluh hari sebelum Hari Raya Paskah). Dalam satu minggu menjelang [[Paskah]], warna ungu berhubungan erat dengan sengsara dan wafat [[Yesus Kristus]]. Pakaian [[liturgi]] imam yang dipakai pada [[Pekan Suci]] ini dihiasi dengan simbol-simbol seperti [[salib]] dan mahkota duri.<ref name="Sudibya"></ref>
|-
|-
|bgcolor="white"|Putih||
|bgcolor="white"|'''Putih'''||
* [[Natal]]
* [[Natal]]
*[[Kamis Putih]]
*[[Kamis Putih]]
Baris 29: Baris 26:
*[[Peneguhan]]
*[[Peneguhan]]
*[[Pernikahan]]
*[[Pernikahan]]
||Putih melambangkan kesucian dan dipakai dalam beberapa [[liturgi]] khusus.<ref name="Rasid"></ref>
|-
|-
|bgcolor="red"|Merah||
|bgcolor="red"|'''Merah'''||
*[[Adven minggu ketiga]]
*[[Adven minggu ketiga]]
*[[Minggu Palem]]
*[[Minggu Palem]]
Baris 36: Baris 34:
*[[Pentakosta]]
*[[Pentakosta]]
*[[Hari Raya Para Martir]]
*[[Hari Raya Para Martir]]
||Merah berarti cinta dan penderitaan. Warna ini biasa dipakai dalam perayaan peringatan para [[martir]] dan pada perayaan Hari Raya [[Pentakosta]]. Pada perayaan hari raya Pentakosta, biasanya para [[imam]] akan memakai pakaian merah yang dihiasi dengan moitif lidah api atau [[burung]] merpati yang merupakan [[simbol]] dari [[Roh Kudus]].<ref name="Sudibya"> Warsito Djoko Sudibya. 1994. ''Aneka Simbol''. Jakarta: Obor.</ref>
|-
|-
|bgcolor="black"|<font color="white">Hitam||
|bgcolor="black"|<font color="white">'''Hitam'''||
*[[Rabu Abu]]
*[[Rabu Abu]]
*[[Jumat Agung]]
*[[Jumat Agung]]
*[[Kedukaan]]
*[[Kedukaan]]
||Hitam melambangkan kedukaan. Biasanya dipakai dalam Hari Raya [[Rabu Abu]], [[Jumat Agung]] dan [[liturgi]] khusus kedukaan.<ref name="Rasid"></ref>
|}
|}



Revisi per 20 Juli 2012 10.39

Warna-warna Liturgi adalah salah satu bentuk simbol atau lambang yang digunakan di dalam ibadah Kristen.[1] Fungsi warna dalam liturgi adalah sebagai tanda peristiwa gerejawi.[1] Warna ini dapat digunakan pada aksesoris pakaian liturgi imam maupun paduan suara yang mengiringi, stola ataupun taplak altar.[1] Altar menjadi tempat untuk meletakkan bejana-bejana perjamuan.[2] Tata warna yang digunakan didasarkan pada Paus Pius V tahun 1570 dan ditetapkan dalam Ordo Missae oleh Paus Pius VI pada tahun 1969.[1] Lima warna dasar yang digunakan dalam tata warna liturgi, yaitu: putih, merah, hijau, ungu dan hitam.[3][4]

Arti warna

Warna Tata Waktu Liturgi Arti warna
Hijau Hijau adalah warna hidup baru, masa depan, harapan dan keremajaan.
Warna hijau juga dihubungkan dengan keadilan dan perdamaian.
Sepanjang tahun liturgi warna ini digunakan sebagai simbol, kecuali jika ada Hari Raya khusus.[5]
Ungu Ungu melambangkan rasa sedih dan ketenangan.
Dalam liturgi warna ungu dipakai selama masa mawas diri yang membutuhkan ketenangan. Masa mawas diri adalah masa Advent (empat minggu menjelang Hari Raya Natal) dan masa Prapaskah (empat puluh hari sebelum Hari Raya Paskah). Dalam satu minggu menjelang Paskah, warna ungu berhubungan erat dengan sengsara dan wafat Yesus Kristus. Pakaian liturgi imam yang dipakai pada Pekan Suci ini dihiasi dengan simbol-simbol seperti salib dan mahkota duri.[5]
Putih Putih melambangkan kesucian dan dipakai dalam beberapa liturgi khusus.[1]
Merah Merah berarti cinta dan penderitaan. Warna ini biasa dipakai dalam perayaan peringatan para martir dan pada perayaan Hari Raya Pentakosta. Pada perayaan hari raya Pentakosta, biasanya para imam akan memakai pakaian merah yang dihiasi dengan moitif lidah api atau burung merpati yang merupakan simbol dari Roh Kudus.[5]
Hitam Hitam melambangkan kedukaan. Biasanya dipakai dalam Hari Raya Rabu Abu, Jumat Agung dan liturgi khusus kedukaan.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f Rasid Rachman. 2005. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  2. ^ James F.White. 2005. Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  3. ^ (Inggris) J.C.J. Metford 1991. The Christian Year: an Indispensable Companion to the Holy Days, Festivals and Seasons of The Ecclesiastical Year. Yugoslavia: Thames and Hudson.
  4. ^ (Inggris) J.G. Davies. 1986. The New Westminster Dictionary of Liturgy and Worship. SCM.
  5. ^ a b c Warsito Djoko Sudibya. 1994. Aneka Simbol. Jakarta: Obor.

Pranala Luar