Demensia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: VisualEditor menghilangkan referensi [ * ]
Baris 75: Baris 75:


== Rujukan ==
== Rujukan ==
<ref>FamilyEdu. 2018.[https://www.familyedublog.com/2018/05/perilaku-wandering-pada-penderita-demensia.html Gangguan Perilaku Wandering Pada Penderita Demensia]</ref>

Revisi per 30 Mei 2018 19.08

Demensia (bahasa Inggris: dementia, senility) merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang seringkali disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.[1] Demensia adalah kumpulan penyakit dengan gejala-gejala yang mana mengakibatkan perubahan pada pasien dalam cara berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara dan kemampuan motorik terpengaruh. Beberapa bentuk demensia mengubah kepribadian pasien. Penderita demensia akan kehilangan kemampuan tertentu dan pengetahuannya yang telah didapatkan sebelumnya. Hal inilah yang terutama membedakan dengan kondisi lainnya yang mempengaruhi pikiran. Orang yang mengalami masalah pembelajaran, atau ber-IQ rendah tidak akan pernah memiliki kemampuan tertentu, tetapi orang yang terkena demensia akan kehilangan kemampuan yang telah didapatkannya. Demensia biasanya terjadi pada usia lanjut. Beberapa jenis demensia dapat diperlambat kemundurannya. Bentuk demensia yang umum adalah Alzheimer yang merupakan 50 hingga 60 persen dari semua kasus demensia. Bentuk lainnya termasuk demensia karena faktor pembuluh darah (vascular dementia) dan demensia dengan badan Lewy.[butuh rujukan]

Penyebab Demensia

Kerusakan sel-sel otak menjadi penyebab utama terjadinya demensia sehingga komunikasi antar sel menjadi terganggu. Akibatnya muncul gejala gangguan perilaku dan perasaan sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan. Terdapat beberapa bagian dalam otak yang memiliki fungsi berbeda-beda misalnya ingatan, gerakan dan pertimbangan. Apabila salah satu sel tersebut rusak, maka otak tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Faktor genetik juga memiliki peranan penting terjadinya demensia. Selain itu, lingkungan juga memberikan sumbangan yang besar terhadap faktor resiko demensia. Faktor lingkungan berkaitan dengan gaya hidup. Gaya hidup yang tidak sehat merupakan faktor resiko utama dari berbagai penyakit seperti stroke, penyakit jantung, hipertensi dan diabetes melitus. Penyakit tersebut merupakan faktor resiko yang paling besar menyebabkan terjadinya demensia.

Gejala-gejalanya

Seseorang mungkin menderita demensia, jika terjadi pemburukan pada: [2]

  • Kemampuan mengambil keputusan (Decision-making ability)
  • Kebijaksanaan (Judgment)
  • Orientasi waktu dan ruang (Orientation in time and space)
  • Pemecahan masalah (Problem solving)
  • Kemampuan berbicara (Verbal communication)

Perubahan perilaku termasuk:

  • Makan
  • Berpakaian (mungkin membutuhkan bantuan)
  • Kegemaran
  • Aktivitas rutin (mungkin menjadi tak dapat melakuakn pekerjaan rumah tangga)
  • Kepribadian (tanggapan yang tak semestinya, kurang dalam pengendalian emosi)

Jenis-jenis demensia

Beberapa jenis demensia dapat dipulihkan. Hal ini berarti kerusakan dapat diperbaiki. Jenis lainnya tak dapat dipulihkan. Hal ini berati kerusakan yang sudah terjadi tidak dapat diperbaiki. Demensia yang tak dapat dipulihkan biasanya disebabkan oleh penyakit yang tak dapat disembuhkan, seperti Alzheimer. Dimensia yang dapat dipulihkan termasuk diffuse axonal injury setelah kecelakaan pada kepala dan otak, dikenal sebagai trauma kepala/otak Traumatic brain injury.

Penyakit Creutzfeldt-Jakob menyebabkan demensia yang terjadi memburuk dengan cepat, dalam hitungan minggu atau bulan, dan ini disebabkan oleh adanya prion (di Indonesia dikenal sebagai Penyakit Sapi Gila, tetapi belum pernah diketahui terjadi pada orang Indonesia).[3] Jenis lainnya seperti encephalopathy atau delirium yang berkembang secara lambat, selama bertahun-tahun.

