Istana Bukit Serene
Istana Bukit Serene | |
---|---|
Istana Bukit Serene | |
Informasi umum | |
Lokasi | Johor Bahru, Johor |
Negara | Malaysia |
Mulai dibangun | 1933[1] |
Rampung | 1939[1] |
Pemilik | Pemerintah Negara Bagian Johor[1] |
Istana Bukit Serene adalah istana kerajaan dan tempat tinggal resmi Sultan Johor, yang terletak di Johor Bahru, Malaysia. Istana tersebut menghadap Selat Johor dan memiliki pemandangan mata burung dari Singapura, bekas wilayah Kesultanan tersebut.[1]
Dari catatan sejarah, istana tersebut diselesaikan pada 1933.
Ikhitisar
[sunting | sunting sumber]Istana Bukit Serene memiliki sebuah menara setinggi 35m dan merupakan salah satu tempat wisata terkenal di Johor Bahru.[1] Para wisatawan juga terkesima dengan ukiran-ukiran unik di dinding pada bangunan bersejarah tersebut yang menampilkan pengaruh Art Deco.
Istana tersebut memiliki taman yang luas yang merupakan tempat umum untuk beberapa pertemuan dan perayaan kerajaan. Istana tersebut juga dijaga oleh Pasukan Militer Johor, tentara pribadi Sultan sendiri.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Istana Bukit Serene adalah sebuah hadiah dari pemerintah Johor kepada Sultan Ibrahim Sultan Abu Bakar bertepatan dengan perayaan ke-40 penguasa tersebut sebagai sultan Johor.[1]
Pendudukan Jepang (1942-1945)
[sunting | sunting sumber]Sultan Ibrahim menjadi teman pribadi Tokugawa Yoshichika pada 1920an. Tokugawa berasal dari klan Tokugawa, dan para leluhurnya adalah para pemimpin militer (Shogun dalam bahasa Jepang) yang memerintah Jepang dari abad ke-16 sampai ke-19. Saat Jepang menginvasi Malaya, Tokugawa disertai dengan pasukan pimpinan Jenderal Yamashita Tomoyuki dan disambut hangat oleh Sultan Ibrahim saat mereka mencapai Johor Bahru pada akhir Januari 1942.
Yamashita dan para perwiranya kemudian menempatkan mereka sendiri di Istana Bukit Serene dan gedung sekretariat negara bagian, Gedung Sultan Ibrahim dalam rangka melakukan invasi Singapura.[2][3] Dari istana, ia mengamati gerak-gerik Angkatan Darat dan Laut Australia di Selat Johor. Yamashita menggunakan menara istana tersebut sebagai tempat melihat pandangan mata burung Singapura.
Meskipun dinasihati oleh personil militer tingkat atasnya bahwa istana tersebut adalah sebuah target yang mudah, Yamashita percaya bahwa Angkatan Darat Inggris tidak akan menyerang Istana Bukit Serene karena istana tersebut merupakan kebanggaan dan tempat tinggal dari Sultan Johor. Prediksi Yamashita ternyata benar karena Angkatan Darat Inggris tidak menyerang istana tersebut.
Tak lama sebelum Jepang menyerah pada 1945, Sultan Ibrahim diusir dari tempat tinggalnya di Istana Bukit Serene dan dipaksa tinggal di Istana Pasir Pelangi, istana putra mahkota.[4]
Peristiwa Sejarah
[sunting | sunting sumber]Historical events held at the Istana Bukit Serene are:
- tempat dari upacara penobatan Sultan Ibrahim Sultan Iskandar bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-55 pada 2014.[1]
- Upacara akad nikah Tunku Mahkota Johor Tunku Ismail Sultan Ibrahim dan permaisurinya Che Puan Khaleeda Bustamam diadakan pada 24 Oktober 2014.[5]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- A palace in the sun, Fauziah Ismail, New Straits Times
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h Istana Bukit Serene stands tall, JASSMINE SHADIQE, New Straits Times
- ^ Lee, Singapore: The Unexpected Nation, pg 37
- ^ War for the Empire: Malaya and Singapore, Dec 1941 to Feb 1942, Richard Reid, Australia-Japan Research Project
- ^ Bayly, Harper, Forgotten wars: Freedom and Revolution in Southeast Asia, pg 132
- ^ Tunku Mahkota Johor, Che Puan Khaleeda selamat diijab kabul, Berita Harian