Kantai Kessen: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
KK
 
Baris 1: Baris 1:
{{nihongo|'''Kantai Kessen'''|艦隊決戦}} adalah strategi [[pertempuran laut]] yang digunakan oleh [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]] pada masa [[Perang Dunia II]]. Strategi ini sangat mengandalkan kekuatan permukaan konvensional yang berupa tembak-menembak dengan meriam dari jarak jauh. Maka dari itu, pada [[periode antarperang]] (1920-1935), pengadaan kapal untuk Kekaisaran Jepang lebih didominasi oleh [[kapal penjelajah]] dan [[kapal tempur]], sementara [[kapal induk]] masih dinomor duakan. Walau demikian, jumlah kapal induk Kekaisaran Jepang masih lebih banyak dibandingkan dengan Amerika Serikat kala awal Perang Dunia II.
{{nihongo|'''Kantai Kessen'''|艦隊決戦}} adalah strategi [[pertempuran laut]] yang digunakan oleh [[Angkatan Laut Kekaisaran Jepang]] pada masa [[Perang Dunia II]]. Strategi ini sangat mengandalkan kekuatan permukaan konvensional yang berupa tembak-menembak dengan meriam dari jarak jauh. Maka dari itu, pada [[periode antarperang]], pengadaan kapal untuk Kekaisaran Jepang lebih didominasi oleh [[kapal penjelajah]] dan [[kapal tempur]], sementara [[kapal induk]] masih dinomorduakan. Walau demikian, jumlah kapal induk Kekaisaran Jepang masih lebih banyak dibandingkan dengan Amerika Serikat kala awal Perang Dunia II.


Strategi ini merupakan turunan dari doktrin buatan [[Alfred Thayer Mahan]], seorang sejarawan angkatan laut dari [[Amerika Serikat]]. Doktrin ini menjadi pegangan Jepang karena dinilai premisnya terbukti sewaktu melawan [[Kekaisaran Rusia]] di [[Pertempuran Tsushima]]. [[Isoroku Yamamoto]] beserta petinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang lainnya yang mendukung penggunaan kapal induk pun menentang hal ini. Tetapi suara mereka tidak dianggap karena masih terbilang minoritas bila dibandingkan dengan petinggi militer Kekaisaran Jepang yang mendukung Kantai Kessen.


Saat Jepang kalah di [[Pertempuran Midway]], para pemuja doktrin Kantai Kessen mulai sadar kalau strategi ini sudah tidak bisa sepenuhnya diandalkan dalam pertempuran laut modern. Sayangnya, industri Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terlalu difokuskan ke pembangunan armada permukaan konvensional akibat terlanjur memuja Kantai Kessen; ketika mereka kehilangan sejumlah kapal induk di [[Midway]], mereka tidak bisa mengejar ketertinggalan itu dengan cepat. Ditambah lagi Kekaisaran Jepang lebih mengutamakan pelatihan pelaut daripada pelatihan penerbang pesawat. Semua itu berujung pada [[Menyerahnya Jepang|kekalahan Jepang]] pada tahun [[1945]].
Strategi ini merupakan turunan dari doktrin buatan [[Alfred Thayer Mahan]], seorang sejarawan angkatan laut dari [[Amerika Serikat]]. Doktrin ini menjadi pegangan Jepang karena dinilai premisnya terbukti sewaktu melawan [[Kekaisaran Rusia]] di [[Pertempuran Tsushima]]. [[Isoroku Yamamoto]] beserta petinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang lainnya yang mendukung penggunaan kapal induk pun menentang hal ini. Tetapi suara mereka tidak dianggap karena masih terbilang minoritas bila dibandingkan dengan petinggi militer Jepang yang mendukung Kantai Kessen.

Saat Jepang kalah di [[Pertempuran Midway]], para pemuja doktrin Kantai Kessen mulai sadar kalau strategi ini sudah tidak bisa sepenuhnya diandalkan dalam pertempuran laut modern. Sayangnya, industri Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terlalu difokuskan ke pembangunan armada permukaan konvensional akibat terlanjur memuja Kantai Kessen; ketika mereka kehilangan sejumlah kapal induk di [[Midway]], mereka tidak bisa mengejar ketertinggalan itu dengan cepat. Ditambah lagi Kekaisaran Jepang lebih mengutamakan pelatihan pelaut daripada pelatihan penerbang pesawat.


== Bacaan lanjutan ==
== Bacaan lanjutan ==

Revisi per 15 November 2019 06.38

Kantai Kessen (艦隊決戦) adalah strategi pertempuran laut yang digunakan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II. Strategi ini sangat mengandalkan kekuatan permukaan konvensional yang berupa tembak-menembak dengan meriam dari jarak jauh. Maka dari itu, pada periode antarperang, pengadaan kapal untuk Kekaisaran Jepang lebih didominasi oleh kapal penjelajah dan kapal tempur, sementara kapal induk masih dinomorduakan. Walau demikian, jumlah kapal induk Kekaisaran Jepang masih lebih banyak dibandingkan dengan Amerika Serikat kala awal Perang Dunia II.

Strategi ini merupakan turunan dari doktrin buatan Alfred Thayer Mahan, seorang sejarawan angkatan laut dari Amerika Serikat. Doktrin ini menjadi pegangan Jepang karena dinilai premisnya terbukti sewaktu melawan Kekaisaran Rusia di Pertempuran Tsushima. Isoroku Yamamoto beserta petinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang lainnya yang mendukung penggunaan kapal induk pun menentang hal ini. Tetapi suara mereka tidak dianggap karena masih terbilang minoritas bila dibandingkan dengan petinggi militer Kekaisaran Jepang yang mendukung Kantai Kessen.

Saat Jepang kalah di Pertempuran Midway, para pemuja doktrin Kantai Kessen mulai sadar kalau strategi ini sudah tidak bisa sepenuhnya diandalkan dalam pertempuran laut modern. Sayangnya, industri Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terlalu difokuskan ke pembangunan armada permukaan konvensional akibat terlanjur memuja Kantai Kessen; ketika mereka kehilangan sejumlah kapal induk di Midway, mereka tidak bisa mengejar ketertinggalan itu dengan cepat. Ditambah lagi Kekaisaran Jepang lebih mengutamakan pelatihan pelaut daripada pelatihan penerbang pesawat. Semua itu berujung pada kekalahan Jepang pada tahun 1945.

Bacaan lanjutan

  • Asada Sadao, From Mahan to Pearl Harbor: The Imperial Japanese Navy and the United States (Annapolis, Maryland: Naval Institute Press, 2006).
  • Hirama Yoichi, Rear Admiral Japanese Maritime Self-Defense Force (Retired), Japanese Naval Preparations for World War Two Naval War College Review 44 (Spring 1991): pp=63-81.
  • Miranda, Joseph The South Seas Campaign, 1942-1943: Analysis World at War Jun-Jul (2011)
  • Peattie, Mark Sunburst: The Rise of Japanese Naval Air Power, 1909-1941 Annapolis, Maryland: Naval Institute Press (2001).
  • Peattie, Mark Akiyama Saneyuki and the Emergence of Modern Japanese Naval Doctrine U.S. Naval Institute Proceedings 103 (January 1977): pp=60-69;
  • Peattie, Mark and David C. Evans Sato Tetsutaro and Japanese Strategy Naval History 4 (Fall 1990): pp=34-39
  • Rivera, Carlos Akiyama Saneyuki and Sato Tetsutaro: Preparing for Imperial Navy for the Hypothetical Enemy, 1906-1916 (a paper presented at the 29th Annual Northern Great Plains History Conference, St. Paul, Minnesota, September 28-October 1, 1994).