Hutan hujan tropis di Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hutan hujan tropis di Pegunungan Mugajah, Aceh, Indonesia.

Hutan hujan tropis di Indonesia terbentuk akibat letak Indonesia di khatulistiwa yang berlimpah sinar matahari dan curah hujan yang tinggi. Kaneakaragaman hayati pada hutan hujan tropis di Indonesia merupakan yang tertinggi ketiga di dunia setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo. Hutan hujan tropis di Indonesia memiliki flora Malesiana. Komoditas unggulannya misalnya kayu dari spesies pohon Dipterocarpaceae. Laju deforestasi hutan hujan tropis di Indonesia sangat tinggi. Hutan seluas 6 juta hektare di Indonesia telah hilang selama tahun 2000–2012. Pemerintah Indonesia telah mengadakan kerja sama untuk restorasi kawasan hutan hujan tropis dataran rendah di Indonesia.  

Pembentukan[sunting | sunting sumber]

Indonesia (merah-paling kanan) yang terkena garis khatulistiwa.

Hutan hujan tropis di Indonesia terbentuk sebagai akibat dari lokasi Indonesia yang berada di kawasan garis khatulistiwa.[1] Lokasi Indonesia membuat wilayahnya selalu terkena sinar matahari dengan melimpah. Sinar matahari ini mengenai Indonesia sepanjang tahun. Pembentukan hutan hujan tropis di Indonesia juga didukung oleh curah hujan yang sesuai dengan kebutuhan tumbuhan hutan hujan tropis.[2]

Keanekaragaman hayati[sunting | sunting sumber]

Hutan hujan tropis di daratan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.[3] Jenis hutan hujan tropis di Indonesia dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi ialah hutan hujan tropis dataran rendah dengan iklim yang stabil sepanjang tahun.[4] Di dunia, tingkat keanekaragaman hayati hutan hujan tropis daratan rendah Indonesia menempati posisi ketiga setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo.[5]

Provinsi di Indonesia yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dataran rendah terluas ialah Jambi yang terletak di Pulau Sumatra. Provinsi Jambi juga menjadi kawasan hutan hujan tropis dataran rendah terluas di Asia Tenggara.[6] Kawasan yang mewakili hutan hujan tropis dataran rendah di Jambi ialah Taman Nasional Bukit Duabelas seluas 60.500 ha.[7]

Lingkup flora Malesiana di kawasan Malesia.

Flora[sunting | sunting sumber]

Hutan hujan tropis di Indonesia memiliki jenis flora malesiana. Dalam flora Malesiana terdapat beberapa jenis tumbuhan khas seperti rotan, jati, cendana dan kayu hitam.[8] Hutan hujan tropis di bagian barat Indonesia ditandai oleh rimba belantara dengan tumbuhan yang beraneka ragam. Wilayah penyebarannya di Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Pada kawasan ini, hutan hujan tropis memiliki tumbuhan berdaun lebar, pohon yang tumbuh tinggi dan besar, serta terdapat belukar-belukar tropis dan cendawan.[9]

Sementara itu, hutan hujan tropis di bagian timur Indonesia memiliki flora Australia. Penyebarannya terutama di Papua. Tumbuhan-tumbuhan yang ada memiliki kesamaan dengan yang ada di Australia, karena daratan di Indonesia bagian timur pernah bersatu dengan daratan Australia.[10]

Komoditas[sunting | sunting sumber]

Seorang pemanjat pohon damar. Salah satu spesies tumbuhan Dipterocarpaceae

Dipterocarpaceae[sunting | sunting sumber]

Hutan hujan tropis di Indonesia menghasilkan Dipterocarpaceae sebagai penghasil kayu yang utama. Kayu yang diperoleh dari Dipterocarpaceae memiliki nilai ekonomis sebagai kayu pertukangan. Beberapa jenis tumbuhan yang diambil kayunya ialah kelompok meranti dan balau (Shorea spp.), keruing (Dipterocarpus spp.), mersawa (Anisoptera spp.), dan kapur (Dryobalanops spp.).[11]

Deforestasi[sunting | sunting sumber]

Hutan hujan tropis di Indonesia telah mengalami laju deforestasi yang tinggi. Penyebabnya adalah pengelolaan hutan yang tidak berkelanjutan. Lahan yang terdapat di dalam hutan diubah menjadi lahan pertanian dengan peningkatan yang pesat. Konversi lahan menjadi ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan hujan tropis di Indonesia.[4]

