Gereja Protestan Maluku: Perbedaan antara revisi
stub |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Gereja Protestan Maluku (GPM)''' merupakan salah satu [[gereja]] di [[Indonesia]] yang beraliran [[Protestan]] [[Reformasi Gereja|Reformasi]] atau [[Calvinis]]. GPM berdiri di [[Ambon]], [[Maluku]] pada tanggal 6 September 1935. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari kelahiran GPM. GPM memandirikan dirinya dari [[Gereja Protestan di Indonesia]] ([[GPI]]) atau ''[[Gereja Protestan Indonesia|Indische Kerk]]'' sebagai bentuk kemandirian gereja. |
'''Gereja Protestan Maluku (GPM)''' merupakan salah satu [[gereja]] di [[Indonesia]] yang beraliran [[Protestan]] [[Reformasi Gereja|Reformasi]] atau [[Calvinis]]. GPM berdiri di [[Ambon]], [[Maluku]] pada tanggal 6 September 1935. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari kelahiran GPM. GPM memandirikan dirinya dari [[Gereja Protestan di Indonesia]] ([[GPI]]) atau ''[[Gereja Protestan Indonesia|Indische Kerk]]'' sebagai bentuk kemandirian gereja. |
||
== Tentang Gereja == |
|||
{{Kristen-stub}} |
|||
Gereja Protestan Maluku atau GPM adalah gereja Protestan yang melayani di wilayah Maluku (Pulau Buru, Seram, Ambon, Nusa laut, Banda, Kei, Dobo, Tanimbar hingga Wetar) |
|||
{{nocat}} |
|||
GPM bertumbuh dengan berbagai tantangan yang bukannya membuat umat Kristen di provinsi kepulauan ini mundur, tetapi semakin membuat semangat kekristenan mereka makin menyala-nyala. Tantangan-tantangan yang dihadapi mulai dari dibombardirnya wilayah Ambon pada perang dunia ke II oleh Jepang, yang menyebabkan separuh hamba Tuhan terbunuh dan penduduk di beberapa desa dibantai. Kemudian ketika pecahnya pemberontakan RMS di tahun 1950 berakibat pada hancurnya sebagian besar gereja di Ambon dan Seram. Kemudian yang terakhir ketika pecah kerusuhan antar warga Kristen – Islam yang sangat disayangkan adalah buah tangan orang-orang yang membenci kedamaian. Sehingga kembali lagi gereja dan bangunan-bangunan penting milik GPM ikut hancur, Fasilitas sekolah dan kampus Universitas Kristen hangus terbakar. Dua Klasis berhenti melayani dan ratusan warga yang ada di desa dan kota dibantai. Ribuan orang pun mengungsikan diri ke wilayah aman seperti Sulawesi Utara, Bali dan Papua. Akibatnya di Ambon dan beberapa tempat bekas kerusuhan muncul pembagian wilayah-wilayah Islam dan Kristen yang sebenarnya sangat disayangkan, serta muncul trauma-trauma negatif yang masih tertanam pada kedua pihak. |
|||
Kini GPM bekerja keras tidak hanya untuk membangun kembali gereja secara fisik tetapi juga secara mental dan spiritual. Dengan fokus membangun kehidupan masyarakat Kristen yang berlandaskan teologi hidup dan semangat “pela gandong” yang diharapkan dapat menyembuhkan luka-luka konflik dan kekerasan. Sehingga masyarakat Kristen di maluku khususnya warga GPM dapat kembali melanjutkan pelayanan dengan semangat penginjilan yang teguh dan tidak terkungkung dalam kebodohan duniawi dengan salah satu cara yakni; memberikan pelayanan Injil yang konprehensif di tengah masyarakat, seperti tampak dari keikutsertaan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa melalui penyelengaraan pendidikan. |
|||
== Sejarah == |
|||
1605 |
|||
27 Februari |
|||
GPM berawal dari ibadah perdana Gereja Protestan Calvanis dari orang-orang Belanda, pegawai VOC, di Ambon. |
|||
1621 |
|||
Terbentuklah Majelis Jemaat Indische Kerk pertama di Indonesia dengan berkedudukan di Batavia (Jakarta), |
|||
1622 |
|||
Majelis Jemaat Indische Kerk dibentuk pula di Banda, yang berdampak, aktifitas penginjilan si wilayah Maluku pun mulai kian marak dan intens dilakukan, khususnya melalui peran Pendeta Hulsebos, yang telah berupaya membuat pelayanan ke Ambon, namun kapalnya tenggelam di teluk Ambon, beliaupun meninggal, dan misinya dilanjutkan oleh Pendeta Rosskot (yang selanjutnya pula berperan dalam menyelenggarakan Pendidikan Teologi pertama di Ambon, Maluku maupun Indonesia). |
|||
1799 |
|||
Setelah VOC dibubarkan, maka ada sejumlah jemaat di Indonesia yang terlantar, termasuk beberapa jemaat di Ambon. |
|||
1821 |
|||
NZG (Nederlands Zending Genootschap) mengutus Josep Kam ke Maluku. |
|||
1871 |
|||
Josep Kam mendata jemaat-jemaat di Ambon |
|||
1930, |
|||
Gereja terus berkembang di masa pemerintahan Hindia Belanda yang dilayani oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Nederlandse Zendeling Genotschaap (NZG) dan daerah pelayanannya telah meliputi hampir seluruh Maluku. |
|||
1935 |
|||
6 September |
|||
GPM berdiri sebagai gereja yang mandiri dalam bidang konfesi, liturgi, keuangan, dan |
|||
1950 |
|||
RMS membakar kota Ambon dan wilayah Pulau Seram yang mengakibatkan banyaknya gedung gereja ikut terbakar. |
|||
1999-2003 |
|||
Kerusuhan antara warga Islam dan Kristen yang terprofokasi, sehingga mengakibatkan ratusan gereja terbakar. |
|||
== Referensi == |
|||
<references /> |
|||
* [http://profilgereja.wordpress.com/2010/05/11/gereja-protestan-maluku/ Profil Gereja Protestan Maluku di ProfilGereja] |
|||
* [http://gpm-online.org Website Resmi Sinode GPM] |
Revisi per 25 Mei 2011 02.13
Gereja Protestan Maluku (GPM) merupakan salah satu gereja di Indonesia yang beraliran Protestan Reformasi atau Calvinis. GPM berdiri di Ambon, Maluku pada tanggal 6 September 1935. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari kelahiran GPM. GPM memandirikan dirinya dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) atau Indische Kerk sebagai bentuk kemandirian gereja.
