Kiai Tumenggung Raksanagara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 15: Baris 15:
}} </ref>
}} </ref>


Pada masa pemerintahan [[Mustain Billah dari Banjar|Raja Maruhum Panambahan]] seorang penguasa [[Kerajaan Sambas]] yang disebut Adipati Sambas (Panembahan Ratu Sambas) telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama [[Si Misim dan Si Giwang]].<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=HBEDAAAAYAAJ&dq=aji%20tenggal&pg=PA243#v=onepage&q&f=false |pages=243 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde |volume= 6 |author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia |publisher=Lange & Co.|year= 1857}}</ref><ref>J. J. Ras, Hikajat Bandjar: A study in Malay historiograph, Martinus Nijhoff, 1968</ref> Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.<ref name="J. H. Moor">{{en}} {{cite book|first=[[J. H. Moor|Moor]]|last=J. H.|url=http://books.google.co.id/books?id=fHhNAAAAYAAJ&dq=sultan%20Thora&pg=RA1-PA99#v=onepage&q=sultan%20Thora&f=false|title=Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ...|publisher=Singapore: F.Cass & co.|year=1837}}</ref> Sejak 1 Oktober 1609, [[Kerajaan Panembahan Sambas]] menjadi daerah protektorat [[VOC]] Belanda. Hubungan raja-raja Kalimantan Barat dengan VOC Belanda menimbulkan kemarahan [[Sultan Agung]], raja Mataram Islam, sehingga diperintahkannya Tumenggung [[Bahureksa]] menyerang Sukadana pada tahun 1622. Situasi ini menimbulkan ketegangan di seluruh Kalimantan, untuk melunakan Mataram, Kesultanan Banjar mengirim perutusan kepada Kesultanan Mataram pada bulan Oktober tahun 1641 dan utusan dalam jumlah besar diijinkan tinggal di kota istana, [[Kerta]].
Pada masa pemerintahan [[Mustain Billah dari Banjar|Raja Maruhum Panambahan]] seorang penguasa [[Kerajaan Sambas]] yang disebut Adipati Sambas (Panembahan Ratu Sambas) telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama [[Si Misim dan Si Giwang]].<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=HBEDAAAAYAAJ&dq=aji%20tenggal&pg=PA243#v=onepage&q&f=false |pages=243 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde |volume= 6 |author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia |publisher=Lange & Co.|year= 1857}}</ref><ref>J. J. Ras, Hikajat Bandjar: A study in Malay historiograph, Martinus Nijhoff, 1968</ref> Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.<ref name="J. H. Moor">{{en}} {{cite book|first=[[J. H. Moor|Moor]]|last=J. H.|url=http://books.google.co.id/books?id=fHhNAAAAYAAJ&dq=sultan%20Thora&pg=RA1-PA99#v=onepage&q=sultan%20Thora&f=false|title=Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ...|publisher=Singapore: F.Cass & co.|year=1837}}</ref> Sejak 1 Oktober 1609, [[Kerajaan Panembahan Sambas]] menjadi daerah protektorat [[VOC]] Belanda. Hubungan raja-raja Kalimantan Barat dengan VOC Belanda menimbulkan kemarahan [[Sultan Agung]], raja Mataram Islam, sehingga diperintahkannya Tumenggung [[Bahureksa]] menyerang Sukadana pada tahun 1622. Situasi ini menimbulkan ketegangan di seluruh Kalimantan, untuk melunakan Mataram, Kesultanan Banjar mengirim perutusan kepada Kesultanan Mataram pada bulan Oktober tahun 1641 yang berlabuh di pelabuhan[[Jepara]] dan utusan dalam jumlah besar diijinkan tinggal di kota istana, [[Kerta]].


.................................................." Putusan Banjar prapta seba mring Mataram ", " Utusan-utusan Banjar mengadakan kunjungan kehormatan pada Mataram ". (Babad Sangkala, tahun Saka 1564 atau tahun 1641/1642 Masehi).<ref>http://suluhbanjar.blogspot.com/2010/11/kerajaan-banjar-dalam-dimensi-sejarah.html</ref>
.................................................." Putusan Banjar prapta seba mring Mataram ", " Utusan-utusan Banjar mengadakan kunjungan kehormatan pada Mataram ". (Babad Sangkala, tahun Saka 1564 atau tahun 1641/1642 Masehi).<ref>http://suluhbanjar.blogspot.com/2010/11/kerajaan-banjar-dalam-dimensi-sejarah.html</ref>

Revisi per 11 Oktober 2020 08.42

Kiai Tanu Raksa bergelar Kiai Tumenggung Raksa Nagara adalah mangkubumi (kepala pemerintahan) negara Kesultanan Banjar sekitar tahun 1595-1642. Ia menjabat mangkubumi mendampingi Sultan Mustain Billah (nama lahir Raden Senapati) yang memerintah antara 1595-1642. Hubungan kekerabatan Kiai Tumenggung Raksanagara dengan Sultan Mustain Billah adalah sepupu sekali, karena ibunda mereka berdua merupakan saudara kandung. Ayanda ibu mereka berdua adalah tuan Khatib Banun yang merupakan seorang menteri dan tokoh keturunan Biaju (Dayak Ngaju) yang sudah memeluk agama Islam.

Diutus ke Mataram

Kiai Tumenggung Raksa Nagara pernah dikirim sebagai duta Banjarmasin ke Mataram.[1]

Pada masa pemerintahan Raja Maruhum Panambahan seorang penguasa Kerajaan Sambas yang disebut Adipati Sambas (Panembahan Ratu Sambas) telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama Si Misim dan Si Giwang.[2][3] Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.[4] Sejak 1 Oktober 1609, Kerajaan Panembahan Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda. Hubungan raja-raja Kalimantan Barat dengan VOC Belanda menimbulkan kemarahan Sultan Agung, raja Mataram Islam, sehingga diperintahkannya Tumenggung Bahureksa menyerang Sukadana pada tahun 1622. Situasi ini menimbulkan ketegangan di seluruh Kalimantan, untuk melunakan Mataram, Kesultanan Banjar mengirim perutusan kepada Kesultanan Mataram pada bulan Oktober tahun 1641 yang berlabuh di pelabuhanJepara dan utusan dalam jumlah besar diijinkan tinggal di kota istana, Kerta.

.................................................." Putusan Banjar prapta seba mring Mataram ", " Utusan-utusan Banjar mengadakan kunjungan kehormatan pada Mataram ". (Babad Sangkala, tahun Saka 1564 atau tahun 1641/1642 Masehi).[5]


Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:[6]

Rujukan

  1. ^ de Graaf, Hermanus Johannes (1986). Puncak kekuasaan Mataram: politik ekspansi Sultan Agung. Grafitipers. hlm. 289. 
  2. ^ (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde". 6. Lange & Co.: 243. 
  3. ^ J. J. Ras, Hikajat Bandjar: A study in Malay historiograph, Martinus Nijhoff, 1968
  4. ^ (Inggris) J. H., Moor (1837). Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ... Singapore: F.Cass & co. 
  5. ^ http://suluhbanjar.blogspot.com/2010/11/kerajaan-banjar-dalam-dimensi-sejarah.html
  6. ^ a b c Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar (dalam bahasa Melayu). Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
Didahului oleh:
Kiai Jayanagara
Mangkubumi
1595-1642
Diteruskan oleh:
Pangeran di Darat