Dua penyebab utama demensia adalah Alzheimer dan Multi-infarct disease.[4] Glioma sehubungan dengan tumor adalah penyebab lainnya yang diketahui. Alcohol dementia, kadang-kadang dihubungkan dengan Wernicke-Korsakoff syndrome, dan hal ini disebabkan pengunaan/minum alkohol yang berlebihan dalam jangka panjang.

Penyebab metabolisme yang mungkin menjadi penyebab demensia, misalnya gagal hati (Hepatic encephalopathy) atau gagal ginjal; dan subdural hematoma yang kronis. Kemungkinan lain termasuk infeksi otak karena meningitis yang menyebabkan keracunan obat untuk viral encephalitis (misalnya obat-obatan anticonvulsant).

Demensia juga dapat diinduksi oleh defisiensi niasin.[5]

Demensia pada Alzheimer dikategorikan sebagai simtoma degeneratif otak yang progresif. Mengingat beban yang ditimbulkan penyakit ini, masyarakat perlu mewaspadai gangguan perilaku dan psikologik penderita demensia Alzheimer.[6]

Yang lainnya adalah
Pada tahap ini, menurut skala MMSE (bahasa Inggris: Mini-Mental State Examination), penderita mengalami gangguan minor pada orientasi tempat, waktu dan ingatan, pada 3 tahun pertama,[9] yang disebut MCI (bahasa Inggris: mild cognitive impairment) dengan penurunan ketebalan dan

volume otak pada korteks entorinal, hipokampus dan girus supramarginal.[10]

Rujukan

[11]

  1. ^ (Inggris) "Dementia". MedlinePlus. Diakses tanggal 2010-06-05. 
  2. ^ Calleo J, Stanley M (2008). "Anxiety Disorders in Later Life Differentiated Diagnosis and Treatment Strategies". Psychiatric Times. 25 (8). 
  3. ^ Belay ED, Schonberger LB (2002). "Variant Creutzfeldt–Jakob disease and bovine spongiform encephalopathy". Clin. Lab. Med. 22 (4): 849–62, v–vi. doi:10.1016/S0272-2712(02)00024-0. PMID 12489284. 
  4. ^ Neuropathology Group. Medical Research Council Cognitive Function and Aging Study (2001). "Pathological correlates of late-onset dementia in a multicentre, community-based population in England and Wales. Neuropathology Group of the Medical Research Council Cognitive Function and Ageing Study (MRC CFAS)". Lancet. 357 (9251): 169–75. doi:10.1016/S0140-6736(00)03589-3. PMID 11213093. 
  5. ^ (Inggris) "Dietary niacin and the risk of incident Alzheimer's disease and of cognitive decline". Rush Institute for Healthy Aging, Centers for Disease Control and Prevention; Morris MC, Evans DA, Bienias JL, Scherr PA, Tangney CC, Hebert LE, Bennett DA, Wilson RS, Aggarwal N. Diakses tanggal 2010-06-29. 
  6. ^ http://alzheimerindonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=27:definisi- alzheimer&catid=30:the-community&Itemid=30
  7. ^ a b (Inggris) "Recommendations for the diagnosis and management of Alzheimer's disease and other disorders associated with dementia: EFNS guideline". Memory Disorders Research Group, Department of Neurology, Rigshospitalet, Copenhagen University Hospital; Waldemar G, Dubois B, Emre M, Georges J, McKeith IG, Rossor M, Scheltens P, Tariska P, Winblad B; EFNS. Diakses tanggal 2010-06-29. 
  8. ^ (Inggris) "Cognitive deficits in preclinical Alzheimer's disease and vascular dementia: patterns of findings from the Kungsholmen Project". Karolinska Institutet, Aging Research Center; Bäckman L, Small BJ. Diakses tanggal 2010-06-29.  line feed character di |title= pada posisi 11 (bantuan)
  9. ^ (Inggris)"A preclinical phase in vascular dementia: cognitive impairment three years before diagnosis". Aging Research Center, Division of Geriatric Epidemiology, Neurotec, Karolinska Institutet, and Stockholm Gerontology Research Center; Jones S, Laukka EJ, Small BJ, Fratiglioni L, Bäckman L. Diakses tanggal 2010-06-29.  line feed character di |work= pada posisi 46 (bantuan); line feed character di |title= pada posisi 64 (bantuan)
  10. ^ (Inggris)"MRI software accurately IDs preclinical Alzheimer's disease". Massachusetts General Hospital; Rebekah Moan. Diakses tanggal 2010-06-29.  line feed character di |title= pada posisi 29 (bantuan)
  11. ^ FamilyEdu. 2018.Gangguan Perilaku Wandering Pada Penderita Demensia