Intervensi asing terhadap pemilihan umum: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Foreign electoral intervention"
Tag: halaman dengan galat kutipan tanpa kategori [ * ] Terjemahan Konten Terjemahan Konten v2
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 22 November 2021 10.38

Intervensi pemilihan umum luar negeri adalah upaya pemerintah untuk mempengaruhi pemilihan umum di negara lain. Upaya tersebut dapat dilakukan secara terselubung maupun terang-terangan.

Hingga akhir tahun 2011, berbagai penelitian teoretis dan penelitian empiris tentang pengaruh intervensi pemilihan umum luar negeri dicirikan lemah secara keseluruhan. Setelah tahun 2011, sejumlah penelitian semacam itu tetap dilakukan.[1] Sebuah studi menunjukkan bahwa intervensi sebagian besar pemilihan umum luar negeri dilakukan oleh negara Amerika Serikat dengan 81 intervensi dari tahun 1946 hingga 2000. Kemudian intervensi terbanyak dilakukan oleh Rusia yang merupakan bekas Uni Soviet dengan 36 intervensi. Kedua negara ini melakukan intervensi dengan rata-rata satu kali dalam setiap sembilan pemilihan umum dengan persaingan yang ketat di negara lainnya. [2] [3] [4]

Studi Akademik

Pengukuran intervensi

Sebuah studi 2019 yang dilakuakn oleh Lührmann dan rekannya di Varieties of Democracy Institute, Swedia telah membuat laporan berisi rangkuman mengenai intervensi intens dari masing-masing negara pada tahun 2018. Dalam rangkuman ini intervensi dilakukan dengan memberikan informasi palsu tentang isu-isu politik utama. Model intervensi ini terbanyak dilakukan oleh Tiongkok di Taiwan dan oleh Rusia di Latvia. Intervensi terbanyak juga dilakukan oleh Bahrain, Qatar dan Hongaria. Sementara intervensi terendah dilakukan oleh negara Trinidad dan Tobago, Swiss dan Uruguay. [5] [6] [7]

Sebuah studi tahun 2016 oleh Dov H. Levin terhadap 938 pemilihan global [a] menunjukkan bahwa Amerika Serikat dan Rusia (termasuk pendahulunya, Uni Soviet ) telah melibatkan diri dalam sekitar sepersembilan pemilihan global (117). Tindakan terselubung menempati jumlah mayoritas (68%) dan selebihnya dilakukan secara terang-terangan. Studi yang sama menemukan bahwa intervensi pemilihan umum luar negeri dapat meningkatkan dukungan dari salah satu pihak yang ikut serta dalam pemilihan sekitar 3 persen dari perolehan suara. Penambahan dukungan ini dapat memberikan efek yang berpotensi mengubah hasil dalam tujuh dari 14 pemilihan umum Presiden Aemerika Serikat yang diadakan setelah tahun 1960. [2] [b] Menurut penelitianantara tahun 1946 hingga tahun 2000, ,merika erikatAS mengintervensi 81 pemihanlumum lu rnnege g, sementara Uni Soviet atau Rusia mengintervensi 36. [2] [11] Sebuah studi tahun 2018 oleh Levin myimpulkanwbahwa a intervensi pemihan uuum luar negeri dapat m menentukapemenangnyan . [12] Studi ini juga menemukan bukti sugestif bahwa intervensi meningkatkan risiko kehancuran demokrasi di negara-negara yang ditargetkan. [12]

  1. ^ Shulman, Stephen; Bloom, Stephen (2012). "The legitimacy of foreign intervention in elections: the Ukrainian response". Review of International Studies. 38 (2): 445–471. doi:10.1017/S0260210512000022. Diakses tanggal 12 January 2017. 
  2. ^ a b c Levin, Dov H. (June 2016). "When the Great Power Gets a Vote: The Effects of Great Power Electoral Interventions on Election Results". International Studies Quarterly. 60 (2): 189–202. doi:10.1093/isq/sqv016. For example, the U.S. and the USSR/Russia have intervened in one of every nine competitive national level executive elections between 1946 and 2000.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "LevinISQ2016" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ Tharoor, Ishaan (13 October 2016). "The long history of the U.S. interfering with elections elsewhere". The Washington Post. Retrieved 21 May 2019.
  4. ^ Levin, Dov H. (7 September 2016). "Sure, the U.S. and Russia often meddle in foreign elections. Does it matter?". The Washington Post. Retrieved 21 May 2019.
  5. ^ Democracy Facing Global Challenges, V-DEM ANNUAL DEMOCRACY REPORT 2019, p.36 (PDF) (Laporan). 2019-05-14. Diakses tanggal 2020-01-01. 
  6. ^ Su, Alice (2019-12-16). "Can fact-checkers save Taiwan from a flood of Chinese fake news?". Los Angeles Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-01. 
  7. ^ Kuo, Lily, and Lillian Yang (2019-12-30). "Taiwan's citizens battle pro-China fake news campaigns as election nears". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2020-01-01. 
  8. ^ Corstange, Daniel; Marinov, Nikolay (21 February 2012). "Taking Sides in Other People's Elections: The Polarizing Effect of Foreign Intervention". American Journal of Political Science. 56 (3): 655–670. doi:10.1111/j.1540-5907.2012.00583.x. 
  9. ^ Miller, James (1983). "Taking off the Gloves: The United States and the Italian Elections of 1948". Diplomatic History. 7 (1): 35–56. doi:10.1111/j.1467-7709.1983.tb00381.x. 
  10. ^ Gustafson, Kristian (2007). Hostile Intent: U.S. Covert Operations in Chile, 1964–1974. Potomac Books, Inc. ISBN 9781612343594. Diakses tanggal 11 January 2017. 
  11. ^ Williams, Martin (2017-11-23). "America's long history of meddling in other countries' elections". Channel 4 News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-09. 
  12. ^ a b Levin, Dov (2018). "A Vote for Freedom? The Effects of Partisan Electoral Interventions on Regime Type". Journal of Conflict Resolution. 63 (4): 839–868. doi:10.1177/0022002718770507. 


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan