Gingerol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gingerol dengan rumus kimia C17H26O4 merupakan senyawa bioaktif (specific marker) pada rimpang jahe yang berperan sebagai komponen utama pembentuk rasa pedas atau pugent. [1] Jahe memiliki senyawa volatil dan non-volatil. Komponen aktif pada jahe dibagi menjadi dua kelompok yaitu : phenolic (gingerol, shogaol, paradols) dan terpenes (zingiberene, β-bisabolene, α-curcumene, α-farnesene, β-sesquiphellandrene). [2]

Gingerol sangat sensitif terhadap panas, lingkungan yang asam, udara, cahaya dan penyimpanan dalam waktu lama. Pada suhu panas, gingerol dapat bertransformasi menjadi shogaol. Shogaol memiliki rasa yang lebih pedas dibandingkan gingerol dan manfaat yang lebih banyak.[3]Gingerol menjadi komponen terbanyak pada jahe segar, sedangkan pada jahe yang melewati proses pengeringan akan membuat kadar gingerol berkurang dan menaikkan kadar shogaol.

Gingerol banyak ditemukan pada jahe merah, dengan persentase 23% - 25%. Kandungan gingerol dapat diperoleh dengan cara mengekstrasi jahe. Untuk mengekstasi gingerol, teknik yang dapat diaplikasikan ialah teknik esktraksi dengan suhu rendah seperti SCFE (Supercritical Fluid Extraction), UAE (Ultrasonic Assisted Extraction), dan EAE (Enzyme-assisted Extraction). Sehingga didapatkan kadar gingerol yang tinggi dan tidak berubah menjadi shogaol. Sedangkan proses ekstraksi dengan suhu tinggi akan menghasilkan kadar shogaol yang tinggi.[4]

Berdasarkan rantai cabangnya, gingerol terbagi menjadi senyawa [6]-gingerol, [8]-gingerol dan [10]-gingerol [5]

Sifat gingerol[sunting | sunting sumber]

Kandungan gingerol pada jahe memiliki berbagai manfaat berdasarkan sifatnya, seperti :

Antikoagulan[sunting | sunting sumber]

Antikoagulan pada gingerol berfungsi untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah, sehingga berpotensi mencegah stroke dan serangan jantung. [6] Antikoagulan berkerja dengan cara menghambat fungsi dari faktor pembekuan darah. [7] Gingerol menghambat proses transport ion Ca2+ ke dalam sitoplasma ke sel darah sehingga tidak terjadi pembekuan darah. [8]

Antioksidan[sunting | sunting sumber]

Kandungan aktif antioksidan alami yang tinggi pada gingerol telah diteliti melebih tokoferol. Dapat melindungi sel-sel imun seperti limfosit dari senyawa radikal. [9] Konsumsi secara rutin dapat meningkatkan kadar glukosa, mengurangi stres oksidatif serta meningkatkan sinyal insulin.

Anti-inflamasi[sunting | sunting sumber]

Senyawa gingerol dapat memberikan aktivitas antiinflamasi yang menghambat sel sitokin yang menyebabkan peradangan serta menghambat peningkatan komponen inflamasi seperti NF-kB (nuclear factor kappa light chain enchancer of activated B cells). [10] Gingerol juga menghambart phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K), protein kinase B (Akt), serta menurunkan mediator inflamasi (nitric oxide dan PGE2) [11]

Antibakteri[sunting | sunting sumber]

Sifat antibakteri pada senyawa gingerol, bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma bakteri dan mendenaturasi protein.[12] Gingerol akan berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi. Dalam kadar yang rendah, senyawa ini akan mengikat protein dan membentuk kompleks protein fenol. Ikatan protein dan fenol yang lemah, akan terurai dan masuk kedalam sel dan terjadi denaturasi protein. [13]

