Hidup lambat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hidup lambat (Inggris: Slow living) adalah gaya hidup yang mendorong pendekatan yang lebih lambat terhadap aspek kehidupan sehari-hari,[1] yang melibatkan penyelesaian tugas dengan santai.[2] Asal usul gaya hidup ini terkait dengan gerakan slow food di Italia, yang menekankan teknik produksi makanan tradisional sebagai respons terhadap meningkatnya popularitas makanan cepat saji pada tahun 1980-an dan 1990-an. Hidup lambat mencakup beragam sub-kategori seperti slow money dan slow city,[3] yang diusulkan sebagai solusi terhadap dampak negatif kapitalisme dan konsumerisme terhadap lingkungan sejalan dengan tujuan gerakan hijau.

Gerakan hidup lambat juga berfokus pada gagasan bahwa cara hidup yang serba cepat adalah kacau, sedangkan gaya hidup yang lebih lambat mendorong kenikmatan hidup, apresiasi yang lebih dalam terhadap pengalaman indrawi, dan kemampuan untuk 'hidup di saat ini'. Namun, kehidupan yang lambat tidak menghalangi penerapan teknologi tertentu seperti telepon seluler, Internet, dan akses terhadap barang dan jasa.[4][5]

Akronim SLOW umumnya digunakan untuk merangkum tujuan gaya hidup slow living. Huruf 'S' mengacu pada sustainable (berkelanjutan), 'L' mengacu pada local (lokal), melibatkan penggunaan bahan dan produk yang diproduksi secara lokal, 'O' mengacu pada organic, artinya menghindari produk yang telah direkayasa secara genetik atau diproduksi secara massal, dan ' W' artinya whole (utuh), artinya tidak diolah.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Parkins, Wendy; Craig, Geoffrey (2006). Slow living. Oxford, UK: Berg. ISBN 978-1-84520-160-9. 
  2. ^ Tam, Daisy (2008). "Slow journeys: What does it mean to go slow?". Food, Culture and Society. 11 (2): 207–218. doi:10.2752/175174408X317570. 
  3. ^ Tranter, Paul; Tolley, Rodney (2020), "The 'slow paradox': how speed steals our time", Slow Cities, Elsevier, hlm. 97–125, doi:10.1016/b978-0-12-815316-1.00004-6, ISBN 9780128153161, diakses tanggal 2022-03-23 
  4. ^ Steager, Tabitha (2009). "Slow living by wendy parkin and geoffrey craig". Food, Culture & Society. 12 (2): 241–243. doi:10.2752/175174409X400774. 
  5. ^ "What Is Slow Living, and Why Is Everyone Suddenly Using This Term?". Martha Stewart. December 13, 2019. Diakses tanggal April 28, 2022. 
  6. ^ Marie, Kate; Thomas, Christopher; Abbey, Kris, Mahony, Ananda (2009). Fast living, slow ageing: How to age less, look great, live longer, get more. Newton, NSW: Mileage Media. 

Bacaan tambahan[sunting | sunting sumber]