Hutan seluas 6 juta hektare hutan di Indonesia telah dibabat selama tahun 2000–2012. Kondisi ini membuat Indonesia menjadi negara dengan laju deforestasi tertinggi di dunia pada 2012.[4]  Lahan hutan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet. Pengubahan ini karena kedua komoditas tersebut memiliki  nilai ekonomi yang tinggi.[4]

Provinsi di Indonesia yang telah kehilangan sebagian besar hutan hujan tropis di wilayahnya ialah Provinsi Jambi. Areal hutan berkurang akibat mengalami penebangan selektif. Pada dekade 1970-an, terjadi peningkatan konversi hutan hujan tropis ke berbagai tipe tata guna lahan.[4] Pada 2014–2017, luas kehilangan areal hutan di Provinsi Jambi telah mencapai 74.585,8 ha. Kondisi ini membuat Jambi menjadi salah satu dari 10 provinsi dengan kehilangan hutan terbesar di Indonesia.[4]

Restorasi[sunting | sunting sumber]

Area pembibitan pohon untuk resstorasi Hutan Harapan.

Restorasi kawasan hutan hujan tropis dataran rendah di Indonesia pertama kali dilakukan pada Hutan Harapan. Lokasi Hutan Harapan terletak di perbatasan provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Hutan Harapan merupakan salah satu hutan produksi di Indonesia. Luas Hutan Harapan adalah 98.555 ha. Restorasi Hutan Harapan dimulai pada tahun 2006 sebagai hasil konsesi Pemerintah Indonesia. Kegiatan restorasi diadakan oleh PT Restorasi Ekosistem Konservasi Indonesia dengan luas hutan sebelum restorasi adalah 46.385 ha.  Restorasi Hutan Harapan diadakan untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai hutan alam serta memulihkan flora dan fauna yang mempunyai nilai penting dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat  sekitar hutan.[12]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Subagiyo, L., dkk. (November 2019). Sudarman, ed. Literasi Hutan Tropis dan Lingkungannya (PDF). Samarinda: Mulawarman University Press. hlm. 45. ISBN 978-623-7480-16-7. 
  2. ^ Pujiati, Primiani, C. N., dan Huda, M. B. (Juli 2018). Tim Kreatif Unipma Press, ed. Aplikasi Teknologi Tepat Guna untuk Lahan Kering dan Pesanggem (PDF). Madiun: Unipma Press. hlm. 7. ISBN 978-602-0725-02-4. 
  3. ^ Asril, M., dkk. (Mei 2022). Watrianthos, Ronal, ed. Keanekaragaman Hayati (PDF). Yayasan Kita Menulis. hlm. 58. ISBN 978-623-342-484-4. 
  4. ^ a b c d e f Buchori, dkk. 2021, hlm. 2.
  5. ^ Rochmayanto, Y., dkk. (Desember 2020). Rochmayanto, Y., Priatna, D., dan Muttaqin, M. Z., ed. Strategi dan Teknik Restorasi Ekosistem Hutan Dataran Rendah Lahan Kering. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 12. ISBN 978-623-256-471-8. 
  6. ^ Buchori, dkk. 2021, hlm. 6.
  7. ^ Buchori, dkk. 2021, hlm. 10.
  8. ^ Zid, M., dan Hardi, O. S. (Desember 2018). Fatmawati, Bunga Sari, ed. Biogeografi (PDF). Jakarta Timur: PT Bumi Aksara. hlm. 4. ISBN 978-602-444-470-9. 
  9. ^ Hutasuhut 2020, hlm. 82.
  10. ^ Hutasuhut 2020, hlm. 82-83.
  11. ^ Nugroho, A. W., dkk. (Februari 2019). Atmoko, T., dan Perdana, B. P., ed. Mengenal Hutan Lembonah dan Lingkungan Sekitarnya (PDF). Balikpapan: Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam. hlm. 22. ISBN 978-602-73720-9-2. 
  12. ^ Buchori, dkk. 2021, hlm. 13.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Hutasuhut, Melfa Aisyah (2020). Ekologi Tumbuhan (PDF). Medan: Prodi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.