Tentang Gereja
Gereja Protestan Maluku atau GPM adalah gereja Protestan yang melayani di wilayah Maluku (Pulau Buru, Seram, Ambon, Nusa laut, Banda, Kei, Dobo, Tanimbar hingga Wetar) GPM bertumbuh dengan berbagai tantangan yang bukannya membuat umat Kristen di provinsi kepulauan ini mundur, tetapi semakin membuat semangat kekristenan mereka makin menyala-nyala. Tantangan-tantangan yang dihadapi mulai dari dibombardirnya wilayah Ambon pada perang dunia ke II oleh Jepang, yang menyebabkan separuh hamba Tuhan terbunuh dan penduduk di beberapa desa dibantai. Kemudian ketika pecahnya pemberontakan RMS di tahun 1950 berakibat pada hancurnya sebagian besar gereja di Ambon dan Seram. Kemudian yang terakhir ketika pecah kerusuhan antar warga Kristen – Islam yang sangat disayangkan adalah buah tangan orang-orang yang membenci kedamaian. Sehingga kembali lagi gereja dan bangunan-bangunan penting milik GPM ikut hancur, Fasilitas sekolah dan kampus Universitas Kristen hangus terbakar. Dua Klasis berhenti melayani dan ratusan warga yang ada di desa dan kota dibantai. Ribuan orang pun mengungsikan diri ke wilayah aman seperti Sulawesi Utara, Bali dan Papua. Akibatnya di Ambon dan beberapa tempat bekas kerusuhan muncul pembagian wilayah-wilayah Islam dan Kristen yang sebenarnya sangat disayangkan, serta muncul trauma-trauma negatif yang masih tertanam pada kedua pihak.
Kini GPM bekerja keras tidak hanya untuk membangun kembali gereja secara fisik tetapi juga secara mental dan spiritual. Dengan fokus membangun kehidupan masyarakat Kristen yang berlandaskan teologi hidup dan semangat “pela gandong” yang diharapkan dapat menyembuhkan luka-luka konflik dan kekerasan. Sehingga masyarakat Kristen di maluku khususnya warga GPM dapat kembali melanjutkan pelayanan dengan semangat penginjilan yang teguh dan tidak terkungkung dalam kebodohan duniawi dengan salah satu cara yakni; memberikan pelayanan Injil yang konprehensif di tengah masyarakat, seperti tampak dari keikutsertaan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa melalui penyelengaraan pendidikan.
Sejarah
1605 27 Februari GPM berawal dari ibadah perdana Gereja Protestan Calvanis dari orang-orang Belanda, pegawai VOC, di Ambon.
1621 Terbentuklah Majelis Jemaat Indische Kerk pertama di Indonesia dengan berkedudukan di Batavia (Jakarta),
1622 Majelis Jemaat Indische Kerk dibentuk pula di Banda, yang berdampak, aktifitas penginjilan si wilayah Maluku pun mulai kian marak dan intens dilakukan, khususnya melalui peran Pendeta Hulsebos, yang telah berupaya membuat pelayanan ke Ambon, namun kapalnya tenggelam di teluk Ambon, beliaupun meninggal, dan misinya dilanjutkan oleh Pendeta Rosskot (yang selanjutnya pula berperan dalam menyelenggarakan Pendidikan Teologi pertama di Ambon, Maluku maupun Indonesia).
1799 Setelah VOC dibubarkan, maka ada sejumlah jemaat di Indonesia yang terlantar, termasuk beberapa jemaat di Ambon.
1821 NZG (Nederlands Zending Genootschap) mengutus Josep Kam ke Maluku.
1871 Josep Kam mendata jemaat-jemaat di Ambon
1930, Gereja terus berkembang di masa pemerintahan Hindia Belanda yang dilayani oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Nederlandse Zendeling Genotschaap (NZG) dan daerah pelayanannya telah meliputi hampir seluruh Maluku.
1935 6 September GPM berdiri sebagai gereja yang mandiri dalam bidang konfesi, liturgi, keuangan, dan
1950 RMS membakar kota Ambon dan wilayah Pulau Seram yang mengakibatkan banyaknya gedung gereja ikut terbakar.
1999-2003 Kerusuhan antara warga Islam dan Kristen yang terprofokasi, sehingga mengakibatkan ratusan gereja terbakar.