Antikanker[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan penelitian in vitro, gingerol menginduksi apoptosis sel kanker dan menunjukkan efek antiproliferasi di dalam sel kanker, dengan cara menekan transduksi sinyal dan aktivasi pensinyalan dari transkripsi 3 (STAT3) dan NF-κΒ. Sehingga terjadi penurunan regulasi ekspresi protein. [11]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Srikandi, Srikandi; Humaeroh, Mira; Sutamihardja, R. T. M. (2020-12-31). "Kandungan Gingerol Dan Shogaol Dari Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe) Dengan Metode Maserasi Bertingkat". al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan. 7 (2): 75–81. doi:10.15575/ak.v7i2.6545. ISSN 2407-1927. 
  2. ^ Promdam, Nantaporn; Panichayupakaranant, Pharkphoom (2022-10). "[6]-Gingerol: A narrative review of its beneficial effect on human health". Food Chemistry Advances. 1: 100043. doi:10.1016/j.focha.2022.100043. ISSN 2772-753X. 
  3. ^ Verawati; Martinus, B. A.; Ramadhani, Riska (2021-06-05). "ANALISIS KOMPONEN KIMIA OLEORESIN JAHE MERAH (Zingiber officnale var rubrum) DARI KABUPATEN DHARMASRAYA MENGGUNAKAN GC-MS". JURNAL KATALISATOR (dalam bahasa Inggris). 6 (1): 126–135. doi:10.22216/katalisator.v6i1.258. ISSN 2502-0943. 
  4. ^ Shaukat, Muhammad Nouman; Nazir, Akmal; Fallico, Biagio (2023-11-18). "Ginger Bioactives: A Comprehensive Review of Health Benefits and Potential Food Applications". Antioxidants. 12 (11): 2015. doi:10.3390/antiox12112015. ISSN 2076-3921. 
  5. ^ Sandrasari, Diny Agustini; Andarwulan, Nuri; Faridah, Didah Nur; Dewi, Fitriya Nur Annisa (2023-03-23). "Identifikasi Komponen Aktif Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe var. Rubrum) sebagai Sumber Antioksidan dengan Pendekatan Metabolomik Berbasis HPLC". ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia. 19 (1): 32. doi:10.20961/alchemy.19.1.64737.32-43. ISSN 2443-4183. 
  6. ^ Pathiassana, Mega Trishuta; Mariani, Dina; Nurlaila, Nurlaila (2020-12-11). "ANALISIS SENYAWA 6-GINGEROL TERHADAP RIMPANG JAHE YANG DIEKSTRAKSI DENGAN METODE LIQUID CHROMATOGRAPHY MASSA SPECTROMETRY (LC-MS)". AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian (dalam bahasa Inggris). 7 (2): 152–160. doi:10.37676/agritepa.v7i2.1208. ISSN 2722-1881. 
  7. ^ Abidin, Zainal (2021-07-27). "Aktivitas Antikoagulasi Ekstrak Etanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roch.) Pada Sel Darah Merah Manusia" (dalam bahasa Inggris): 188–191. 
  8. ^ Kahar, Hasma; Aryandi, Rahmat; Suswani, A. (2023-11-26). "Gambaran Morfologi Leukosit Menggunakan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum) Sebagai Antikoagulan". MULTIPLE: Journal of Global and Multidisciplinary (dalam bahasa Inggris). 1 (5): 664–671. ISSN 2988-7828. 
  9. ^ Zakaria, Fransiska R; Susanto, Hari; Hartoyo, Arif (2000). "PENGARUH KONSUMSI JAHE (Zingiber officinale Roscoe) TERHADAP KADAR MALONALDEHIDA DAN VITAMIN E PLASMA PADA MAHASISWA PESANTREN ULIL ALBAAB KEDUNG BADAK, BOGOR". Buletin Teknologi dan Industri Pangan. XI (1): 36–40. 
  10. ^ Sari, Dewi; Nasuha, Anas (2021-12-08). "Kandungan Zat Gizi, Fitokimia, dan Aktivitas Farmakologis pada Jahe (Zingiber officinale Rosc.): Review". Tropical Bioscience: Journal of Biological Science. 1 (2): 11–18. doi:10.32678/tropicalbiosci.v1i2.5246. ISSN 2776-754X. 
  11. ^ a b Sandy, Prilly Mutiara; Susilawati, Yasmiwar (2021-07-30). "REVIEW ARTIKEL: MANFAAT EMPIRIS DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGI JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe), KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DAN KENCUR (Kaempferia galanga L.)". Farmaka. 19 (2): 36–47. doi:10.24198/farmaka.v19i2.27973. ISSN 2716-3075. 
  12. ^ Rahmatika, Dina; Oktaria, Selly (2021-06-01). "PERBEDAAN UJI DAYA ANTIBAKTERI JAHE MERAH (ZINGIBER OFFICINALE VAR. RUBRUM) DAN BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS". Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis. 10 (1): 1–8. doi:10.30743/jkin.v10i1.94. ISSN 2613-9359. 
  13. ^ Handrianto, Prasetyo (2016-06-30). "UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK JAHE MERAH Zingiber officinale var. Rubrum TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli". Journal of Research and Technology. 2 (1): 1–4. doi:10.55732/jrt.v2i1.259. ISSN 2477-6165.