Gajah Barong (ulama)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Husain bin Thoha
Syekh Gajah Barong
NamaHusain bin Thoha
KebangsaanIndonesia
ZamanVOC
JabatanPanglima Kesultanan Banten

Habib Husain bin Thoha, atau yang lebih dikenal dengan Syekh Gajah Barong adalah seorang panglima perang dan pengawal Sultan Maulana Hasanudin Banten pendiri Kesultanan Banten sekaligus penguasa pertama kerajaan Islam di Banten.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Syekh Gajah Barong merupakan salah satu pengawal Sultan Maulana Hasanuddin.[2] Nama Gajah Barong sebenarnya masih menyimpan misteri hingga saat ini mulai dari silsilah keluarganya, sampai asal-usul dari daerah mana, atau bahkan nama aslinya siapa, hanya sedikit cerita yang bisa kita dapatkan untuk sedikit membuktikan keberadaan Gajah Barong tersebut pada zamannya. Berdasarkan cerita turun temurun dari masyarakat disekitar wilayah Desa Cileles, Tigaraksa, Tangerang Gajah Barong dipercaya sebagai pengawal Sultan Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten sekaligus penguasa pertama kerajaan Islam di Banten.[3]

Syekh Gajah Barong waktu itu mengenakan pakaian compang-camping dan tidak menunjukkan bahwa ia adalah seorang prajurit atau pengawal Sultan Maulana Hasanuddin, ia tidak dianggap oleh orang-orang yang berada diarena pesta tersebut.

Dari situlah, Syekh Gajah Barong meninggalkan arena pesta dan kembali lagi dengan berubah rupa mengenakan pakaian keprajuritan dan mengendarai kuda. Saat ia kembali dengan wujud yang berbeda tersebut, seluruh warga mengaguminya dan kemudian mempersilahkan masuk. Namun Syekh Gajah Barong menolak dan mengucapkan kalimat yang pedas terhadap warga dan yang punya hajat.

Oh, begini dikampung ini hanya melihat pakaian dan kendaraan, kalau orang biasa tidak digubris. Begitulah kalimat Syekh Gajah Barong yang dikutip dari buku inventarisasi dan dokumentasi data seni budaya Kabupaten Tangerang yang diterbitkan Disporbudpar Kabupaten Tangerang tahun 2014.

Dalam buku ini, setelah marah dan mengucapkan kalimat tersebut. Syekh Gajah Barong meninggalkan tempat pesta lalu menancapkan kerisnya serta menyimpan pakaiannya didekat keris tersebut sabil berkata, Nah, ini yang kalian mau dan kalian hargai. Ditempat keris dan pakaian tersebutlah, Syekh Gajah Barong dimakamkan.

Sumur Penguripan[sunting | sunting sumber]

Makam Syekh Gajah Barong memiliki sumur tua yang dipercaya bisa memberikan keberkahan. Sumur itu dibelakang makam keramat Syekh Gajah Barong. Tidak pernah kering meskipun musim kemarau, paparnya, juru kunci ini menambahkan, sumur tua yang disebut Sumur Penguripan itu dipercaya sebagai tempat Syekh Gajah Barong berwudhu, minum dan mandi.

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Kampung Munjul, Desa Cileles, Tigaraksa, Tangerang, Banten 15720.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ardiansjah, Noer (2016-11-27). "Gajah Barong Dipercaya sebagai Pengawal Sultan Maulana Hasanudin". MerahPutih. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-17. Diakses tanggal 2022-12-17. 
  2. ^ Arbi, Aas (2019-10-04). "Makam Gajah Barong Bakal Jadi Destinasi Wisata". radarbanten.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-17. Diakses tanggal 2022-12-17. 
  3. ^ Utomo, Budi. "Selesai Renovasi, Makam Keramat Syekh Gajah Barong Gelar Tabligh Akbar dan Istigosah". NasionalNews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-17. Diakses tanggal 2022-12-17. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]